Bab 10 | Ketidaksukaan

2.6K 132 1
                                    

'Dalam kehidupan tidak akan ada jalan yang begitu mulus, pasti akan ada penguji setiap langkah kaki yang menapak.'






*  *  *

Richard turun dari mobilnya sambil memgenakan kaca mata hitam miliknya, laki-laki itu menyandarkan tubuhnya didepan mobil sambil sesekali melirik jam di pergelangan tangannya. Siswa-siswi telah membubarkan dirinya begitu mendengar bel pulang berbunyi, pandangan Richard teralihkan ketika melihat seorang gadis menghampirinya.

"Om nungguin siapa disini?" Tanya salah satu siswi dengan nada centilnya yang membuat Richard bergidik, masig kecil sudah berani menggoda orang dewasa?

"Seseorang." Singkatnya.

"Sambil nungguin orang itu gimana kalau ngobrol sama aku? Oh iya kita belum kenalan ya Om, nama aku Ria kalau nama Om siapa?" Ria mengulurkan tangannya, Richard hanya melirik sekilas uluran tangan itu.

"Richard." Ucap Richard tanpa menyambut uluran tangan Ria.

Dalam hati Ria menggerutu kesal karena laki-laki dewasa didepannya tak menerima uluran tangannya, namun ia hanya mengulas senyum sok manisnya dan berpura-pura tak masalah akan kelakuan Richard.

"Waah nama kita hampir samaan ya Om, Richard dan Ria. Sama-sama diawali dengan huruf R, apa mungkin kita jodoh ya?" Ria mengedipkan sebelah matanya.

Richard tak menanggapi, dia malah menghampiri dua gadis yang tengah tertawa bersama. Dan apa yang dikatakan Richard selanjutnya sukses membuat Ria melotot ditempatnya begitupula dua gadis itu.

"Udah pulang sayang?" Richard sengaja menekankan kata sayang agar si gadis centil itu bisa mendengar ucapannya.

"U-udah." Gugup Nasywa.

"Ya udah kalau gitu ayo kita pulang, Jessy ayo pulang nanti Abang jelasin." Richard menarik tangan Nasywa dan Jessy menyuruh kedua gadis itu masuk kedalam mobilnya, meninggalkan Ria yang memandang kepergian mereka dengan tatapan heran dan penasaran.

"G-gue tadi gak salah dengerkan? Abang manggil Nasywa sayang? Ada apa ini? Apa Abang pacaran sama Nasywa?" Tanya Jessy berturut-turut ketika Richard telah menjalankan mobilnya.

Richard dan Nasywa duduk didepan sedangkan Jessy duduk dikursi penumpang sambil bersedekap dada, matanya menatap Abangnya dan Nasywa secara bergantian. Menuntut penjelasan akan apa yang didengarnya tadi.

"Kami sudah menikah." Ucap Richard singkat yang membuat Jessy membulatkan matanya.

"N-nikah? A-abang jangan bercanda deh, mana mungkin kalian nikah. Nasywa kan masih sekolah, dan setau gue kalian gak pernah deket sebelumnya." Jessy menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh Richard.

"Abang gak bohong kalau kamu gak percaya coba tanya saja pada Nasywa." Pandangan Jessy mengarah kepada Nasywa yang tengah menundukan kepalanya.

"Nasywa... Beneran lo sama Bang Richard udah nikah?"

"I-iya." Lirih Nasywa sambil menganggukan kepalanya.

"Jadi bener?!! Ah Abang!! Kenapa gak ngasih tau Jessy sih?!! Kalau tau kan gue mau dateng diacara pernikahan kalian!!" Jessy berdecak sebal sambil berteriak tak jelas, berusaha memberitahu kepada kedua orang itu kalau saat ini ia benar-benar sangat kesal.

"Pernikahannya mendadak, Papa sama Mama juga belum tau. Ini Abang mau ke rumah buat ngasih tau mereka." Ucap Richard dengan pandangan yang masih lurus ke jalanan.

"Kapan kalian nikahnya?"

"Kemarin."

"Pantesan Bang Richard semalem gak pulang ke rumah, biasanya juga pulang. Nomornya aja susah buat dihubungi, ternyata nikah tapi gak ngasih tau orang rumah. J-jangan bilang kalau Nasywa lagi-..." Ucapan Jessy terpotong ketika Richard melempar Jessy dengan tissue bekas ia mengelap keringat.

"Ih Abang, bau tau." Kesal Jessy seraya membuang tissue lemparan Richard dengan asal.

"Habisnya omongan tuh dijaga, apa gunanya sekolah kalau mulutnya kurang berpendidikan begitu."

"Apa sih Bang? Orang gue ngomong aja belum selesai, gak usah sok tau deh." Ketus Jessy.

"Abang tau apa yang mau lo omongin ya, jangan asal nuduh orang sembarangan... Dosa tau."

"Terus Abang kenapa tiba-tiba nikahin Nasywa?" Nasywa semakin menunduk mendengarnya.

"Udah sampai, kalian gak mau turun?" Jessy memandang ke luar jendela begitupula dengan Nasywa.

"Turunlah, siapa juga yang mau lama-lama di mobil? Pengap gitu." Ucap Jessy sambil turun dari mobil.

Nasywa memandang halaman depan rumah orang tua Richard dan Jessy yang terdapat air mancur dengan kolam ikan, beberapa tanaman hias semakin mempercantik area depan rumah ini. Jessy mengajak Nasywa memasuki rumah sedangkan Richard masih harus memarkirkan mobilnya di garasi rumah, Jessy langsung menarik tangan Nasywa begitu mendengar suara televisi terdengar. Sepertinya Mamanya tengah menonton berita, terdengar suara samar-samar dari luar.

"Assalamualaikum Ma, Pa.." Salam Jessy.

"Waalaikumsalam."

"Loh Jessy ini siapa?" Tanya Mama Jessy.

"Ini Nasywa sahabat Jessy Mah sekaligus istri dari Bang Richard." Ucap Jessy memperkenalkan Nasywa kepada kedua orang tuanya sambil mengembangkan senyumnya.

"Istri Richard?" Terlihat Mama Jessy memandang penampilan Nasywa dari atas sampai bawah membuat Nasywa merasa risih diperhatikan seperti itu.

"Tapi Richard gak pernah bilang apa-apa sama Mama, bahkan dia gak pernah ngenalin perempuan lain setelah kejadian itu." Mama Richard dan Jessy masih memperhatikan Nasywa dengan tatapan menilainya.

"Sudah Ma, Nak siapa tadi?" Pria paruh baya dengan wajah oriental Jerman itu melerai omongan dari istrinya.

"Nasywa Pak.."

"Ah iya Nasywa, Jessy kalian duduk dulu." Jessy pun mengajak Nasywa untuk duduk di sofa panjang yang berhadapan dengan kedua orang tuanya.

"Jadi kamu istri Richard? Kapan kalian menikah?"

"Kami menikah kemarin Pa, Ma." Bukan Nasywa yang menjawab melainkan Richard yang datang dan langsung mendudukan dirinya disamping Nasywa.

"Kamu menikah kok gak bilang Papa dan Mama sih? Lagin sejak kapan selera kamu jadi berubah begini masalah perempuan?" Nasywa menundukan pandangannya ketika Mama Jessy menampakan ketidaksukaannya akan kenyataan status Nasywa dan Richard saat ini.

"Richard dan Nasywa datang ke sini untuk memberitahukan kepada Papa dan Mama bahwa kami sudah menikah, untuk alasan Richard menikah terburu-buru nanti akan Richard jelaskan." Richard melirik sekilas Nasywa yang masih menunduk.

"Kamu apa tidak ada perempuan lain yang bisa kamu nikahi? Bukankah kamu sedang dekat dengan Evelyn? Kenapa tiba-tiba kamu malah menikah dengan gadis kampungan seperti ini!?"

"Mama!! Cukup Ma!! Jangan menghina istri Richard!!"

"Memang benarkan apa yang Mama katakan kalau dia itu hanya gadis kampung yang masih SMA? Apapun alasan kamu menikah dengan dia Mama tidak sudi menganggap dia menantu Mama!!" Setelah mengatakan itu Mama langsung beranjak meninggalkan mereka berempat.

Terlihat Papa Richard menghela nafas sambil menatap Nasywa yang menunduk tengah menahan tangis, ka tidak menyangka kalau istrinya itu akan berkata begitu kejamnya.

"Richard, Papa merestui hubungan kamu dan Nasywa. Masalah Mama kamu biar Papa nanti yang berbicara kepadanya, Jessy lebih baik kamu masuk ke kamar. Ada yang mau Papa bicarakan kepada Richard dan Nasywa." Jessy mengangguk.

"Maafin Mama gue ya Nasywa..." Ucap Jessy sambil menepuk bahu Nasywa kemudian beranjak meninggalkan mereka berempat.

"Nak Nasywa, omongan Mama Richard tadi jangan kamu masukin hati ya? Sebenarnya dia orang yang baik hanya saja sifatnya akan begitu jika melihat orang baru." Nasywa mengangguk pelan.

"Richard lebih baik kamu ajak Nasywa ke kamarmu untuk beristirahat, setelah itu temui Papa di ruang kerja. Ada masalah pekerjaan yang harus kita bahas." Richard mengangguk dan mengajak Nasywa menaiki tangga menuju kamarnya.




Cinta Dalam SujudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang