Setelah kejadian Pak Bara memarahiku hanya karena meminjam mukenah istrinya, dari situ aku jarang bertemu dengan Khaira dan Khail. Jika aku bertemu dengannya, aku pura-pura berbalik dan tidak menyadari kehadirannya.
Malam harinya, Aku sedang merebahkan badan setelah salat maghrib diatas sajadah dengan masih menggunakan mukenah dengan menikmati semilir angin yang di ciptakan oleh kipas di belakang punggungku. Tanganku terulur, menutup Al-Quran dan meraup wajah sebentar.
"Hah, hidup gue gini-gini terus kapan bisa dapat jodoh nya." Gumamku sambil melepas mukenah dan menatanya, lalu setelah lipatan mukenah rapi langsung saja kutaruh pada lemari yang khusus untuk menyimpan mukenah dan Al-Quran.Malam ini rasanya berbeda, biasanya aku akan keluar rumah sekedar duduk-duduk di kafe bersama Sarah, teman ku sejak SMP, aku memulai berkenalan dengan nya saat pertama kali masuk dan akhirnya kami cocok sampai sekarang dalam artian kami menjalin hubungan persahabatan dari dulu sampai sekarang. Tak hanya Sarah, biasanya juga aku akan keluar bersama kakak ipar ku yang bernama Mbak Kayla, namun sekarang ia tengah menjalani KKN. Ya, meskipun ia sudah mengemban tugas menjadi ibu runah tangga dan memiliki satu orang anak, tapi ia ingin menamatkan pendidikan nya minimal S1, dan akhirnya aku yang kena imbas setiap Mbak Kayla memiliki jadwal kuliah.
Pintu berderit, di susul pintu terdorong kedalam. Di ujung sana Mas Rio tengah menggendong buah hatinya bersama Mbak Kayla. Mas Rio adalah Kakak kandungku, sedangkan Mbak Kayla adalah istrinya, dan Azam adalah anak mereka sekaligus keponakanku.
"Azaaamm..." Pekikku melompat dari kasur sambil menyerobot Azam dari gendongan ayahnya. "Ngapain kesini?" Tanyaku sambil mencium pipi berisi milik Azam yang mengeluarkan aroma khas bedak bayi.
"Jagain bentar ya, Dek... Mas mau salat maghrib dulu." Mas Rio menepuk bahuku sebentar. "Kamu udah salat, kan? Awas ninggalin salat, Mas aduin ke Mama." Dulu, Mas Rio sempat di pondokkan karena di sekolah umum, ia selalu berbuat onar dan nakal, kini ia berbeda seratus delapan puluh derajat menjadi lelaki taat akan agama.
Kepalaku mengangguk cepat dan membawa masuk Azam kedalam kamarku. Sembari menjaga Azam, aku mengoreksi jawaban PR anak-anak dan menyalin nilainya di daftar nilai. Beginilah keseharianku menjadi guru PAUD.Aku menghela nafas, meluruskan otot lenganku yang kaku karena selama tiga puluh menit berkutat mengoreksi jawaban PR dan menyalin di daftar nilai karena akan di setorkan nilainya pada jam delapan malam.
"Azam... Jangan diacak-acak, Sayang." Mataku membulat saat Azam sudah meraih satu buku PR dengan sampul merah muda bergambar bunga dan menyobeknya pada beberapa halaman, bahkan cover buku sudah sobek menjadi dua bagian. Azam tertawa, hampir memasukkan sobekan kecil buku tulis pada mulutnya namun segera ku cekal.
Aku menyingkirkan beberapa buku PR agar tidak menjadi korban keganasan Azam selanjutnya, baiklah aku akan mengganti buku PR yang di sobek Azam dengan buku PR yang baru.
"Aunty Lili marah, enggak mau gendong Azam lagi." Aku pura-pura melancarkan aksi ngambek ku dengan bersedekap sambil memalingkan wajah. Bayi berusia satu tahun tersebut mulai berkaca-kaca, tangan nya merentang lebar ingin kupeluk.
Mata bulatnya mulai berkaca-kaca diikuti hidungnya memerah. "Hua... Lili, Lili..." Dan akhirnya Azam menangis kencang membuat Mas Rio datang masuk ke kamarku.
Ia langsung menggendong Azam dan menenangkan nya, Azam memberontak, Ia ingin kugendong."Kenapa Azam, Dek. Kok nangis?" Tanya Mas Rio sambil menyerahkan Azam untuk kugendong.
"Tuh..." Aku menunjuk buku PR entah milik siapa yang menjadi korban kekerasan Azam hingga buku tersebut tak berbentuk lagi. "Masa setiap koreksi selalu ganti yang baru..." Tak hanya kali ini, kemarin-kemarin pun sama, aku di haruskan mengganti buku PR anak kelas B dan mendapat komentar pedas dari orangtua murid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Husband [TAMAT]
Romance[Atmadja series] [Sedia tisu sebelum membaca, karena cerita ini memiliki alur dengan konflik berat dan plot twist yang menguji kesabaran, emosi dan air mata!!] Amalia Khairunnisa, Perempuan berusia 22 tahun yang berprofesi sebagai guru PAUD(Pendidik...