BAPER

70 7 0
                                    





"SINTING KAMU YA?!" Suara Mesa terdengar sangat keras dari balik sambungan telpon sampai Amara harus mejauhkan handphone dari daun telinganya. Setelah Mesa berhenti berteriak, barulah Amara menempelkan lagi handphone ke telinga.

"Aku cuma nepatin janji doang buat ngucapin ulang tahun."

"Ya elah! Nggak perlu kali! Randi juga pasti gak bakal nagih! Kerajinan banget sih! Bilang aja masih kangen!"

Amara diam.

"Kan diem. Emang bener nih anak masih ngarep! Iya kan?! Ngaku!" Lanjut Mesa.

"Nggak lah! Abis ini aku gak bakal ngubungin dia lagi!"

"Tapi kalau dia chat kamu lagi, pasti bakal dibales kan?"

"Sok tau deh!"

"Baik baik baper lagi! Udah lah, gak usah dipikirin lagi tuh cowok! Malam ini ketemuan yuk. Aku mau cerita sesuatu. Pusing nih aku ngurus kerjaan."

"Gak bisa, aku mau pergi nonton sama Diaz jam tujuh malam ini."

"Aiihhh... Sedap! Kemajuan! Nah, kalau kamu baper sama Diaz nggak apa apa deh, aku dukung! Oke, aku nggak ganggu deh! Sukses ya! Bye!" Mesa seketika menutup sambungan telepon.

Amara menghela napas panjang. Lalu membuka aplikasi pesan singkat. Lagi lagi jendela chat Randi dibuka, bukan untuk mengirim pesan. Tapi kali ini menengok album foto yang tersimpan di sana. Dua folder album kenangan Randi dan Amara. Kejutan! Amara pikir, album foto sudah lenyap. Mata Amara tertegun menatap foto mereka berdua, berpose dengan senyum mengembang. Sudah barang tentu saat foto itu diambil, keduanya masih memiliki rasa yang sama, berbunga bunga seperti sakura yang baru mekar di musim semi. Sejenak Amara berpikir sambil menatap foto dengan serius.

"Kenapa Randi nggak hapus album foto sih? Logikanya, kalau dia udah nggak ada rasa harusnya dihapus dong?" Amara berpikir sejenak.

Lamunannya dikagetkan dengan suara telpon masuk dari Diaz. Seketika album foto dirinya bersama Randi terabaikan, sejenak.

**

Diaz berjalan beberapa langkah di depan Amara menuju mobil yang terparkir di basement mall. Lelaki itu membuka pintu mobil untuk Amara. Senyumnya mengembang manis dengan satu tangan mempersilahkan Amara masuk ke dalam mobil. Diaz memang lelaki yang hangat sekaligus romantis. Dia paham bagaimana memperlakukan seorang wanita dengan cara sederhana, namun istimewa. Salah satu sikap Diaz yang membuat Amara jatuh hati, tapi itu dulu. Saat ini, Amara tengah berjibaku dengan kemelut rasa untuk Randi Wirawan.

"Thanks" Ucap Amara, singkat!

Hening, di dalam mobil Diaz. Sesekali, Diaz melirik ke arah Amara yang terlalu fokus memandang ke depan. Diaz tak ingin membuat suasana semakin canggung.

"Masih mikirin ending film tadi? Antiklimaks ya." Diaz mencoba mencairkan suasana, membuka pertanyaan standar pada Amara.

Refleks, Amara menengok ke arah Diaz. Suara Diaz seperti memanggil jiwa Amara yang entah berada dimana untuk kembali ke dalam tubuhnya yang kini berada di jok mobil Diaz.

"Nggak kok." Sahut Amara, masih dengan kalimat singkat. Amara terlalu dingin malam ini. Seakan terjadi perubahan suhu dalam hatinya yang dulu hangat seketika menjadi es. Ya, putus cinta membuat hati makin lama makin beku, mengabaikan perhatian orang lain.

"Atau gak nyaman aku ajakin nonton? Sorry ya?"

"Jangan suka menyimpulkan sesuatu sendiri, deh. Nyaman kok."

"Jadi kamu udah nyaman sama aku?" Pertanyaan menjebak! Diaz tahu bagaimana mengambil celah untuk melihat reaksi Amara.

"Hah?" Amara hanya berlagak tak paham.

"Bukan apa apa. Atau kamu sakit ya, Ra?"

"I'm fine."

"You are not that fine. The face tho..."

Amara menengok ke arah Diaz, senyum meringis dengan mata terkatup untuk menunjukan dirinya baik baik saja. Diaz membalas dengan senyum.

**

"Gimana ngedatenya?" Mesa dengan muka penasaran sudah berdiri di depan kamar kosan Amara.

"Sejak kapan di sini? Kok gak ngabarin" Amara bertanya, sembari membuka pintu kosan.

"Gak mau ganggu. Biasanya ke kosan gak ngomong juga gak masalah, kan?"

Mereka berdua berjalan masuk ke kamar. Mesa meletakan tas ranselnya di atas meja kerja Amara. Lalu membuntuti Amara yang menggantungkan cardigan berwarna hitam di balik pintu.

"Kepo nih! Di bioskop ngapain aja?" Mesa makin agresif berusaha mendapatkan jawaban dari keingin tahuannya malam ini.

"Ya nonton lah! Kamu pikir ngapain?!"

"Maksud aku, masa sih gak pegang tangan pas nonton tadi?"

"Yang sinting kayaknya kamu deh, Sa!"

"Diaz nembak kamu gak?"

"Ampun deh, Sa! Ngaco! Gak ada nembak nembakan!"

"Ah, gak seru nih! Sia sia aku nungguin kamu satu jam di depan pintu kosan. Kirain bakal ada kabar gembira!" Mesa menekuk mukanya, kecewa tak mendapatkan jawaban. Mesa berbalik meraih ranselnya di atas meja, berniat mengambil laptop yang sudah dia jinjing dalam perjalanan menuju kosan Amara.

Notifikasi Whatsapp masuk dari Diaz. Amara duduk di tepian ranjang. Mesa melesat duduk di sebelah Amara. Menempel di bahu Amara, melirik ke arah layar handphone.

"Privacy please!" Kata Amara.

"Nggak ada rahasia di antara kita kan, Ra? Siapa?"

"Diaz."

"Panjang umur, baru diomongin. Kerasa kali dia tuh, kupingnya panas. Ya udah deh, bales dulu gih. Nanti ceritain ya!"

Seketika Mesa membaringkan tubuhnya di ranjang. Amara membaca pesan.

Diaz: Hai. Makasih ya waktunya. Aku udah sampai rumah nih.

Amara membalas pesan Diaz dengan muka datar dan seadanya saja.

Amara: Sama sama. Selamat istirahat.

Diaz: Buat teman tidur malam ini. Enak deh lagunya, pasti kamu suka. Good night, Ra.

Diaz mengirim link lagu. Amara membuka link, terhubung ke Youtube. Lagu Puppy Love diputar dari handphone, terdengar memenuhi kamar Amara. Mesa seketika ikut mendengarkan dengan seksama. Amara pun mengikuti setiap lirik yang serasa berputar di otaknya.

I'm so confused
Don't know what to do
When i'm around you
I feel my mind go blank

I really like you
I want to confess
But i'm scared to find out the truth
Whether if you like me back or not
I wonder everyday until my mind goes insane
Please tell me how you feel

Hingga lagu selesai diputar, Amara masih terdiam memahami setiap lirik lagu. Amara tahu tujuan Diaz mengirim lagu Puppy Love. Liriknya adalah pesan tersurat dan gamblang! Jembatan rasa yang tidak bisa diungkapkan secara langsung.

"Kode keras!" Teriak Mesa sampai suaranya mendengung di gendang telinga Amara.

"Kalau aku jadi kamu, dikirim lagu begini sih udah baper parah! Masa iya hati kamu gak bergetar?!" Lanjut Mesa.

"Kayaknya, obrolan aku dan Randi kemaren lebih bikin baper." Sahut Amara dalam hati.

Nyatanya memang tidak mudah menyelam ke dalam hati yang tengah patah karena cinta belum tuntas.

REWIND [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang