Sakit - 32

39 2 0
                                    

"Ai?"

Junyi mengetuk pintu pintu kamar Airi lagi tapi masih sama seperi beberapa menit lalu, gak ada jawaban dari dalam.

Tring

Junyi cuma bisa pasrah, gak mungkin kalau dia dobrak pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Junyi cuma bisa pasrah, gak mungkin kalau dia dobrak pintu. Om Tao juga lagi dinas diluar kota, Jihoon juga kuliah, kunci cadangan dibawa Jihoon, huh capek tau.

Didalam kamar, Airi mencoba untuk tidur. Pikirannya masih kacau karena percakapannya dengan Kai kemarin,

Flashback on

"jadi kenapa kamu ke perumahan Satama?"

Airi sedang malas menatap mata hitam ayahnya, ia mengetuk ketukkan ujung sepatunya dengan kaki meja.

"sayang, lihat penampilan kamu berubah. Kemana putri kesayangan appa yang manis?"

"hilang ditelan bumi"

Kai paham dengan apa yang dimaksud Airi. Mungkin sebuah tamparan adalah hal biasa, tapi hal itu bisa saja menjadi sebuah trauma besar untuk anak kecil.

Ini adalah kedua kalinya mereka berdua bertemu secara langsung setelah sekian lama. Rasanya, canggung.

"tahu kenapa appa panggil kamu Airi?"

"wae?"

Kai kembali tersenyum ketika Airi mulai mau menatapnya, meskipun ada sedikit rasa ragu.

"Ai dalam bahasa China artinya cinta. Sedangkan kata Ri diambil dari nama belakang kamu, Kim Dong Ri. Jadi, Airi punya arti Ri yang dicintai"

Perlahan Kai mendekati putrinya dan duduk bersimpuh untuk menyamakan tinggi mereka.

"kalau teman teman kamu tahu kamu anak appa, mereka pasti gak akan percaya karena kulitmu begitu putih sedangkan appa gelap. Benar kan?"

"kulit appa kayak kulit pohon, kasar"

"mwo?"

Melihat wajah Kai yang terkejut membuat Airi ingin tertawa, untung dia bisa menahannya.

"kalau lucu ketawa saja, itu gak akan mengurangi usia mu"

Senyum Kai memang manis. Diluar dia terlihat begitu sangar tapi hatinya sangat lembut ketika bersama Airi. Tangan kanan Kai mengarah untuk menyentuh wajah putrinya itu. Ini adalah moment yang benar benar ia rindukan. Ketika jarak antara wajah dan jari Kai tinggal sedikit, Airi mendorong kembali tangan itu.

"kenapa sayang? Hm?"

"a-ani"

Airi berdiri dan hendak meninggalkan ruangan itu.

"Ai, appa tahu kenapa kamu ke rumah itu. Appa cuma mau kamu jujur, ternyata gak bisa. Sebaiknya kamu batalkan saja rencana mu itu, atau semua akan sia sia dan kamu akan sakit hati"

Tubuh Airi tiba tiba seperti membeku.

"appa bukan mengancammu, tapi hentikan sekarang atau kamu akan menyesal"

Airi memejamkan matanya rapat rapat, ia mengusir segala rasa ragu yang datang dihatinya. Dengan berani dan yakin ia berbalik dan menatap Kai dalam

"maaf, tapi ini udah terlanjur jauh, appa"

Flashback off

Ketika membuka mata untuk pertama kalinya, Airi melihat langit langit kamarnya. Kayaknya doi ketiduran deh, rasa rasanya badan Airi sedikit lebih enteng. Eh, pas mau duduk rasanya tiba tiba pusing.

"eh, eh, mau ngapain lu?!"

Mungkin karena bangun tidur mata Airi masih belum bisa fokus dan gak bisa ngenalin siapa itu.

"nuguya?"

"nuguya nuguya, mbah mu! Ini abang lu woe!"

Jihoon nyentil jidat Airi, tapi gak keras keras. Ya kali orang baru sadar mau ditonjok? Aneh lah.

"kok lu disini bang?"

Airi yang masih belum ngeh sama dirinya sendiri malah bertanya tanya kenapa Jihoon ada disini? Bukannya kuliah? Ini jam berapa?

"gak usah gaya gayaan kayak orang amnesia! Gua gampar nih?"

"aish, gua beneran bang!"

Mendengar nada bicara Airi yang serius Jihoon menggigit bibir bawahnya itu.

"tadi waktu dikantin kampus gua Bang Seongwoo iseng nelfon lu pake hp gua dan nyalain speakernya, tapi gak ada suara juga. Terus gua chat Junyi, ternyata lu sakit. Dan ketika gua sampai disini lu udah jatuh disamping kasur"

Jadi Airi pingsan? Bukannya tidur? Ntahlah, tapi karena ketemu sama Kai kemarin pikiran Airi makin kacau.

"jadi... Gimana?"

"apanya?" tanya Jihoon yang lagi celupin kompresan punya Airi. Mendengar jawaban Jihoon, Airi cuma berdecak kesal dan milih buat duduk senderan. Karena tahu muka Airi udah masam gitu, akhirnya Jihoon meletakkan sebuah flashdisk hitam di meja dekat kasur Airi.

"ba-"

"udah gak usah rempong. Cuma itu aja yang gua dapat, sisanya gak bisa"

Jihoon senyum manis, saking manisnya Airi mau gumoh.g
Airi benar benar berterima kasih sama Jihoon. Walaupun Jihoon kek bocah, dia tetep bisa diandelin dalam waktu tertentu.

Setelah flashdisk ada ditangan Airi, Jihoon pamit mau balik ke kampus karena ada jam. Dengan segera Airi ngambil laptopnya dan lihat isi flashdisk itu.

"RSJ Marsita?"

Mata Airi berkaca kaca, antara sedih dan bahagia sedang ia rasakan saat ini.

"tunggu sebentar lagi, Ai gak akan lama" ucapnya sambil tersenyum lembut yang diiringin jatuhnya sebutir air mata yang ditahannya selama ini.

.
.
.

"Ai?"

Junyi mengetuk pintu pintu kamar Airi lagi tapi masih sama seperi beberapa menit lalu, gak ada jawaban dari dalam.

"lah anjir, kok deja vu yak gua?"

Junyi yang lagi garuk garuk leher auto kaget karena lihat Airi yang tiba tiba muncul didepannya.

"astagfirullah. Ai, salam dulu atuh. Kaget nih abang"

"salah sendiri disitu"

Karena kesal Junyi cuma berdiri disitu dan membentuk lengkungan pelangi dengan bibirnya. Tahu Junyi bakal gitu, Airi cuma ngelirik dan jalan ninggalin doi, baru juga beberapa langkah Airi udah berhenti.

"mau makan gak? Gercep elah!"

Seketika senyuman Junyi kembali lagi. Mungkin Junyi dan yang lain harus buang jauh jauh pikiran buruk mereka tentang Airi.





Mendekati chapter terakhir :)
Setelah ff gak jelas ini selesai, author mau publis cerita baru...
Kita tunggu aja!
Ttd
Minchaoniee

My Little Sunshine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang