Ryujin berjalan gontai menuju kelasnya diikuti Jisung, di rumah tadi ia berusaha bersikap seperti biasanya berusaha tidak menunjukkan kekecewaannya di depan papanya.
"Kak Ryujin awas!" Jisung menarik ryujin kesamping, untung saja Jisung punya refleks yang bagus kalau tidak Ryujin pasti udah nabrak tembok tadi.
Sesampainya di depan kelas Ryujin, Jisung berdiri menatap kakaknya yang hanya melihat ke dalam kelas lalu duduk di kursi depan kelas.
"Lah ngapain masih disini? Sana ke kelas, gue mau disini dulu. masih sepi soalnya takut nanti kerasukan karena ngelamun sendiri di kelas" ucap Ryujin
Jisung mengangguk lalu ikutan duduk samping kakaknya.
"Kakak nggak baik-baik aja kan? Aku udah tau kok dari papa" ucap Jisung
Ryujin menoleh ke Jisung sebentar lalu menatap lapangan di depannya.
"Gue harus gimana ya Sung? Gue pengen nerima semuanya dan maafin tante irene kayak saran bunda tapi gue nggak bisa bohong kalau gue kecewa dan nggak mau ngelihat tante Irene lagi" ucap Ryujin lirih.
Jisung menarik Ryujin, memeluk kakaknya cukup lama tanpa bicara apa-apa, tak lama isakan kecil dari Ryujin terdengar.
"Kalau gitu kakak marah aja nggak papa kok, kecewa itu wajar, kakak punya perasaan benci ke tante Irene juga nggak salah. Tapi kakak harus tahu kalau perasaan benci itu cuma akan ngeganggu hati kakak tiap harinya" Jisung memeluk Ryujin dan mengusap pelan punggung Ryujin.
Ryujin melepaskan pelukannya, tangan kanan Jisung menghapus jejak air mata di pipi Ryujin sedangkan tangan kirinya menggenggam erat tangan Ryujin.
"Sumpah ya Sung, ini kalau orang nggak tahu pasti ngiranya gue lagi nagis lo putusin. Pacarable banget adek gue ini" Ryujin memeluk jisung lagi lebih erat.
Jisung tertawa melihat tingkah kakaknya.
"Dulu aku pernah diposisi kakak. Aku marah ke papa aku juga marah ke bunda yang bodohnya masih percaya papa, saat iti yang aku tahu hanya cerita tentang papa yang brengsek jadiin mama pelampiasan."
Ryujin menyimak cerita Jisung dengan tetap memeluknya.
"Om Kai bilang aku nggak boleh gitu karena se brengsek-brengseknya papa. Dia adalah orang paling tanggung jawab yang aku kenal, sejak aku kecil papa selalu sembunyi-sembunyi perhatiin aku sempatin main sama aku tanpa sepengetahuan bunda dulu" Jisung tersenyum mengingat kenangan dengan Sehun.
"Cuma karena aku tahu kalau papa ngelakuin kesalahan yang jahat ke aku, aku lupa sama semua kenangan baik aku tentang papa."
Ryujin melepas pelukannya, menatap mata Jisung yang sedikit memerah.
"Terus apa yang kamu lakuin?" Tanya Ryujin
"Aku... Coba berdamai dengan masa lalu" ucap Jisung dengan tersenyum.
Ryujin mengangkat sebelah alisnya "berdamai dengan masa lalu?" Ulangnya.
Jisung mengangguk "aku nggak tahu seberapa luka dihati kakak, tapi saran aku coba kakak berdamai dengan masa lalu. Kita hidup kan terus ke depan, kita nggak bisa kejebak terus sama kenangan masa lalu itu"
Ryujin terdiam mendengar ucapan Jisung, ia bangga adik kecilnya itu bisa punya yang lebih dewasa dari dirinya.
Tapi hatinya juga bimbang, haruskah ia mencoba saran Jisung?
Ryujin dan jisung hanya diam dengan pikiran masing-masing hingga sebuah tetiakan memecah keheningan diantara mereka.
"WAHH APAAN PAGI-PAGI PELUKAN GANDENGAN TANGAN?!" teriak Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perumahan Keluarga Ceramah
Fanfictionsepenggal kisah kehidupan tentang keluarga yang tinggal di perumahan SM dan JYP. Konon yang tinggal di perumahan ini tuh holkay semua yang rusuh dan suka ngebacot.