Bab 7 | Tamu Tak Diundang

2.5K 126 1
                                    

'Kebaikan hati dan ketulusannya yang membuat semuanya terasa lebih mudah untuk dijalani.'


*  *  *


Nasywa memarkirkan sepedanya di depan restoran tempatnya bekerja, gadis itu datang masih dengan seragam putih abu-abunya karena memang setiap sepulang sekolah ia langsung berangkat kerja tanpa harus pulang ke rumah terlebih dahulu. Mengingat jarak rumah dan restoran yang cukup jauh, jadinya ia selalu membawa pakaian ganti di dalam tas ranselnya. Pandangan Nasywa jatuh kepada sebuah keluarga yang terlihat sangat bahagia menikmati makanan mereka, senyum Nasywa terukir melihat pemandangan itu. Ada secuil rasa di hatinya yang menginginkan berada diposisi anak itu, bisa berbahagia menikmati kasih sayang dari kedua orang tuanya yang lengkap.

"Nasywa!!" Lamunan Nasywa terbur ketika Rendy memanggil namanya.

"Ya Chef?" Nasywa menoleh kearah Rendy yang sepertinya tengah bersiap-siap untuk pulang.

"Kamu tidak mau pulang?"

"Hah?"

"Hari sebentar lagi malam dan jadwal bekerja kamu telah selesai, apa tidak ingin pulang?" Tanya Rendy sambil menatap Nasywa yang sepertinya tengah kebingungan.

"Benarkah Chef?" Nasywa menatap jam yang ada di dinding dapur, ternyata benar waktu telah menunjukan pukul 17:47 WIB.

"Ah iya, kalau gitu saya siap-siap pulang dulu Chef."

"Apa yang kamu pikirkan Nasywa hingga jam pulang saja tidak kau ingat?" Ucap Rendy sambil terkekeh.

"Ah tidak ada, saya hanya memikirkan bagaimana rasanya jika memiliki keluarga yang bahagia. Kalau begitu saya pamit dulu ya Chef, Assalamualaikum." Nasywa meninggalkan Rendy yang kini mematung mencerna segala ucapan dari Nasywa.

"Waalaikumsalam, kasihan sekali Nasywa." Gumam Rendy.

Nasywa mengayuh sepedanya sambil bersenandung ria menyanyikan lagu shalawat kesukaannya, pandangan Nasywa mengarah pada seorang anak laki-laki yang dulu pernah ia temui. Anak laki-laki itu tengah menawarkan koran yang ia bawa kepada kendaraan yang berhenti ataupun lewat, Nasywa pun mengayuh sepedanya menghampiri anak itu.

"Assalamualaikum adik kecil."

"Waalaikumsalam, eh? Kakak kan yang beli kolan aku waktu itu kan?" Tanya anak kecil itu membuat Nasywa mengangguk sambil tersenyum.

"Kayaknya kita harus ke pinggir jalan dulu deh adik kecil, takut kena tabrak kalau ditengah jalan seperti ini." Nasywa mendorong sepedanya untuk menyebrang jalan diikuti anak kecil itu yang membuntuti langkahnya.

Kini mereka tengah duduk dibangku yang terdapat ditrotoar jalan, Nasywa memperhatikan wajah anak kecil itu sambil tersenyum. Selama ini ia selalu memimpikan memiliki adik kecil agar ia bisa menjaganya, namun impian itu tak bisa tercapai karena Ibu dan Ayahnya telah meninggal dunia.

"Oh iya kita dari tadi belum kenalan ya? Kenalin nama Kakak Nasywa." Anak laki-laki itu memandang Nasywa dengan mata bulatnya, sekejap kemudian ia tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi namun ada satu yang ompong.

"Nama aku Levan Kak." Ucap anak laki-laki itu membuat Nasywa mengernyitkan dahinya, Levan? Unik sekali nama anak ini.

"Levan? Nama kamu unik banget." Nasywa terkekeh kecil membuat anak laki-laki yang bernama Levan itu kesal.

"Bukan Levan Kak, tapi Levan... L E V A N..." Anak laki-laki itu berusaha menyebutkan huruf R meskipun tetap saja tidak bisa.

"Oooh nama kamu Revan ya?" Revan mengangguk.

Cinta Dalam SujudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang