Rikara 6. Tabaah Ho Gaye

48 2 0
                                    


Maafkan jika ada TYPO ~~


♡♡♡♡♡


Aku seperti terbawa perasaan dengan cerita yang aku ketik ini. Bagiku ini sangat menyentuh. Aku mengetik part ini sambil mendengarkan lagu favoritku.

Tabaah ho gaye -Shreya Ghoshal






🌷🌷🌷🌷🌷

******

Flashback

"Tuan."

Pelayan itu datang sambil tergesa-gesa. Omkara yang melihat raut wajah pelayan itupun merasa kurang baik. Pasti ada masalah sampai ia harus tergesa-gesa menemuinya.

"Apa yang ingin kau katakan." Katanya tanpa meninggalkan sorot mata tajamnya pada pelayan itu.

Pelayan itu menjadi takut dengan tatapan membunuh Omkara yang akan memberitahunya tentang informasi yang pelayan itu dapat.

"Tuan. Nona.. ini tentang.. Nona." Katanya sambil terbata-bata.

"Katakan dengan jelas. Jangan sampai batas kesabaranku habis. KATAKAN." Omkara menjadi Geram dengan kegaguan pelayan itu.

"Tuan Nona dalam masalah sekarang. Semua orang sedang membicarakan Nona dan akan mengusir Nona."

"Apa yang kau bicarakan. Katakan dengan jelas padaku."

Matanya terbelak lebar. Omkara merasakan hal yang buruk sedang terjadi. Perasaannya sangat tidak karuan membuat dadanya menjadi sesak dan jantungnya berdetak dengan kencang.

Apa? Apa yang terjadi? Apa sesuatu terjadi padanya?

"Tuan, Nona... sedang hamil. Warga desa terlihat marah dan akan mengusirnya."

Hamil? Gadis itu hamil?

"Segera siapkan mobil. Kita pergi sekarang. Bawa para pengawal terbaikmu dan suruh pelayan menyiapkan semua di Mansion sesuai perintahku. Lakukan segera."

Omkara bangkit dari tempat duduknya langsung berlari menuju mobil dan melajukannya dengan cepat sampai mobil pengawalnya yang di belakang harus mengebut mengikuti mobil Tuannya.

*****

Waktu sekarang

"Turunkan tangan kalian." Geram Omkara dengan tatapan tajam ingin membunuhnya.

"Minggir." Perintahnya

"Hei anak muda..."

"Aku bilang minggir !" Aura gelap Omkara menguat melihat gadis yang ia renggut kehormatannya itu tersungkur di tanah menjadi tontonan masyarakat. Kemarahan Omkara semakin mendidih menatap tajam pada mereka saat melihat bekas luka pada tubuh Gauri.

Gauri tersungkur di tanah dengan isak tangis. Kepalanya tertunduk karena malu. Seseorang datang dihadapannya, ia merendahkan tubuhnya menghadap Gauri.

"Maaf." Lirihnya.

Gauri yang tidak tahu, ia mendongakkan kepalanya menatap wajahnya. Wajahnya terlihat samar-samar karena mata Gauri penuh dengan airmata. Saat tagisannya terhenti ia melihat dengan jelas wajahnya. Wajah itu adalah wajah yang sama dengan laki-laki itu.


R I K A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang