Happy Reading My Readers ....Jangan Lupa Vote, Follow and Comment. Kritik dan saran dari kalian selalu aku tunggu .....
****
~Entah mengapa aku begitu menyukai malam itu. Entah karena kamu ada di sampingku, atau karena aku memiliki penyemangat ketika lelah, pelindung ketika jatuh, atau tempat bersandar ketika rapuh? Ah, Semua jawaban terdapat padamu, Dzarlan Januar Wiratama.
_Arlana Meyra Salsabilla_****
Sebuah tarian daerah sedang ditampilkan oleh dua orang anggota pramuka lengkap dengan segala atribut dan baju coklatnya. Gerakannya yang lihai begitu memukau bagi ratusan pasang mata yang sedang berkumpul di Buper, sore ini. Perkemahan ini diadakan oleh Kwarcab Bandung untuk memperingati Hari Pramuka ke-55.
Dua penari perwakilan dari SMA Karate itu turun dari panggung setelah menyelesaikan penampilannya, diiringi dengan tepuk tangan dari seluruh peserta perkemahan.
Tiga orang remaja kemudian memasuki panggung dengan mic berada di tangan masing-masing. "Penampilan yang bagus kan? Tepuk tangan sekali lagi untuk Praska!" Ucapan salah satu dari ketiga remaja itu langsung disambut dengan gemuruh suara tepuk tangan dari manusia berbaju coklat yang tengah berkumpul di lapangan itu.
"Nah, sekarang perwakilan pentas seni dari SMA Karta. Untuk penampilan terakhir ini, mereka akan menampilkan suara merdu milik salah satu Kakak Laksana diiringi alunan gitar dari gitaris Pramuka SMA Karta yang-"
***
Suara MC gak bisa gue dengar dengan jelas lagi. Karena gue jatuh setelah seseorang menabrak lengan kiri dan sebagian tubuh gue dengan kasarnya.
"Awhhh, .... " rintih gue sambil memegang lutut yang terasa perih. Entah berdarah atau tidak karena tertutup oleh rok span yang gue pake.
Liza dan Arsya langsung membantu gue buat berdiri. Begitupun seseorang berbaret coklat dengan balok hijau bertuliskan Laksana terdapat di kedua bahu lebarnya.
Aliza Geovani dan Arsyalia Agustin adalah dua sahabat gue yang mulai akrab pas masuk di SMA Linar. Liza yang memiliki sikap ambyar namun agak cuek pada orang lain, sedangkan Arsya yang ambyarnya tak kenal tempat. Liza memiliki tubuh yang tinggi dan berat badan yang tidak terlalu gemuk sedangkan Arsya paling kurang tinggi diantara kita bertiga, dan berat badannya cukup besar tapi tidak terlalu besar. Dan gue sendiri berpostur tubuh tinggi dengan berat badan yang kecil, hehe.
Lelaki itu menyatukan kedua tangannya, "Maaf kak. Gak sengaja. Saya buru-buru nih. Kalo ada apa-apa cari aja saya nanti ya. Sekarang saya harus tampil dulu. Maaf saya harus pergi sekarang, kakak gak papa kan?" Ucapnya panjang lebar hanya membuat gue terdiam beberapa saat.
Gue tersenyum singkat, "Gak papa, silahkan ke panggung aja kalo mau tampil." Yang jadi fokus gue sekarang adalah tulisan di name tag yang dia pake.
Wajahnya tampak merasa bersalah sekaligus khawatir di saat yang bersamaan. "Yaudah, kalo ada waktu luang nanti saya temuin kakak lagi. Saya takut kakak kenapa-napa." Setelah melihat anggukan gue sebagai jawaban iya, Dia langsung berbalik dan berlari menuju panggung.
"Dzarlan Januar Wiratama," gumam gue pelan dilanjut dengan sebuah senyum tipis, saking tipisnya sampai tidak terlihat sedang tersenyum sama sekali.
"Lo gak papa, Na? Liat mana yang luka? Sakit nggak?" tanya Arsya yang tampak khawatir.
Liza menepuk bahu gue kemudian terdiam sejenak, "Ada ya cowok kayak gitu. Nabrak, minta maaf singkat terus ninggalin. Dasar people plesnemdua, haha," ujar Liza
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAFORETIKA (End)
TerrorRomance-Horror-Humor -BAPER DI AWAL, MERINDING DI DETIK-DETIK TERAKHIR !!! Mau tau isinya ?? Yo Baca Ceritanya !!! Jangan Lupa Vote, Follow and Comment. Kritik dan saran kalian selalu aku tunggu !!!