KODE ALAM

126 8 0
                                    

"Kamu gagal nikah?!"

Suara lantang Mesa terdengar di tengah ramainya pengunjung TGI Fridays, Gandaria City yang sedang asik menikmati makan siang. Mereka refleks menoleh ke arah Mesa dan Amara. Amara mencubit tangan sahabatnya untuk menyadarkan bahwa dia telah mengganggu pengunjung lain.

"Sa...! Jangan bikin malu!" Suara Amara lirih menegur Mesa.

Mesa pun tersadar. Matanya melirik rikuh ke arah pengunjung yang sedang menatap aneh dirinya.

"Randi pasti punya gebetan lain! Yakin aku!"

"Aku nggak tahu"

"Harusnya kamu cari tau, Amara sayang...." Mesa terdengar begitu gemas dengan sikap Amara.

Amara dengan muka datarnya, menyuap potongan daging dari menu andalan restoran ini, Jack Daniel's Chicken. Dia telan daging ayam yang baru saja dikunyah, seperti menelan harapan yang kandas di masalalu.

"Mungkin aku yang salah sih di awal, terlalu naruh harapan sama Randi" Ucap Amara.

"Dia yang salah udah kasih harapan!" Sahut Mesa dengan emosi.

Mesa Anjani memang gampang tersulut emosi ketika mendengar sesuatu yang membuatnya gemas. Dia lah satu-satunya sahabat Amara yang paling bisa dipercaya. Mereka berteman sejak di bangku kuliah sampai saat ini, terhitung hampir sepuluh tahun mereka berbagi cerita, suka dan duka di tanah rantau. Istilah lain untuk mereka adalah sister by heart. Sifat Mesa yang keras dan ceplas-ceplos menjadi penyeimbang untuk Amara yang lebih sabar.

"Ya udah lah, mau gimana lagi" Sahut Amara dengan nada pelan.

"Aku nggak habis pikir, punya temen sesantai kamu. Kamu nego kek sama Randi, suruh dia mikir lagi keputusannya ninggalin kamu! Nyesel baru tau rasa!"

"Sa, nggak ada gunanya maksain dia buat milih aku. Aku nggak punya hak buat kendaliin perasaan orang lain. Randi udah dengan tegas bilang keputusan, yang artinya dia nggak butuh sanggahan dari pihak lain".

"Ya Tuhan, terbuat dari apa otak temen aku satu ini. Ngalah terus! By the way, dia chat kamu lagi nggak?"

"Nggak" Jawab Amara singkat.

"Kamu chat dia?"

"Semalam sih kepikiran mau kirim chat buat dia. Tapi gak perlu lah. Udah clear chat juga"

"Good. Terus, udah kamu blok semua kontaknya?"

Amara menggeleng. Melihat gelengan kepala Amara, Mesa semakin gemas dibuatnya.

"Blok dong. Biar kamu cepet lupa sama cowok ngeselin itu! Cowok yang udah bikin patah hati!"

"Setelah blok kontak apa kamu bisa menjamin, ingatan tentang dia bisa ilang? Enggak kan? Yang ada malah makin penasaran. Ngeblok itu bukan tolak ukur melupakan. Lagian aku bukan anak SMA, setelah hubungan kelar main blok-blok aja"

"Terserah kamu deh... Aku udah kasih saran juga. Ya udah, habis ini kita liburan aja buat ilangin kesedihan. Sekarang bukan handphone kamu aja yang sepi notifikasi chat, tapi hati kamu juga."

"Nggak ah, aku lagi dikejar deadline. Naskah aku lagi ditunggu sama tim produksi. Sekarang aja karena aku ada janji makan siang sama kamu, kabur sebentar".

"Tapi kamu nggak lupa, sama deadline menikah di pertengahan tahun, kan? Inget tuh orangtua nungguin, ini udah Januari. Umur udah nambah. Atau... Aku kenalin aja deh sama temen kantor, mau?"

"Nggak!"

"Kalau kata kamu ngeblok bukan tolak ukur melupakan, berarti kalau ada cowok lain bisa jadi cara paling cepet buat move on, dong?"

REWIND [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang