Part 4

38.1K 1.7K 15
                                    

Hari Sabtu merupakan kandidat hari yang kubenci dari tujuh hari lainnya, karena pada Hari Sabtu, anak-anak diadakan menanam bersama dihalaman belakang sekolah yang artinya jika aku pulang pasti badan terasa kotor semua dan becek dimana-mana karena mereka menyiram tanaman dengan air yang tidak wajar hingga membuat tanah menjadi berair. Sekarang, aku tengah menyiapkan barisan untuk senam pagi yang dilakukan oleh anak-anak beserta staf guru, senam pagi mengawali berjalannya proses berkebun.


Setelah acara senam pagi selesai, dilanjut dengan berkebun, masing-masing siswa sudah dijelaskan tata cara bercocok tanam, cara merawat dan lain-lain. Mereka sudah disediakan sekop kecil, benih, dan air. Seperti yang kubilang tadi, kini tanah kebun becek dengan genangan air yang bercampur dengan tanah, beberapa anak berlarian hingga menimbulkan percikan pada genangan air yang menyiprat dibajuku. Aku diam saja sambil menghela nafas. Melanjutkan berkeliling memandu anak-anak.

"Ara lagi nanam apa?" Tanyaku pada Khaira yang fokus menanam, ia merupakan murid pintar dan disiplin, lihat saja, hasil tanaman nya jauh lebih baik dari anak-anak.

Khaira mendongak. Seperti biasa, ia tersenyum ceria. "Lagi nanam bunga mawar, Bu Guru..." Jawabnya

Aku mengangguk, kembali berkeliling untuk melihat-lihat hasil tanaman mereka. Acara berkebun usai pada pukul setengah sepuluh. Setelah berkebun, setiap siswa diwajibkan mencuci tangan sebelum makan. Untuk konsumsi, sekolah sudah menyediakan. Jadi, kali ini aku dan staf guru membagikan konsumsi berupa satu kotak nasi, snack, dan air mineral. Memberikan waktu empat puluh lima menit untuk waktu istirahat mereka.

Aku duduk di ruang guru dengan termenung, bagaimana tidak, handphone ku sudah rusak, biasanya setelah mengajar aku akan bermain game di handphone ku, namun sekarang aku hanya bisa duduk diam sambil memakan bekal yang kubawa dari rumah. Bekal yang kubawa hari ini adalah nugget dan cah kangkung, setiap ada lauk pasti ada sayur nya, begitu kata mama, terkadang aku merasa bosan dengan adanya sayur. Tak hanya fokus makan, aku juga membagi fokus di luar jendela, mengamati anak-anak yang sedang bermain di ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, dan lain-lain, kami para guru menjaga murid dengan baik meskipun mempunyai kesibukan masing-masing.

Mataku memincing melihat seorang pria yang masuk kedalam taman bermain, pria itu berjongkok memeluk Khaira dan Khail, ya... Itu adalah Pak Bara, pria itu berjalan bersama kedua anaknya menuju ruang guru, apa? Ruang guru? Mataku mendelik saat Pak Bara sudah berada di balik pintu ruang guru, beberapa perhatian guru terpusat pada Pak Bara, namun aku abai saja, aku masih marah soal ia mengagetkanku dan membuat handphone ku jadi rusak. Aku memilih meringkus di pojokan supaya tidak terlihat, aku masih diam saja saat aku dengar ia mencari ku.

"Sstt... Li, itu di cariin pangeran, tuh" Bisik Atika sambil mendekat, aku memutar bola mata malas dan menutup kotak bekal milikku lalu kumasukkan ke dalam tas.

Aku berjalan malas-malasan kearah Pak Bara, dia hanya diam saja berekspresi satu macam yang ia miliki, datar. Lama menunggu ia buka suara, tiba-tiba aku terkejut saat ia menarik tangan ku menuju bangku panjang yang berada di taman bermain, Pak Bara sudah mengusir dua anak nya untuk kembali bermain, sedangkan aku bersama Pak Bara duduk berdua! Iya berdua saja, apalagi aku masih syok saat ia menarik tangan ku, jantungku berpacu tidak normal.

"Kamu masih marah?" Suaranya memecah belah lamunanku.

Aku mendengus. "Siapa yang nggak marah kalau hapenya dirusakin." Jawabku cepat. Suasana kembali hening.

"Saya sibuk, Pak... Jadi kalau bapak cuma diam saja kenapa sama saya? Kenapa gak ngajak sama yang lain sih?!" Seruku, berusaha menghindarinya. Aku juga ingin menghindarinya agar perasaan asing ini tidak tumbuh merambat ke hatiku, aku juga tidak mau sakit hati tau-tau dia sudah punya pacar atau istri.

Dear Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang