Jam setengah sembilan, setelah pelajaran Fisika ruang kelas 11-2 diisi dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia namun ada kendala yang membuat gurunya hanya memberikan tugas dan tidak memasuki ruang kelas.
Dari 29 siswa di ruang kelas 11-2 hanya bisa di hitung jari yang mengerjakan tugas tersebut.
"Assalamualaikum."
Semua murid yang sedang tiduran, bermain ponsel, bernyanyi, dan lain-lain. Langsung ketar-ketir untuk duduk dikursi masing-masing setelah Pak Tedy masuk bersama satu murid laki-laki.
"Ayo tenang dulu! Kalian pelajaran apa sekarang?" tanya Pak Tedy.
"Bahasa Indonesia Pak." ucap murid serentak."Disini Bapak akan memperkenalkan murid pindahan dari SMA Angkasa, namanya Arvin siapalah itu. Namanya panjang sepanjang jalan kenangan, dan semoga kalian bisa berteman baik. Selebihnya bisa tanya langsung ke Arvin ya."
Arvin menatap ke se-keliling ruang kelas, ruang kelas yang lebih rapih dan luas dibanding ruang kelasnya disekolah dulu.
"Baik Arvin, kamu langsung duduk saja dikursi kosong pojok sana ya. Jangan ribut, bapak tinggal. Sekian." suruh Pak Tedy sambil menunjuk dimana Arvin harus duduk, lalu meninggalkan ruang kelas.
Arvin berjalan kearah kursi pojok yang memang hanya itu yang kosong, tepatnya dibelakang Chikal dan Viona.
"Ganteng banget."
"Ih udah punya pacar belum ya?"
"Dari SMA Angkasa katanya, lo tau?"
"Waduh! gue bingung nih gantengan Arvin atau Kak Rafa."
Ya, itulah bisikan dari perempuan ruang kelas 11-2 membicarakan Arvin. Arvin duduk dan menaruh tasnya diatas meja.
"Minjem LKS dong gue belum beli buku nih." kata Arvin membuat semua murid menatapnya.
Dari arah kanan perempuan yang memang terkenal centilnya langsung berebut untuk memberikan buku LKS nya kearah Arvin.
-
Viona melihat keseluruh kantin, ia mencari sosok laki-laki yang ia beri kue tadi pagi.
Rafardhan.
"Lo cari meja kosong ya, gue pesen makanan." Viona mengangguk dan Chikal pergi untuk memesan makanan.
Viona tersenyum saat melihat Rafa dan kedua temannya sedang duduk sambil sesekali tertawa entah menertawakan apa.
Ditatapnya Rafardhan dari kejauhan. Viona ingin menghampiri rasanya, tapi gengsi merayapi dirinya. Justru Gea yang menghampiri Rafardhan dan memberikan satu botol teh pucuk untuk Rafardhan.
Viona menghela nafasnya. "Gimana sih cara deket sama Kak Rafa." gumam Viona.
"Rafa siapa?"
Viona terkejut lalu dengan cepat menoleh kebelakang, ternyata murid baru dikelasnya, Arvin. Sejak kapan pria itu ada dibelakangnya dan mendengar gumamannya.
"Kepo aja lo." kesal Viona.
Arvin menatap nametag yang dipakai di seragam Viona. "Viona Calsesa Liandra. Dipanggilnya apa?" tanya Arvin.
Viona mengangkat alisnya. "Viona." Arvin mengangguk.
"Oke Cal." Viona mengerutkan dahinya.
"Kok Cal?" tanya Viona."Gue mau panggil lo Calsesa aja."
"Gue biasa dipanggil Viona." tangkasnya tidak terima nama panggilannya diubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEMBER
Novela Juvenil[ON GOING] "kisah yang kuanggap berkesan hanyalah kisah sedih. Dan, kisah yang akan kulupakan nantinya." -Viona Calsesa Liandra