Hallo!!!

122 19 31
                                    

Dua hari berlalu, aku, Bima, Indra, Yuni, Cindy dan Bella pergi ke salah satu cafe untuk menyelesaikan tugas kelompok selama liburan, sedang asik asiknya bercengkrama.

"Kuga, kemarin itu cewe yang di futsalan siapa?" Indra melontarkan dengan wajah penasaran.

"Suka ya lu," jawab Yuni menyela.

"Ohh Lala, temen deket, bisa dikata juga saudara," jelasku pada mereka.

"Maksudnya temen sama saudara?" Cindy terheran kebingungan.

"Aku kenal Lala dari SMP, sekedar teman, tapi di organisasi, kami jadi satu terus, deket dan sampe sekarang," jelasku panjang.

"Trus maksudnya juga saudara?" kebingungan Cindy masih berlanjut.

"Hampir tiap hari dia di rumah ku, kalo rumahnya sepi, tidur di rumahku."

"Gila lu, pake pesugihan mana Ga? Apa ilmu Jepang kek gimana, bisa deket sama cewe cantik gitu," sahut Bima.

"Matamu," jawabku rada keras.

"Lu suka ya Ndra?" Bella menyela pembicaraan setelah selesai menulis.

"Nggak lah!" jawab Indra seperti menutupi sesuatu.

"Ga, trus dia udah punya cowo belum?, apa jangan jangan lu cowonya?" tanya Bella penasaran.

"Nggak lah," bantahku "dia udah ada yang punya, mantannya juga ada beberapa dan mereka putus gara gara aku sih, hahaha," jawabku tertawa.

"Maksudnya?" Cindy makin penasaran.

"Karena Lala sering kerumahku, dan banyak yang nggak terima, dan putus deh.. Jadi kalo ada yang nembak dia sekarang, syaratnya itu nggak boleh cemburu sama gue," jawabku sembari tertawa.

"Maksudnya, kalo Lala jalan sama lu, nggak boleh cemburu?" tanya Bima memastikan.

"Nice."

"Fak lah," cetus Bima kesal.

Aku tak tahan untuk tertawa.

Masih di dalam cafe karena tugas kami belum selesai, aku melihat Lala dengan pacarnya si Bagus berjalan keluar dari bioskop.

"Ehh film yang lagi bagus Minggu ini apa sih?" aku bertanya pada mereka.

"Itu loh film Habibie Ainun," Cindy memberi jawaban

"Ohh," jawabku singkat.

Aku enggan menyapa mereka, bukan karena apa tapi aku merasa nggak enak dengan Si Bagus.

Suasana cafe sangat terasa nyaman, kami berenam sibuk dengan tugas masing masing yang dibagi rata.

"Ga, itu bukannya...." ucap Bima memecah fokus.

"sstttt" potongku

Belum selesai menutup mulut, perkataan Bima kupotong.

"Biarin aja," lanjutku

Setelah itu hanya ada diam diantara kami, hingga waktu menunjuk jam 3 sore.

"Akhirnya selesai juga," Indra bersyukur.

"Lemot lu Ndra," ejek Yuni.

"Biar ngapa," sanggah Indra.

Kami berenam bisa disebut satu geng di kelas bahkan di sekolah, karena kami kemana mana pasti berenam ini.

"Pulang yuk, udah sore nih, terusin nanti malem aja," ajak Cindy sembari berkemas kemas.

"Bell, kamu disini apa mau ikut pulang?" tanya Yuni.

"Pulang aja," jawab Bella.

"Tapi mobilku nggak muat kalo berlima!?" Bima bingung.

"Aku anter mau? Tapi cuma naik motor," kataku menawari.

"Mau aja kalo boleh," Bella mengiyakan.

Mudahkan jika hanya seakan punya pacar, hanya seakan, bisa mengantar pulang ke rumah.

"Kuga, Bella, duluan ya, bye...!!"

"See you," ucap Bella

Mereka berpamitan dengan cara mereka. Aku pun mengantar pulang Bella ke rumahnya.

"Makasih ya Ga."

"Sama sama, maaf cuma bisa nganter pake motor."

"Santai, kaya sama siapa aja."

"Ya udah aku pamit."

"Oke."

Selama perjalanan aku kepikiran apa yang pernah Bima katakan, Bella join ke grup nongkrong karena aku, dulu kami hanya berlima, dan di kelas 2 Bella masuk sebagai murid pindahan, 1 bulan kemudian bergabunglah Bella.

'Woii massss......!!!!!!!

Suara teriakan yang keras mengagetkan ku, dan aku hampir saja menabrak anak kecil di kompleks sebelah, aku turun dari motor dan meminta maaf kepada orang disekitar, bergegas pulang dan masuk kamar.

Dikamar pun aku masih kepikiran hal tersebut tentang Bella yang tertarik padaku, keputus asa an ku membuat ku berpikir, Bella hanya tertarik, bukan suka apalagi cinta.

"Oi Kak Kugaaa, bangun udah malem," suara Yuki masuk ke telingaku.

"Haa? Aku ketiduran ya, iya iya aku bangun."

"Ayo makan malam," ajak Yuki padaku.

"Kakak mau mandi dulu, kamu duluan aja sana," suruhku.

Yuki pergi keluar kamar tanpa berkata.

Selesai mandi ku amati HP masih jam 7 malam, aku turun ke meja makan untuk makan malam.

"Kuga tadi dicari Lala, tapi karena kamu tidur trus dia pulang," kata Mama memberitahu.

"Ohh, oke," judes saja kujawab.

"Tadi ada juga yang nyari kamu, tapi Mama lupa namanya, pake kacamata, rambutnya pendek."

"Makasih Ma," jawabku sembari berpikir dia siapa.

"Cantik Kak, kaya aku," kata Yuki memuji diri sendiri.

Batu & 2 Kertas (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang