Raining Spell for Love (Rain and Tears) - Part 1

557 45 9
                                    


An Apartment, Amsterdam, Netherlands

Seorang wanita yang tengah tertidur pulas menggeliat saat merasa seseorang memberi ciuman-ciuman gemas di seluruh wajahnya. Wanita itu kemudian terkekeh, tak kuat menahan geli. Dia membuka matanya dan menemukan wajah tanpa dosa itu lagi.

Selalu seperti ini hampir setiap hari.

Selalu wajah tanpa dosa itu yang akan dilihatnya pertama kali saat membuka mata. Selalu wajah tanpa dosa itu yang akan memberinya semangat untuk mulai menjalankan aktifitas padatnya setiap hari.

"Selamat pagi, Mom!"

Wanita itu tersenyum senang mendengar suara malaikat kecilnya menyapa.

"Selamat pagi, sayang. Terima kasih sudah membangunkanku lagi hari ini."

"Itu tidak masalah. Aku bisa membangunkanmu setiap hari, Mom." Ujar bocah laki-laki berusia sekitar lima tahun itu sembari melompat turun dari kasur Ibunya.

"Ya, ya. Kau bangun lebih pagi dariku hari ini. Kau menang." Ujar wanita itu sembari terkekeh lalu menyingkap selimut tebalnya dan turun dari ranjang.

"Kau sudah mandi?" tanya wanita itu lagi yang kini berjalan mendekat ke lemari pakaiannya, mengambil satu set pakaian kerja yang akan dikenakannya ke kantor hari ini.

"Tentu saja! Aku sudah menggosok tubuhku, menyikat gigi, memakai shampoo. Dan lihat, aku memakai seragamku sendiri hari ini!" ujar bocah itu riang.

"Kau memang pintar!" seru wanita itu lalu membungkuk di hadapan bocah kecil itu. "Well, where's my morning kiss?" tanyanya.

"Oh come on, Mom! I'm not a baby anymore!" protes bocah laki-laki itu.

"Oh really?" wanita itu menaikkan satu alisnya. "Sadly, you're still a baby for me. And will be forever a baby for me." Ujarnya dengan wajah sedih. Mencoba menggoda anak laki-lakinya.

Bocah itu mendengus kesal tapi tetap melakukan permintaan Ibunya. Dia mendekat dan mencium kilat bibir Ibunya.

"That's my boy!" seru Ibunya riang. "Sekarang keluarlah, jangan lupa siapkan buku-bukumu dan masukkan dengan rapi ke dalam tas mu, lalu duduklah dengan manis di meja makan."

"Okay, Mom!" jawab bocah itu dengan lantang lalu segera berlari ke luar dari kamar Ibunya.

Wanita itu terkekeh lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Dia harus segera bersiap-siap sebelum mereka berdua sama-sama terlambat.

***

"Kau mau sarapan apa hari ini? Pancake? Telur mata sapi?" tanya wanita itu yang kini sudah berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Aku mau pancake dengan sedikit madu dan segelas susu putih." Jawab bocah itu yang sedang benar-benar menuruti kata-kata Ibunya. Duduk dengan manis di meja makan.

"Baiklah, pesananmu akan tiba sepuluh menit lagi." Wanita itu mengambil adonan pancake yang sudah tersedia di dalam lemari es dan segera memasaknya di atas teflon kecil berbentuk bundar.

"Ting... Tong..."

"Tolong bukakan pintunya." Ujar wanita itu yang masih tetap sibuk dengan pancake-nya.

Bocah kecil itu turun dari kursi dan segera berlari ke depan. Membuka pintu dengan penuh semangat. Seperti tahu siapa yang sudah memencet bel apartemen sederhana milik mereka.

"Hei, baby boy! Selamat pagi!" sapa seorang pria yang tengah berdiri di depan pintu apartemen.

"Selamat pagi, Uncle!" jawab bocah itu yang kemudian segera menyingkir, membiarkan pria itu masuk.

RAINING SPELL FOR LOVE (RAIN AND TEARS)Where stories live. Discover now