1. Profil

27 2 0
                                    

Dia Bapakku, seorang Ayah yang menurutku wajahnya cerah tampak lebih awet muda jika dibandingkan dengan teman-teman yang seumuran dengannya. Mungkin karena rajinnya berwudhu dan melakukan amalan sholeh disepanjang hari. Berkulit putih bersih dengan rambut hitam nan ikal, hanya sedikit kulihat uban di rambutnya pada usia yang sudah memasuki 62 terhitung hingga tahun 2020 ini. Namun anehnya hampir seluruh kumis sudah berwarna putih.

Nama lengkapnya adalah Drs.H.Suroso. Nama yang terdiri dari dua kata yaitu Su yang berarti indah, dan Roso yang berarti rasa. Bapak memaknainya sebagai perasaan yang indah dan nyaman dalam menjalani kehidupan dalam keadaan apapun. Seorang kekasih dari Ibu Hj.Rahmil Ummi dan Imam bagi 6 orang anak yang meliputi 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Berkelahiran pada 8 agustus 1958 di Kalang Batang Pulau Bintan.

Aku heran kenapa tanggal lahir Bapak bisa serba angka 8, apakah itu hanyalah kebetulan atau adakah kisah istimewa dibalik kelahirannya? Namun ternyata bukan, tidak ada akte kelahiran ataupun kartu keluarga yang menjelaskan tentang tanggal tersebut. Cerita dibalik angka unik tersebut, ada ketika Bapak sudah memasuki kelas 4 SD saat hendak pembagian rapor. Data yang tertulis sejak kelas 1 tidak cukup lengkap, tempat dan tanggal kelahiran belum tertulis. Seingatnya, ketika baru mulai memasuki sekolah, Nenek hanya sekedar mengantarkan Bapak tanpa data. Saat itu Ia sudah berusia 10 tahun. Karena Nenek tidak ingat dengan kelahiran Bapak, akhirnya ditulislah tanggal 8-8-1958 dengan alasan agar mudah diingat, tempat kelahiran yang tertulis dalam KTP pun disebutkan di Tanjung Pinang. Bapak anak ke 3 dari 9 bersaudara. Nenek dan Kakeķ kerja di Gesek sebagai penarik getah dan petani. Nama lengkap Kakek adalah Kasroni (K.Ronorejo) dan Nenek bernama Supiah.

Bapak bercerita kelahirannya bertepatan ketika awal mula berdiri Provinsi Riau dengan Ibukota masih Tanjung Pinang yang pada masa itu dipimpin oleh Mr.S.M.Amin, tepatnya
7 tahun sebelum terjadinya G30SPKI.
Lahir dalam keadaan keluarga yang amburadul, miskin, tak ada penerapan yang elok mengenai keilmuan syariat Islam.
Kakek masih belum mengenal Islam lebih dalam sementara Nenek sejak kecil tidak pernah merasakan nikmatnya menempuh pendidikan, mengaji saja Nenek belum juga pandai. Bapak tumbuh diantara keluarga yang awam akan ilmu agama. Bapak menyebutnya masa itu adalah masa-masa jahil.

Di Gesek, pada umumnya masyarakat berprofesi sebagai pekerja karet dan bos mereka adalah orang-orang China. Sebelum tahun kelahirannya, Tanjung Pinang sempat dijuluki sebagai "Kota Dolar" karena disanalah tempat satu-satunya yang menggunakan mata uang dollar Singapura dalam transaksi jual beli. Banyak orang Indonesia yang menyelundup pergi ke Negara asing, pergi keluar Indonesia sebagai pendatang haram (ilegal) secara sembunyi-sembunyi untuk mencari nafkah dengan alasan lebih menguntungkan. Seperti yang kita tahu nilai mata uang di Negara maju jauh lebih tinggi, sungguh sangat berbeda jika dibandingkan dengan nilai mata uang Indonesia.

Catatan Inspiratif BAPAKKU (Sebuah Novel Biografi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang