Petaka Lab IPA (@Anisahrhs)

270 19 1
                                    

CAST:

1. Zhao Lusi as Aya
2. Taeyong NCT as Taeyong

Hari itu hujan, meninggalkan udara dingin yang melahap tubuh kecil gadis berumur 14 tahun ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari itu hujan, meninggalkan udara dingin yang melahap tubuh kecil gadis berumur 14 tahun ini.

Namanya Aya. Cantik, populer, kesayangan guru nan kaya, mungkin adalah kata yang sering dikenal gendang siswa SMP Panglima. Tapi, rupanya tak seindah yang di pandang mata.

Hari itu Aya diharuskan menantang zona nyamannya dengan pulang menaiki bus, rupanya sang ayah bangkrut. Ditambah lagi kesialan bertambah ketika Naura sang teman sekelas membawa berita buruk bagi jadwal kepulangannya.

"Aya, Pak Sudir manggil noh, kata nya lu kudu buat tugas hari ini juga!"

Aya membulatkan matanya kaget. Yang benar saja, pikirnya. Namun, apalah daya, Pak Sudir salah guru yang ditakuti seisi SMP Panglima, ia tak berani untuk menentang semua perintahnya.

Aya pun berjalan malas sepanjang lorong sekolah, Pak Sudir guru komputer, jadi ia diharuskan menaiki ratusan anak tangga karena lab komputer berada di lantai teratas, lantai 5.

Konon kata Naura, ada siswa lelaki yang pernah bunuh diri di sana. Aya sih tidak percaya, namun hujan hari ini memperdaya keadaan menjadi sangat sunyi.

Aya sekarang sudah berada di lab computer. Tapi pertanyaannya, dimana Pak Sudir? Apa mungkin Naura tengah bergurau? Tapi, sungguh sangat tak lucu. Aya pun bersegera pergi meninggalkan lab komputer, sungguh apa yang dilakukan Naura kelewat dari kata bercanda.

Duk!

Aya tersentak kaget mendengar suara kecil yang berasal dari balik tubuhnya, menarik satu napas panjang sebelum memberanikan dirinya untuk membalik tubuh dan melihat sumber suara.

Astaga, betapa kagetnya Aya ketika melihat sosok lelaki yang tidak ia kenali berdiri tegap di belakang nya. Kebun binatang mulut Aya ikut keluar.

"Eh, lo bego banget ya? Kenapa sih harus banget berdiri kek patung di belakang gw, bikin jantungan to gak!"

Si lelaki hanya terdiam dengan manik sendu nan tenang. Sedangkan Aya sudah kehabisan kata-kata untuk menjelaskan betapa kesalnya ia.

"Sudah? Kerjakan tugas sana! Pak Sudir sudah pulang, saya tinggal sebentar, kalo ada yang mau di tanya saya di sebelah."

Aya mengangguk, untuk pertama kali mulutnya tak memiliki perlawanan, toh ya jelas ia memang mau bagaimanapun akan tetap mengerjakan tugas nya.

Hujan berubah menjadi badai, sore berganti malam. Namun tugas yang Aya kerjakan tak kunjung selesai, hingga waktu menunjukan pukul delapan malam.

Aya berjalan cepat ke ruangan lelaki yang tadi menggantikan Pak Sudir. Ia pikir akan pulang sekarang, ia tak mau di marahi kedua orangtuanya.

Ruangan tersebut terlihat cukup gelap, hanya satu lampu yang menerangi tempat tersebut. Aya mendengus kesal tatkala melihat lelaki tadi tertidur pulas dengan proyektor dan laptop di sebelahnya.

Ia ingin pulang, tapi malah merasa penasaran dengan layar laptop yang berwarna biru. Tanpa ragu Aya mendekati laptop tersebut, ia melirik ke arah lelaki yang tengah tertidur, ia bisa bermain sebentar dengan laptop itu.

Dapat Aya baca beberapa keterangan tentang siswa yang menghilang tanpa jejak dari sekolahnya, namun bukan saja menghilang, tapi beberapa kasus bunuh diri misalnya.

Aya dibuat penasaran dengan anak lelaki dari tahun ke-3, ia ditemukan meninggal di lab IPA dengan keadaan membusuk. Namanya Taeyong.

Aya masih sibuk berkutat dengan laptop hingga, hujan memberikan kabar bahwa badai besar akan segera terjadi, petir menyambar dengan kuatnya.
Menggangu ketegangan listrik hingga terjadilah pemadaman listrik sementara.
Aya berkedip takut, napasnya beradu kuat dengan udara dingin yang tiba-tiba menusuk kulit nya hingga tulang-tulang.

Ia berjalan pelan menuju sakelar lampu ruangan, kakinya terasa kaku.

Tuk!

Untunglah listrik telah kembali, lampu menyala dengan terang. Aya akhirnya bernafas lega lagi, senyum tipis yang mengembang di bibirnya sekejap menghilang ketika sang manik melihat nama ruangan yang ia pijak sekarang.

Lab IPA

Entah mengapa Aya yang pemberani seakan hangus menjadi abu, keringat bercucuran senada dengan kaki yang membeku melihat lelaki tadi telah beridiri membelakanginya.

"Dek, udah selesai?"

Aya menutup mulut nya takut, ingin berlari tapi tidak kuat, ia baru menyadari bahwa sedari tadi ia bersama Taeyong anak lelaki tahun ke-3.

Zrassssss!

Lampu kembali padam, kini disertai dengan bunyi pintu terbanting.

Brak!

Aya meremang kaku, mungkin apa yang dikatakan Naura memang benar.

Apa yang akan kalian rasakan ketika tangan yang sangat dingin menyapa kulit luar kaki kalian, dikuti sambaran petir dan samar-samar dapat kalian lihat mata lelaki tengah menatap tajam kalian dari bawah.
Dan sial semua itulah yang terjadi sekarang.

Aya tak bergeming, tangan Taeyong telah sampai pada ujung pundaknya, membuat nya meringis takut.
Berusaha lari tapi tangan Taeyong malah menyakiti dengan kuku-kuku tajam.

"Akkk, akkk, akk."

Aya menangis, lehernya tercekik, maniknya dimanja dengan pemandangan wajah Taeyong yang membusuk sempurna.
Bonyok, biru, memar bahkan kulit yang telah mengelupas dapat di jumpai manik Aya.

"K-ke-napaaa?"

Air mata mengguyur sekujur pipi berisi Aya. Ia takut tapi apa yang bisa ia lakukan, Taeyong mencekiknya dan tubuh mungilnya berhasil terangkat.

Brak!

Aya di lempar ke sudut ruangan, Aya dengan keadaan tengkurap setengah sadar, segera menjauh sembari menutup matanya takut.

"Pergi! Jangan ganggu akuu!" pekiknya.

Ia tersudutkan, sementara Taeyong telah menghilang.

Aya pun bangkit dan bersegera beranjak pergi, tak mau menghilangkan satu kesempatan emas ini.

Ia berlari sekuat tenaga hingga gerbang, ia tutup pagar dengan cepat, ya Tuhan masa bodoh dengan warga sekitar yang sekarang berkumpul di lapangan utama.

Esok paginya.

Aya menatap lurus jam dinding kamarnya, seperti biasa mandi dan bersiap sekolah. Ia melupakan semua yang terjadi kemarin, lebih memilih bahwa itu hanya mimpi.

Menuruni tangga dan ingin berpamitan dengan kedua orangtuanya.
Namun aneh nya keduanya sibuk menangis, Aya tak masalah, lebih memilih pergi saja, karena sepertinya mereka, kedua orangtuanya, butuh waktu.

Menaiki bus sembari bermain ponsel, matanya dibuat membulat sempurna, membaca satu berita.

SISWA SMP PANGLIMA DITEMUKAN MATI, JATUH DARI ATAP. DAN DIKETAHUI BERNAMA AYA

Sial, hari itu Aya dilempar dari gedung lima.

Bandar Lampung, 14 januari 2020
Anisahrhs

Creepy First Experience [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang