Who's That Girl? (@clacee_)

660 33 6
                                    

CAST:

1. Lee Jeno as Celio
2. Na Jaemin as Felio

 Na Jaemin as Felio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Felio bodoh.
Felio sinting.
Felio tidak tahu diri.
Felio, sialan! Kembali saja kau pada perut eomma!

Itulah serangkaian kata yang selalu Celio umpatkan, pada saudara kembarnya.

Celio benar-benar tak mensyukuri kehadiran saudara kembarnya, yang selalu bertingkah absurd, hingga terkadang dia malu untuk mengakui, kalau Felio adalah kembarannya.

Celio akan cenderung menjauhi Felio, saat mereka berada di sekolah, bahkan tak jarang, dia akan mengamuk pada Felio, jika kembarannya itu datang mendekati dan mulai melakukan hal gila, yang membuatnya malu.

Namun, sebenci apa pun Celio pada kembarannya, tetap saja dia tak bisa menolak ajakan Felio, untuk menguntit seorang gadis yang tak sengaja mereka lihat di pinggir sungai, dekat tempat mereka mendirikan tenda untuk acara kamping yang diadakan sekolahnya.

Celio menghembuskan napasnya dan berhenti untuk mengikuti langkah Felio di depan.

"Fel, aku tahu, kau sangat mudah merasa penasaran," kata Celio dengan lelah yang prihatin. "Tapi, ini tidak masuk akal!"

Merasa Celio akan membunuhnya dalam hitungan ketiga, ketika dia tak memberikan tanggapan, membuat Felio terpaksa menoleh.

"Sekali ini saja, Cel," pinta Felio dengan nada memohon. "Aku hanya ingin melihatnya sekali lagi."

"Tidak, tidak, aku ingin tahu namanya dan mendapakan nomor teleponnya," ralat Felio cepat. "Hanya itu saja."

Hanya. Itu. Saja.

Celio menggeleng tak habis pikir. Bagaimana mungkin, dia bisa menghabiskan 16 tahunnya bersama dengan Felio yang sinting ini?

Apa Tuhan sedang menghukum Celio, dengan memberikannya saudara kembar sesinting Felio?

"Cel, aku berjanji padamu, jika kita menemukan gadis itu, maka aku akan berhenti mempermalukanmu di sekolah. Aku tidak akan bertingkah konyol lagi dan aku menuruti semua perkataanmu. Aku janji."

"Dan jika tidak?" tantang Celio.

Felio mengangkat bahu. "Maka, perjanjian itu batal."

"YAK, FELIO!" Celio berteriak kesal, mendengar candaan saudara kembarnya di tengah hutan seperti ini.

Sementara Felio terkikik geli, saat dia dengan mudahnya membuat Celio berteriak kesal, dalam hitungan kurang dari dua detik.

Dia merangkul bahu Celio dan tersenyum lebar. "Aku bercanda, Cel. Bertemu atau tidak, aku akan menepati janjiku."

Felio baru saja mengucapkan janji sakral pada Celio. Jika, Felio sudah mengucap janji seperti ini, maka Celio tidak akan bisa menolak. Sama sekali tak ada ketakutan, kalau Felio akan ingkar janji, karena dia tahu, kembarannya selalu menepati apa yang telah dijanjikan.

Karena perjanjian sudah dibuat dan disetujui, Felio kembali melanjutkan langkahnya, diikuti Celio yang mengekori dengan malas. Mereka semakin masuk ke dalam hutan, mencari sosok gadis yang membuat Felio penasaran setengah mampus.

"Fel, kupikir, sebaiknya kita kembali," kata Celio mengingatkan. "Matahari sudah hampir tenggelam."

Namun, bukan Felio namanya, kalau langsung menyanggupi permintaan Celio. Dia bahkan tak menoleh untuk melihat saudaranya dan hanya fokus pada tujuannya, yang kian dekat.

"Cel, itu gadis yang tadi!" Felio memekik girang. Dia nyaris melompat, karena terlalu bersemangat, saat melihat gadis dengan rambut panjang yang tergerai sebatas pinggang, sedang memungut ranting kayu.

Felio menoleh untuk mendapatkan respons Celio, tapi senyumnya luntur, ketika dia tak menemukan saudaranya.

Mata Felio menyisir, mencari di mana keberadaan Celio, dengan tubuh yang berputar-putar.

"Cel, kau di mana?" Felio setengah berteriak. "Celio keluar! Ini tidak lucu!"

Hutan yang tadinya biasa saja, mulai memperlihatkan keanehannya pada Felio. Angin mulai berembus dengan lambat, membelai permukaan kulitnya yang tidak dilapisi jaket.

"Celio, aku bersumpah tidak akan pernah memaafkanmu, jika kau tidak keluar dalam hitungan ketiga!" Felio mengancam dengan suara bergetar.

Matanya masih terus mencari sang saudara kembar. Kedua telinganya dia tulikan, mengabaikan kikikan aneh yang mulai terdengar.

"Satu ...." Felio mulai menghitung, berharap Celio akan keluar sekarang juga.

Namun, bukan sosok Celio yang muncul, melainkan sosok gadis yang dia cari sejak tadi, yang tiba-tiba saja menepuk pundaknya.

Felio terkejut bukan main, pasalnya gadis itu berada cukup jauh darinya, tapi sampai padanya dengan begitu cepat, bahkan dia tak menyadari derap langkah kaki yang mendekat, padahal sepanjang jalan, Felio terus saja menginjak ranting pohon.

Felio menelan salivanya kasar dan mengambil sedikit langkah mundur untuk menjauh. Entah kenapa, gadis itu tampak menyeramkan dengan wajah pucatnya yang berwarna kebiru-biruan.

"H-hai," sapa Felio kaku. "Kau ...."

Felio tak bisa melanjutkan katanya, karena terus ditatap dengan datar. Gadis di hadapannya cukup cantik dengan rambut panjang yang tergerai, tapi Felio baru sadar, betapa kusutnya rambut itu saat dilihat dari dekat.

Felio mengabaikan keanehan yang tertangkap oleh kedua matanya. Dia berdehem dan bersikap biasa saja, dengan mencoba untuk tersenyum.

"Aku tersesat," kata Felio memulai pembicaraan. Dia menggaruk tengkuknya dan menoleh ke sana ke mari, hanya untuk mengalihkan pandangannya dari si gadis. "Aku sedang mencari—HUWAAAA, EOMMA!"

Felio berteriak dengan sangat keras, ketika dia mengembalikan pandangannya pada si gadis, dan menemukan pemandangan yang sangat buruk.

Wajahnya yang tadinya terlihat pucat, kini penuh dengan darah dan luka sayatan di mana-mana. Dress yang tadinya terlihat sangat cantik, sekarang malah compang-camping dan juga penuh dengan darah kering. Lalu, yang membuat Felio kaget, hingga dia ingin memeluk ibunya adalah saat mata gadis itu tersenyum padanya, tapi hanya satu bola mata, sementara mata yang satunya terlihat kosong dan mengeluarkan darah, belatung kecil yang menjijikkan serta bau anyir yang membuat Felio mual.

"APPA! EOMMA CELIO!" Felio berteriak, memanggil semua anggota keluarganya, untuk meluapkan rasa takutnya, sebelum dia berlari tanpa arah, sambil meminta ampun pada Celio.

***

Samarinda, 18 Januari 2020
clacee_

Creepy First Experience [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang