Fakta - 43

32 3 0
                                    

"GAK!!! SEMUANYA BOHONG!!!"

Terdengar suara teriakan dari dalam pemakaman, disana sudah ada Airi yang lagi duduk bersimpuh didepan sebuah makam. Disampingnya ada seorang lekaki dengan pakaian serba hitam yang berlindung dibalik payung hitamnya.

"kenapa? Kamu gak mau menerima semua fakta ini? Huh? Fakta kalau kakak kesayanganmu telah lama mati? Hahaha"

Airi semakin menjerit sambil menarik narik rambutnya begitu keras dan lelaki itu– Xiha masih tertawa dengan keras, ia senang menyiksa korbannya dimulai dari psikis seperti ini. Tanpa aba aba sebuah pukulan langsung mendarat tepat diwajah Xiha, ia langsung tersungkur bercampur dengan tanah pemakaman dan juga air hujan.

"sudah saya bilang jangan sentuh Airi kan?!"

Lujin narik kerah baju Xiha dan melayangkan pukulan lagi dan lagi. Tapi Xiha malah terlihat senang dan tertawa, padahal seluruh wajahnya telah dihiasi darah miliknya sendiri. Terdengar suara derap langkah menuju mereka semua.

"udah cukup Lujin! Lu bisa masuk penjara!"

"lepasin! Biarin gua masuk penjara karena bunuh bajingan yang berani sakitin Airi!"

Junyi dan Dianjia mencoba buat lepasin cengkraman Lujin di kerah Xiha yang begitu kuat. Mereka juga dibantu beberapa polisi tapi nihil, Lujin terlalu kuat dan masih terus menghajar Xiha yang gak sadarkan diri.

"Airi udah gak apa apa, Jin. Ayo kita balik!"

"gak akan! Sebelum orang ini mati–"

BUGH

Lujin langsung jatuh kesamping tepat setelah Dianjia melayangkan sebuah pukulan di wajahnya. Perlahan lahan amarah Lujin mulai mereda, luntur terkena air hujan.

"puas jotosin nya? Lu mau dia yang dihukum atau lu yang dihukum sih, anjing?" tanya Dianjia dengan ketus.

"susul Airi di mobil polisi, soal pak Xiha biar gua sama Junyi yang urus"

Teringat soal Airi Lujin langsung lari ke mobil polisi dan cariin doi. Airi lagi diobatin sama seorang polwan, wajah cantik Airi penuh dengan lebam dan lumpur. Badan mungilnya menggigil, rambut panjangnya kusut, pakaiannya kotor dan bau tanah. Ada rasa iba dihati Lujin, tapi sekarang dia bersyukur karena Airi baik baik aja. Tanpa disadari air mata Lujin jatuh, doi jalan ke arah Airi yang udah selesai diobatin.

"Ai" panggilnya lembut. Airi mendongak dan melihat senyum manis Lujin yang seakan akan gak pernah luntur dari wajahnya. Ketika Lujin merentangkan tangannya, langsung saja disambut pelukan hangat dan juga tangis Airi.

"d-dia bilang kak Muel udah meninggal. Semua ini gak benar kan Jin? Dia cuma nakut nakutin aku kan?!"

Lagi lagi Lujin gak bisa ber kata apa apa, doi cuma bisa ngeratin pelukannya supaya Airi lebih tenang.

"Bilang ke gua kalau semua ini bohong, bilang Jin!!!" Lujin cuma menggeleng dan tangisan Airi semakin keras. Melihat Airi menangis rasanya hati Lujin benar benar hancur, ia melanggar janjinya sendiri.

Flashback on
Time : 10 tahun lalu

"papa! Lujin ambil permen Ai lagi!"

Airi kecil menangis dan mengadu pada ayah Lujin– Lee Sooman. Lelaki itu pun menggendong Airi dan mengecup singkat pipi gadis kecil itu.

"uh, anak papa yang cantik gak boleh nangis. Nanti papa belikan permen yang banyak ya?"

"janji?" Airi mengacungkan kelingkingnya yang mungil.

"ok, janji"

Dari kejauhan datang Lujin yang diseret oleh Lisa.

"cepat katakan pada adikku!"

Bibir mungil Lujin bergetar karena Lisa sedikit berteriak padanya.

"aku minta maaf. Ini aku kembalikan permenmu" Lujin menyodorkan lolipop milik Airi tadi. Gadis itu meminta untuk diturunkan dari gendongan Sooman. Dengan senang hati Airi menerima permen itu dan memakannya lagi.

"wah Lisa sangat pemberani ya? Eomma dan appa sangat bangga" Do Ra memeluk erat putrinya itu dan disusul usapan lembut Kai tepat dikepala Lisa.

"eomma, Ai juga mau dipeluk seperti eonni~"

"sini Lujin peluk"

Tangan tangan kecil Lujin memeluk tubuh Airi. Mereka berdua terlihat lucu, apalagi Airi yang mencoba untuk melepaskan pelukan 'maut Lujin'.

"kak Muel!" Samuel yang baru saja pulang sekolah terkejut mendengar suara teriakan Airi yang melengking. Saking kuatnya Lujin melepaskan pelukannya.

"kakak! Lujin peluk Airi sampai sesak!" teriak Lisa.

Melihat adik kecilnya menggembungkan pipi kesal, Samuel pun menusuk nusuk pipi itu menggunakan jari telunjuknya.

"Lujin kan anak baik, kenapa harus marah? Padahal kakak suka bermain dengan Lujin loh"

"tidak! Aku tidak suka dipeluk!"

Hampir saja Lujin menangis mendengar penolakan Airi yang begitu menusuk hati.

"aku anak baik kok. Aku gak akan bikin Ai nangis lagi, janji deh"

Airi masih enggan keluar dari pelukan kakak laki lakinya. Ia malah menatap uluran tangan Lujin, ia menatap orang orang dewasa diruangan itu.

"lihat? Lujin sudah janji, dan janji tidak boleh dilanggar"

Akhirnya Airi menerima uluran tangan itu dan kembali tersenyum manis.

Flashback off

"shhh, jangan nangis lagi. Kamu udah janji gak akan nangis lagi kan? Aku ada disini, tenang"

Lujin mengusap usap rambut basah Airi dengan lembut. Pikirannya kembali mengingat Airi kecil yang telah ia berikan sebuah janji. Perlahan amaeah Airi mereda, doi mulai lepasin pelukannya dan menatap Lujin dengan mata sembabnya.

"j-Jin, aku haus"

"tunggu disini ya? Aku ambilin minum dulu"

Dengan lembut Lujin mengusap pipi Airi dan sekilas mengecup keningnya. Perasaan tidak enak muncul saat Lujin mulai berjalan meninggalkan Airi, tapi perasaan itu dibuang jauh jauh. Baru beberapa langkah terdengar suara teriakan beberapa orang. Sedetik kemudian Lujin berbalik dan melihat Airi sudah bersimbah darah dengan sebuah pulpen menusuk perutnya.

"AIRI!!"

.
.
.

"bagaimana dok?" tanya Jihoon.

"kami hanya bisa melakukan terbaik yang kami bisa, permisi"

Dokter itu berlalu begitu saja. Jihoon yang gak terima dengan semua ini langsung jotos Lujin saat itu juga.

"kalau semua ini beneran terjadi, lu bakal habis ditangan gua!"

Jihoon pergi meninggalkan Lujin didepan ugd tempat Airi sekarang. Pikiran buruk mulai menggerogoti otak Lujin secara perlahan, amarah mulai meluap, cuma ada satu pilihan.

.
.
.

"gege! Ai jie dimana?"

Linma yang lagi bawa 3 teh hangat diatas nampan lingak linguk cariin Airi. Sedangkan Dianjia dan Junyi cuma bisa diam, mereka gak tahu harus jawab apa.

"ye, ini dua orang kenapa diem aja? Jawab kek"

"eh Airi udah balik?"

"mana mana?!"

"woe anjir. Bantuin gua ini, tapir!"

Semua penghuni kostan udah keluar dan berkumpul diruang tamu. Terlihat raut bahagia diwajah mereka semua, tapi tidak dengan Junyi dan Dianjia.

"kok diem aja? Airinya mana?"

Dengan berat hati akhirnya Dianjia buka suara.

"Airi, udah gak ada"








Satu chapther lagi guys :)
Happy reading
Ttd
Minchaoniee

My Little Sunshine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang