4. (Pulang Bareng?!)

554 115 83
                                    

Untukmu yang begitu kuperjuangkan.
Harus kuakui sosokmu sangat kucintai
Kehadiranmu pun selalu kunanti

.
.
.

Sore ini Viona sedang merenungi nasibnya sambil berdiri didepan pintu gerbang sekolah berharap ada keajaiban datang menghampiri-nya.

Pasalnya, ia menghabiskan uang sakunya tadi dan tidak ada sepersen pun uang disakunya, saat ini Vio bingung harus pulang naik apa.

Handphone? Itu seperti tidak berfungsi sama sekali saat tidak ada kuota atau pulsa.

Mamah Viona? Karena sudah terlanjur bilang pulang sendiri jadi Mamah Viona tidak menjemputnya.

Chikal? Jangan tanya anak itu sudah pulang bersama Dimas 10 menit yang lalu.

"Yah gila aja masa jalan, jauh kali." kesal Viona sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Saat sedang memikirkan bagaimana Viona pulang, motor Honda Scoopy berwarna hitam berpaduan biru berhenti disamping Viona.

Viona menatap seseorang yang berhenti, orang itu membuka helmnya.

"Kak Rafa?" Rafardhan menatap Viona sambil merapihkan rambutnya.
"Lo kok belum pulang?" tanya Rafardhan.

Viona menatap Rafardhan yang ganteng banget dilihat didepan matanya.

"Vi? Viona?" lamunan Viona buyar saat Rafardhan memanggil namanya.
"Ah iya, gue gak ada yang jemput Kak." jawabnya.

Rafa mengangguk. "Bareng gue aja, udah sore." Viona membeku.

Pulang? Bareng? Sama Kak Rafa? Ini bukan mimpi kan?

Semoga bukan mimpi, tapi kalo mimpi? Yah elah parah banget udah seru-seru juga kaya drama Korea masa cuma mimpi. Batin Viona.

"Seriusan Kak?" tanya Viona memastikan.
"Iya, ayo buruan udah sore banget ini. Gue juga ada janji sama Raefal Abhi." Viona mengangguk lalu menaiki motor Kak Rafa yang sebelumnya belum pernah ia naiki.

Tapi membayangkan pernah.

Rafa memakai helmnya lalu menyalakan mesin motornya.

"Udah?" tanya Kak Rafa.
"Udah Kak." Rafa menjalankan motornya menuju rumah Viona.

--

"Mana anjir si Rafa ngga kunjung dateng." celetuk Abhi sambil menelfon Rafa beberapa kali.

Raefal menaruh dua cangkir kopi yang ia pesan. "Emang mau ngapain si ini kita?"

"Soal kemaren, Job di Cafe Gio, ada yang mau dibahas. Tapi dia mau ganti baju dulu, gak betah katanya pangeran." jelas Abhi lalu duduk dihadapan Raefal.

"Eh, itu bukannya temennya si Viona?" tanya Raefal sambil menunjuk seseorang yang baru saja memasuki Cafe bersama seorang pria yang tentu Raefal mengenalnya, Dimas.

Abhi menoleh kebelakang. "Haha iya si mulut sembilan Chikal, sakit kuping gue ada dia mah."

Raefal tertawa. "Lah lo kenal dia?." tanya Raefal.

"Dia satu sekolah pas SMP sama gue Fal dibawah gue. Dan gatau kenapa satu sekolah lagi pas SMA."

"Hahaha jodoh kali sama lo Bhi." ledek Raefal. Abhi? Tentu dia menatap Raefal kesal.

"Makasih ya Fal, buat lo aja gue udah ada ayang Tiara."

Raefal tertawa lalu meminum kopinya.

--

NOVEMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang