KASTIL BARU

75 8 0
                                        

Grandkemang, Jakarta

"Kenapa aku harus mendengar suaranya lagi malam ini? Seharusnya Amara nggak telpon aku".

Randi terdiam sejenak di dalam mobil. Kini, seperti menyetel ulang rekaman suara Amara yang tersimpan dalam pikirannya. Suara Amara yang lugas terdengar melalui sambungan telepon seolah menyalakan kembali sinyal rindu yang sengaja dikubur dalam-dalam.

"Malam ini bukan waktu yang tepat untuk kembali mengingat Amara. Bahkan besok, lusa dan seterusnya!" Tegas Randi di dalam hati, menyangkal dirinya sendiri, bahwa malam ini jelas-jelas ingatan tentang Amara belum sepenuhnya sirna.

Ucapannya terdengar kejam, tak ingin lagi mengingat secuil kenangan dengan Amara. Kenyataannya, Randi memang harus memaksa diri untuk tidak kembali berjalan mundur. Lelaki ini hanya takut, jika "kastil" barunya akan rusak dengan sisa rindu yang tercecer untuk Amara. Ini adalah keputusan yang sudah terpatri dalam otak dan sudah terucap di depan Amara.

**

Langkah kaki Randi, memasuki koridor hotel Grandkemang. Dia berhenti di depan kamar 7015. Helaan napas panjang, membuang keresahan. Menormalkan pikiran dan hatinya, sungguh malam ini dia ingin membuang ingatan tentang Amara. Lalu tangan kanannya mengetuk pintu hotel. Pintu perlahan terbuka. Randi mengembangkan senyum dibibir, ketika sang ibu membukakan pintu kamar hotel tipe residence two beds yang cukup luas.

"Akhirnya yang ditunggu datang juga" Ucap ibu.

Terdengar riuh suara muncul dari sisi lain ruangan. Semua anggota keluarga Randi berkumpul di sana, Ayah, ibu, om, tante, kedua adiknya dan seorang perempuan yang berucap lantang.

"Happy birthday!"

Sesosok perempuan dengan rambut brunette sebahu muncul dari balik room devider membawakan sebuah brithday cake, Chocolate De Ville dengan hiasan macarons disertai lilin  angka 30. Kue cokelat malam ini, untuk lelaki si penyuka cokelat.

Randi kini berhadapan dengan perempuan bermata hitam yang tengah tersenyum simpul membawakan kue ulang tahun untuknya. Pandangannya berbinar menatap Randi. Ada sebuah pandangan tak biasa, seperti bulan yang akhirnya dipertemukan dengan malam. Iya, sebuah tatapan penuh pengaguman.

"Make a wish!" Ujarnya memberikan perintah untuk Randi.

Mata Randi terpejam, seraya membuat harapan di dalam hati. Kedua tangannya dikatupkan. Harapannya satu, tidak muluk-muluk. Randi hanya ingin bahagia menjalani kehidupan. Sebuah kata penuh makna yang diinginkan oleh seluruh umat manusia di muka bumi. Matanya kembali terbuka, nyala api pada lilin menjadi fokus pandangan. Kemudian, ditiupnya nyala api sebagai pengunci harapan.

"Terima kasih kejutannya, Diana". Ucap lelaki bermata sipit yang baru saja menginjak kepala tiga dengan senyum sumringah.

Diana Rastanti, dialah alasan di balik sebuah keputusan. Kastil baru yang dia sebut sebagai tempat menetapkan hati. Seorang kekasih yang disembunyikan dari kisah percintaan Randi dan Amara. 

REWIND [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang