20 (Lani Ke Rumah)

31 6 0
                                    

Jangan Lupa klik tanda bintang di ujung part, tq. Happy Reading My Readers ❤

*****

~Kadang, kita membuka diri di luar sana. Namun, untuk yang terdalam. Hanya orang-orang tertentu yang mampu menyelami dan boleh mengetahui.

*****

Akhirnya hari di mana pembagian Raport tiba. Semester satu telah selesai dan waktunya untuk berlibur. Ana tersenyum sambil memeluk dokumen miliknya itu. Meskipun hanya masuk tiga besar, ia bersyukur ada di posisinya saat ini.

Setelah pembagian hasil belajar selesai, Ana menuju rumah Lani. Mereka sudah memiliki janji bahwa sepulang pembagian raport Ana, Lani akan main ke rumahnya. Tapi syaratnya harus Ana yang menjemput ke rumah Lani.

Karena jarak antara sekolah, rumah Lani, dan rumah Ana dekat. Ana menempuhnya dengan berjalan kaki saja. Belum sampai di rumah Lani, tampaknya dia sudah menunggu Ana di depan gang rumahnya. Sehingga mereka langsung berjalan menuju rumah Ana.

Sesampainya di rumah, Ana langsung memasuki kamarnya diikuti oleh Lani. Mereka bercerita, saling curhat ; maklum cewek, sambil duduk atau rebahan di atas kasur Ana. Suasana rumah sedang sepi, keluarganya ada di rumah pamannya yang sedang mempersiapkan pernikahan sepupunya. Mungkin keluarga Ana beberapa hari akan menginap di sana. Sedangkan Ana yang malas ke sana, hanya berdiam sambil menjaga rumahnya seorang diri.

"Ranking berapa kak Ana?" tanya Lani

Ana yang lagi rebahan sambil memeluk bantal langsung memandang ke arah Lani, "Ranking 3, alhamdulillah lah."

Lani sedang duduk sambil memeluk bantal juga memandang Ana, "Sampai kapan ditinggal sendiri?"

"Sampai nikahannya selesai. Gak cuma hati yang kosong, rumah juga ikut-ikutan kosong nih, hahaha." Mereka berdua tertawa bersamaan.

"Eh kan ada Dz, jadi hati gak kosong dong," ujar Lani

"Ah enggaklah. Dz emang bikin bahagia, but dia kan bukan siapa-siapa,"

"Bukan siapa-siapa. Tapi pas di smp aja malah dicemburuin kan, hahaha."

"Udah ah diem!" Ana menutup mukanya yang mulai merah dengan bantal yang tadi dipeluknya.

"Eh, udah adzan dzuhur kak. Solat dulu yuk," ajak Lani

"Yaudah sana wudhu dulu, ntar solatnya di sini. Kakak kan gak solat," sahut Ana

"Oh iya lupa." Lani beranjak dari kasur untuk berwudhu.

"Dasar bocah, wkwk," gumam Ana

Ana menyiapkan alat solatnya untuk dipakai Lani. Sekilas mereka tampak seperti adik kakak asli. Padahal mereka hanya saudara jauh dan keluarga di pramuka, hebatnya pramuka bisa mendekatkan mereka berdua. Ana bukan orang yang terbuka dengan siapa saja. Bahkan teman-temannya sendiri pun tidak terlalu tau tentang dirinya. Soal siapa yang pernah memasuki rumah Ana pun bisa dihitung dengan jari, dan yang memasuki kamar Ana pun hanya orang-orang tertentu seperti Lani, dan sahabatnya saja. Meskipun temannya banyak, mereka tak semua tau di mana letak spesifik rumah Ana. Bukan maksud menolak didatangi, hanya saja Ana merasa lebih senang jika tak di rumahnya entah kenapa ia pun tak memikirkan alasan pastinya.

DIAFORETIKA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang