04 - Ada apa dengan Sehun?

1.1K 156 1
                                    

Seulgi kini tengah duduk bersila di tengah-tengah tumpukan bajunya, karena benar saja, mama Kang langsung mengirimkan barang Seulgi saat itu juga, sehingga kini apartemen Sehun dipenuhi baju si gadis manis itu. Seulgi terlihat tengah membereskan nya, meski ia sangat malas, karena ia tak pernah membereskan baju sebanyak ini, boro-boro Seulgi membereskan baju, membereskan sprei kasurnya saja Seulgi tak pernah.

Mulut Seulgi terus mengerucut, ia mencoba membereskan baju itu, namun tetap tidak terlihat rapih, Seulgi pun menyerah dan memutuskan untuk memasukan baju itu ke dalam lemari dengan sembarangan, untung saja lemari Sehun sangat besar jadi Seulgi leluasa memasukan bajunya yang super banyak itu.

Sedangkan Sehun kini tengah berkutat di dapur untuk menyiapkan makanan untuknya dan juga Seulgi, Sehun tak suka makanan di luar sana, ia lebih menyukai memasak sendiri dengan bahan-bahan yang selalu dikirim ibunya setiap Minggu, Sehun orang yang tak bisa berinteraksi dengan baik dengan orang lain, jadi dia lebih memilih menghindari keramaian dan lebih menyukai menyendiri di apartemennya.

Seulgi terlihat lesu melangkahkan kakinya menghampiri Sehun yang berada di dapur, raut wajahnya terlihat kusut, gerakan tubuhnya terlihat malas. Seulgi menghempaskan tubuh kecilnya itu pada kursi makan yang berada di dapur, sehingga ia bisa langsung melihat Sehun yang terlihat tengah fokus pada masakannya.

Suasana hening dan sepi, tak ada sebuah obrolan ataupun satu kata yang bisa memecahkan keheningan, Seulgi terlihat sangat bosan, ia mengetuk-ngetuk jarinya pada meja, dan pandangannya tetap fokus pada seseorang di depannya.

Apakah dia memang sedingin ini?

Dia benar-benar bukan manusia.

Bagaimana dia bisa tahan dengan hidup hanya terus terdiam.

Tapi dia tampan.

Dan menyebalkan.

Seulgi terus berbicara melantur di dalam hatinya, sembari memperhatikan Sehun yang tetap fokus dengan wajah datarnya, mengapa pria tampan itu tidak pernah menunjukan raut wajahnya? Bahkan jika di ingat-ingat Seulgi tak pernah melihat senyum si pemuda yang menjadi tunangannya itu.

Seulgi dan Sehun sudah bertunangan selama satu tahun, hal itu atas kehendak orang tuanya, Seulgi yang saat itu masih sekolah dan masih remaja, tanpa berpikir panjang langsung saja mengiyakan karena ia melihat calon tunangannya yang tampan.

Selama mereka menjalin hubungan, mereka jarang bertemu karena kesibukan masing-masing, Seulgi sibuk dengan sekolahnya begitupun Sehun dengan kuliahnya, mereka akan bertemu jika ada acara keluarga saja, dan tak ada lagi yang special, bahkan mengobrol berdua saja tidak pernah.

Seulgi tidak tahu, apakah ini benar atau salah, Seulgi tidak mengetahui sebuah hubungan itu mesti bagaimana. Seulgi tahu jika teman-temannya yang berpacaran selalu menghabiskan waktu bersama pacarnya, Seulgi kadang ingin melakukan hal itu tapi ia tak cukup berani mengajak Sehun untuk pergi karena takut mengganggu waktu si pria tinggi itu. Jadi pada akhirnya Seulgi memilih diam, dan menganggap bahwa semua ini hanya perlu waktu saja, sampai ia lelah.

Ttuk

Suara piring beradu dengan meja mengagetkan Seulgi yang tak terasa dari tadi hanyut dalam lamunannya, Seulgi menyadarkan dirinya, pandangannya kembali tertuju pada Sehun yang tengah memposisikan dua piring makanan diatas meja, dan menaruh satu piring tepat di depannya.

"Makanlah" ujarnya sedikit pelan, kemudian pemuda bertubuh tinggi itu duduk tepat di depan Seulgi dan langsung melahap makanan di hadapannya. Seulgi terdiam sejenak memperhatikan Sehun, kemudian setelah itu ia juga ikut menyuapkan makanan itu kedalam mulutnya.

Mereka kembali terdiam, hanya suara gesekan sendok dan piring beradu perlahan, tak ada sebuah percakapan.

.

.

.

Setelah acara makan mereka selesai, Seulgi memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di sofa, dan Sehun masih tetap terdiam, ini sangatlah tidak nyaman, Seulgi merasa ingin berteriak saja, ini bukanlah sebuah tempat tinggal melainkan sebuah penjara baginya, bagaimana bisa Seulgi menghabiskan waktu tanpa mengoceh dan berteriak pada sang mama, ya Seulgi jadi merasa rindu dengan rumahnya dan juga sang mama.

Seulgi melirik kearah Sehun yang tengah duduk di kursi dekat jendela, pria itu tengah berkutat dengan bukunya, dan sebuah kacamata bertengger dengan indah di hidungnya, Seulgi kembali mengerucutkan bibirnya, bagaimana bisa orang itu lebih memperhatikan benda mati dari pada tunangannya.

Setelah beberapa lama Seulgi semakin bergerak gelisah dan merasa bosan, haruskah ia pergi ke rumah temannya dan menginap saja disana? Karena jika pulang ke rumahnya pasti akan mendapatkan pencerahan panjang lebar dari sang mama dan terpaksa ia akan kembali ke tempat ini dalam waktu yang cepat.

Seulgi terlihat terdiam dan memutar otaknya untuk berpikir, bukankah dia dan Sehun tinggal disini agar bisa dekat dan mengerti satu sama lain? jika terus seperti ini, hasilnya akan sama saja, Seulgi akan merasa bosan dan memilih untuk berpisah.

Seulgi tiba-tiba saja bangkit dari duduknya, ia perlahan berjalan ke arah Sehun yang tetap fokus membaca deretan huruf di buku kesukaannya, dengan cepat Seulgi mengambil buku itu kemudian membuangnya ke sembarang arah.

"Hei apa yang kau lakukan?" Protes Sehun yang terlihat terkejut karena apa yang dilakukan Seulgi.

Seulgi tak menjawab pertanyaan Sehun, ia justru semakin menghampiri Sehun dan langsung duduk di pangkuan pemuda berkulit pucat itu.

"Aku sudah disini tapi kau malah memilih buku sialan itu" Seulgi melayangkan protesnya dan menatap Sehun dengan lekat.

"Maaf" ucap Sehun lirih, pria itu terlihat sedikit menunduk tak berani membalas tatapan Seulgi.

"Jika terus seperti itu, aku akan pulang" ancam Seulgi dengan lembut.

"Jangan, maafkan aku, aku tidak tau harus berbuat apa, ini pertama kalinya aku tinggal bersama seseorang terlebih kau tunanganku, aku sebenarnya gugup dan memilih untuk mengalihkan kegugupanku dengan membaca buku itu" Sehun melingkarkan tangannya pada pinggang Seulgi, dan menelusupkan wajahnya pada tubuh gadis manis itu.

"Kau keterlaluan" jawab Seulgi.

Hening...

Seulgi merasakan pelukan Sehun semakin mengeratkan dan kedua tangan pemuda itu terasa bergetar.

"Aku memang keterlaluan hiks, semua yang aku lakukan selalu salah, mereka selalu membenci apa yang aku lakukan, mereka membenci apa yang aku bicarakan, aku memang tak pantas melakukan apa-apa hiks" Sehun tiba-tiba meracau tak jelas, tentu saja Seulgi sangat terkejut, terlebih kini pria yang tengah memeluknya itu menangis.

Seulgi mencoba mencerna perkataan Sehun, apakah dia sudah melukainya? Apakah ini karena perkataannya?

"Ke-kenapa kau menangis?" Tanya Seulgi yang terlihat sangat bingung, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini.

Sehun langsung melepas pelukannya, dan menjauhkan Seulgi dengan cepat dari pangkuannya, lalu Sehun beranjak dari duduknya, kemudian berbalik dan melangkahkan kakinya menjauhi Seulgi.

"Mari kita berpisah, kau benar aku keterlaluan, jadi sebaiknya aku tidak menyakiti dirimu dengan memaksamu tetap bersamaku" ucap Sehun yang menghentikan langkahnya, namun ia tak berbalik, dan tetap memunggungi Seulgi.

Seulgi hanya terdiam mencoba mencerna situasi ini, apakah Sehun marah? Hanya gara-gara Seulgi mengganggunya membaca? Sungguh Seulgi tidak mengerti  ada apa dengan Sehun.

.

.

.

TBC

I CAN'T HANDLE IT! KANG SEULGI! - (SEULHUN VER) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang