Part XI 👑

11 2 0
                                    

Aran Pov.

   Sekarang aku sudah tiba dirumah setelah memutuskan untuk pulang sendiri dan meninggalkan Derel. Bagaimana tidak aku sangat kesal denganya yang seenak jidatnya bahas manusia yang paling aku ga suka dan nanya nanya hal yang ga penting dan buat aku marah marah ga jelas.

Entah kenapa sejak kejadian dia marah marah kepada ku, aku jadi tidak menyukainya, aku merasa dia tak lebih dari seseorang yang sama sekali tak bisa menepati kata kata yang dia ucapkan. Mungkin ini terlalu berlebihan namun entah mengapa bila ada orang yang membicarakan tentang nya apalagi sampai menyangkut pautkan aku dengannya, aku sangat tidak menyukai itu, sama halnya seperti Derel yang tiba tiba membicarakan nya dan mengatakan bahwa dia sahabatku.

Memikirkan hal itu membuat ku sangat lapar, aku berjalan ke dapur dan melihat apa saja yang dapat ku makan. Untungnya masih ada soup yang dibuat oleh ibu tadi pagi, jadi aku tak perlu repot repot untuk memasak apapun.

...

Sekarang aku tengah duduk dimeja belajarku, melihat jadwal pelajaran untuk besok dan mengingat apakah ada pr apa tidak, dan ternyata ada. Pr matematika 10 soal yang sebagiannya sudah aku selsaikan namun sebagaian lagi tidak, karena aku tidak mengetahui jawabannya karena cukup rumit.

Aku menggambil handphoneku dan menrkan nomer Zakila lalu menelfon nya. Untung saja Zakila ada dirumah nya, jadi aku bisa meminta tolong kepadanya untuk membantu ku mengerjakan pr matematika ku ini.

Dirumah Zakila atau biasa aku panggil Ila, dia menjelaskan bagaimana langkah langkah mengerjakan soal tersebut. Aku takjub kedapa Ila, karena soal yang sangat rumit ini mampu ia pahami dan juga menjelaskan ulang kepada ku. Aku mengakui bahwa dia sangat handal dalam pelajaran matematika. Akhirnya dengan bantuan Ila aku bisa menyelesaikan pr yang cukup sulit itu.

"Dari dulu sampai sekarang kamu emang jago matematika, soal yang aku anggap sulit aja kamu bisa ngerjain dengan gampangnya." Ucap ku.

"Ga kok, aku ga jago jago banget, cuma sekedar bisa aja." Balas Ila.

"Biasa aja gimana sih, kamu tuh jago banget, ga sampai setengah jam kamu udah bisa selsein 5 soal yang sulit itu." Ucap ku lagi.

"Kamu terlalu berlebihan, aku bisa nyelseinnya karena aku udah belajar, kamu tau sendirikan kalau aku suka banget sama matematika, jadi walaupun soalnya sulit aku bakal berusa buat ngerjainnya." Ucap Ila.

"Mantep benerlah kamu tuh." Balas ku.

"Hahaha.. Kamu bisa aja. Kalau kamu gimana? Udah suka sama matematika?." Tanya Ila.

"Hmm yah gitu, aku sepertinya mulai suka sama matematika, dan ternyata seru juga belajar apalagi sampai mendalami matematika, tapi kadang aku masih suka ga bisa gitu, kayak sekarang." Jawab ku.

"Nah aku kan udah bilang kalau matematika itu asik, kamu sih ga mau coba buat suka sama matematika dari dulu, tapi ga apa apa sekarang kan kamu udah mulai suka. Kalau masalah ga bisa jawab itu sih biasa tapi cuma jangan anggap itu sulit, coba pelan pelan ngerjainnya kalau masih ga bisa, kamu bisa nanya ke orang yang tau, yang pentingkan kamu udah niat." Jelas Ila.

"Hmm oke deh, aku bakal belajar lebih giat lagi, biar bisa jago matematika kayak kamu." Balas ku.

Ila hanya tersenyum lalu fokus pada buku buku didepannya. Aku mengambil handphone ku yang sedari tadi aku abaikan. Aku membuka aplikasi whatsapp dan melihat beberapa pesan tanpa ingin membalasnya, termasuk pesan dari Derel, aku mengabaikan pasan nya yang cukup banyak yang berisi permintaan maaf tentang masalah tadi siang. Bukannya aku tidak mau memaafkannya tapi aku sedang males membalas pesan pesan itu. Akhirnya aku menyimpan handphone ku kembali ke dalam tas.

Terbesit diotak ku untuk menanyakan sesuatu kepada Zakila, namun apakah aku harus menanyakannya? Sedangkan aku sangat tidak menyukai ketika ada seseorang yang membahas tentang dia kepada ku, namun aku sangat ingin mengetahuinya. Dari pada aku mati penasaran mending aku tanya aja, ga ada salahnya kan.

"Ila?." Panggilku.

"Iya." Jawabnya.

"Aku boleh nanya sesuatu ga?." Ucapku.

"Boleh kok." Jawabnya.

"Hmm itu masalah hubungan mu sama Willyo." Ucapku.

"Hubungan ku sama Willyo? Emangnya kenapa?." Tanyanya balik.

"Ya hubungan kamu, udah sampe mana sama dia? Kalian udah pacaran kan." Ucapku.

"Hah pacaran? Aku ga pacaran kali sama dia, aku cuma teman deket aja. Yang bilang aku sama dia pacaran siapa." Balasnya.

"Seriusan kalian ga pacaran? Tapi banyak yang bilang kalau kalian itu pacaran, aku juga liat kalau kalian itu deket banget, makanya aku yakin kalau kalian itu pacaran." Ucapku.

"Kamu ada ada aja deh, kamu tau sendiri kan bagaimana mulut orang orang disekolah kita, ga bisa liat orang deket dikit langsung dikira ada hubungan. Kamu juga kayak ga tau Waliyo aja, dia kan gitu kalau udah berteman baik pasti deket banget." Balasnya.

"Ya juga sih, tapi kenapa kalian ga pacaran aja sih, kalian keliatan cocok kok." Ucapku asal.

"Apa sih Ran, kamu tau kan aku ga suka yang namanya pacaran, aku lebih suka berteman baik aja, mungkin juga belum saatnya buat aku pacaran, aku mau fokus belajar dulu." Balasnya.

"Hehe iya juga." Balasku kembali.

"Trus kamu sama Willyo gimana? Kalian kan sahabatan." Tanyanya.

Mendengar pertanyaan Zakila, aku langsung tidak menyukainya, aku ingin sekali marah seperti tadi kepada Derel, namun aku tidak mau Zakila berfikir yang aneh aneh.

"Ya gitu, kita masih berteman kok, tapi udah ga seakrab dulu lagi." Jawabku.

"Kok bisa kayak gitu? Kalian kan deket banget." Ucapnya.

"Ya gitu deh La, ada sedikit masalah dan itu udah cukup lama juga. Sekarang aku udah ga pernah bicara lagi sama dia." Balasku.

"Pantes aja aku udah ga pernah liat kalian bareng lagi, trus Willyo juga ga pernah cerita cerita tentang kamu ke aku lagi, padahal biasanya dia sering cerita tentang kamu ke aku." Ucapnya.

Aku kaget benget dengernya. Waliyo cerita tentang aku ke Zakila? Kok bisa kayak gitu?.

"Hah? Cerita tentang aku? Cerita gimana La?." Tanyaku.

"Ya cerita gitu gitu aja, dia sering bilang ke aku kalau dia seneng sahabatan sama kamu, kamu enak banget diajak cerita cerita, diajak gila gilaan, dia juga bilang kalau kamu itu lucu, apalagi kalau sifat anak kecil kamu itu udah keluar, yang suka manja manja itu, dia suka banget kalau kamu udah gitu, dia bilang kalau kamu udah kayak gitu kamu makin lucu." Ucapnya.

Cukup cukup, aku tau mukaku udah merah sekarang, aku bisa rasain muka aku udah merah. Apa apain sih itu anak bilang kayak gitu sama Zakila.

Kalau kayak gitu aku harus suka apa ga suka sih? Kayaknya aku harus ga suka deh, iya aku harus ga suka!.

"Ran? Kamu kenapa? Muka kamu kok merah gitu?." Tanyanya.

"I..ini.. aku tiba tiba sakit perut La, makanya muka aku sampai merah gini, aku pulang dulu yah, udah ga bisa nahan lagi, dan makasih udah bantuin aku kerjain pr." Ucapku sedikit gugup sambil marapikan bukuku dan pergi dari rumah Zakila.

👑👑👑

T B C . . .

Woy ceritanya makin kesini kok makin ngawur sih.

Jangan lupa like and comment yah :)

Gimana sama ceritanya? Makin kesini makin ga jelas yah? Atau gimana?

Kalau jelek maaf ya, maklum bukan penulis handal :)

Kalau terdapat typo mohon dimaafkan :)

Just Best Fri(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang