20.00 wib - Mister Sunday, Senopati
"Amara, maaf aku terlambat"
Suara Diaz memecah fokus Amara yang tengah menikmati lembar demi lembar novel Sad Girls karya Lang Leav. Seketika Amara menutup novelnya dan menyapa Diaz dengan senyum simpul.
"Hai, enggak apa apa kok. Aku juga belum lama duduk di sini"
Diaz menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Amara. Dari jarak dekat, Amara bisa mencium samar-samar parfum milik Diaz. Aroma cendana yang lembut dan menghangatkan membuat Amara nyaman berhadapan dengan pria berkulit kuning langsat ini.
"Sad Girls?" Tanya Diaz sembari melirik novel yang terletak di sebelah kiri Amara.
Pertanyaan Diaz serasa ambigu, antara menanyakan judul novel atau menanyakan keadaan hati Amara saat ini. Sedih.
Amara melemparkan senyum pada Diaz.
"Iya, kamu baca novel Lang Leav juga?"
"Enggak baca novelnya sih, cuma pernah iseng baca puisi Lang Leav".
"Aku enggak nyangka, kamu suka baca puisi. Aku pikir, lebih banyak habisin waktu baca komik DC".
"Kamu masih ingat aja kebiasaan aku baca komik DC. Tapi, beneran iseng kok, buat selingan baca puisi Lang Leav. Kalau kamu mau, besok aku bawain. The diary of broken heart".
"Emang kamu lagi patah hati?"
"Aku sih enggak, mungkin kamu. Kalau bisa aku tebak dari novel yang kamu baca. Semoga tebakanku salah"
Amara tertawa kecil sebagai jawaban untuk pertanyaan Diaz.
"Tapi serius ya, kamu single kan, Ra?"
Diaz melanjutkan dengan pertanyaan lain yang secara frontal terucap. Amara menganggukan kepalanya dua kali sebagai jawaban "iya". Diaz senyum sumringah, menyiratkan rasa puas melihat anggukan kepala sebagai bentuk perwakilan jawaban dari mulut Amara.
"Kenapa senyum gitu? Single itu predikat yang terhormat kan, daripada harus terpaksa punya pasangan biar dikata laku".
"Jadi, aku datang di saat yang tepat. Enggak ada orang lain yang nempatin hati kamu, kan?".
"Sayang sekali, tebakanmu salah". Ucap Amara dalam hati.
Mendadak mata Diaz memandang Amara. Pupil mata Diaz otomatis membesar ketika menatap Amara, menunjukan reaksi ketertarikan secara natural pada lawan jenis. Tatapannya begitu teduh, tidak menunjukan kebringasan hasrat ingin memiliki. Beberapa detik, Amara membalas tatapan Diaz, seolah dia terhipnotis dengan pandangan lelaki bermata coklat yang duduk hanya beberapa sentimeter di depannya. Amara terbawa pada masa dua tahun lalu, ketika pertama kali bertemu Diaz.
Amara si karyawan baru, memasuki lift di lobby utama salah satu TV nasional. Pakaiannya serba hitam, tapi belum berseragam dan belum pula memiliki ID card. Anak baru dengan muka polosnya menuju lantai 7. Pintu lift perlahan tertutup.
"Tunggu!"
Suara lelaki terdengar di depan lift. Amara menekan operation buttons untuk membuka pintu lift. Lelaki berseragam serba hitam, berbadan tinggi dan tagap masuk ke dalam lift, berdiri di samping Amara. Diaz Satya Anggara melemparkan senyum pada Amara.
"Terima kasih"
"Iya, Mas. Lantai berapa?"
"Sudah kok, lantai 7. Kamu karyawan baru ya? Aku baru lihat kamu hari ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
REWIND [ON GOING]
RomanceAmara bertarung dengan rasa cinta dan sakit hati setelah penghianatan besar yang dilakukan Randi. Tapi, lelaki itu kembali! Haruskah Amara membalaskan dendam sakit hatinya atau meluluhkan semuanya demi cinta? "Aku nggak pernah memaksa kamu untuk mem...