Bab 11 | Gunjingan

2.5K 128 1
                                    

'Akan ada saatnya seseorang mendapat balasan atas apa yang telah dia perbuat baik itu kebaikan maupun keburukan.'

*  *  *

Pagi hari ini ada empat orang ditambah satu anggota keluarga baru tengah duduk di meja makan sambil menyantap sarapan mereka masing-masing, Nasywa sedikit kikuk begitu mendapati tatapan Mama mertuanya masih saja sinis terhadapnya. Richard yang sedari tadi melihat Nasywa menunduk pun menatap Mamanya yang sedari tadi menatap tajam sang istri.

"Ma jangan ditatap kayak gitu juga Nasywanya, dia jadi takut tuh." Tegur Richard yang mulai jengah dengan kelakuan Mamanya.

"Biarin aja, biar sekalian dia gak betah terus pergi dari sini." Ketus Mama membuat semua anggota keluarga menghela nafasnya kecuali Nasywa yang hanya menunduk.

"Ma jangan begitu dong, bagaimanapun juga Nasywa itu istri Richard dan sekarang telah menjadi menantu Mama. Richard harap Mama bisa menerima Nasywa menjadi bagian dari keluarga ini." Ucap Richard lembut.

"Pokoknya Mama masih tidak setuju kalau kamu menikah dengan dia, seharusnya kamu menikah dengan Evelyn menantu idaman Mama bukannya malah menikah dengan gadis belia ini." Mama tak lagi menyebut Nasywa gadis kampungan karena ia telah mendapat teguran dari Papa, kalau sampai Mama masih menyebut Nasywa dengan panggilan demikian semua aset yang Mama terima akan disita oleh Papa.

"Udahlah Ma restui saja mereka, disini juga kita untuk makan bukannya malah memperdebatkan hal-hal yang tidak penting." Lerai Papa yang mulai tidak suka dengan pembicaraan istrinya.

"Tapi Pa..."

"Udah ya Ma sekarang kita makan yang tenang, Richard sudah dewasa untuk menentukan apa yang akan menjadi masa depannya begitupun juga pendamping hidup. Kita sebagai orang tua hanya bisa mendoakan dan merestui saja, bukannya malah ikut campur seperti yang Mama bicarakan saat ini."

"Mama bukannya ikut campur Pa, Mama hanya ingin yang terbaik untuk Richard." Ucap Mama tak terima ketika Papa mengatakan bahwa ia terlalu ikut campur urusan Richard dan Nasywa.

"Sudah Ma... Sudah... Bukannya sebelumnya kita sudah membahas semua ini? Kenapa pagi ini masih Mama ributkan lagi sih?" Ucap Papa yang mulai kesal dengan tingkah istrinya.

Akhirnya Mama bungkam, tak lagi membahas-bahas masalah Richard dan Nasywa. Meskipun pandangan matanya tak lepas menatap tajam Nasywa yang makan sambil menundukan kepalanya, dia tidak suka dengan gadis kampung itu. Dia takut gadis miskin itu akan mempeloroti harta Richard putranya, dia tidak akan membiarkan segala hal itu terjadi. Dan itu semua hanya ada di pikiran seorang Ibu yang terlalu mengkhawatirkan anak-anaknya.

"Richard memutuskan bahwa Richard dan Nasywa akan tinggal menetap di apartemen Richard, kami akan datang berkunjung sebulan sekali. Dan untuk mengantar jemput Jessy, Richard serahkan kepada Pak Cipto selaku supir pribadi di rumah ini yang akan mengantar jemput Jessy." Ucap Richard setelah semua anggota keluarga telah menyelesaikan sarapannya.

"Richard kok gitu? Jadi kamu mau ninggalin Mama?" Ucap Mama sedih.

"Richard gak ninggalin Mama, Richard hanya ingin berusaha mandiri dengan hanya hidup bersama istri Richard. Sebenarnya Richard dan Nasywa bisa saja tinggal menetap disini tapi mengingat sikap Mama kepada Nasywa sepertinya Richard tidak bisa..."

"Kamu lebih mentingin anak miskin itu daripada Mama gitu?!" Sinis Mama melihat Nasywa.

"Mama sudah cukup, ini semua urusan rumah tangga Richard dan Nasywa. Kita sebagai orangtua hanya bisa menerima semua keputusan Richard yang ingin mandiri." Papa melerai dengan memegangi pundak Mama yang akan berdiri.

"Tapi Pa..." Mama ingin menyanggah namun kalah cepat dengan Richard yang kembali membuka suara.

"Keputusan sudah Richard putuskan, Nasywa dan Jessy ayo kita berangkat." Nasywa menyalami kedua orangtuanya setelah itu melangkahkan kakinya pergi, ia akan menunggu kedua gadis itu didepan.

Belum sempat tangan Nasywa menyentuh tangan Mama untuk menyalami wanita paruh baya itu, Mama menepis tangannya dan menatap sinis Nasywa membuat Nasywa hanya bisa menunduk.

"Ini semua gara-gara kamu, kalau saja Richard tidak menikahimu anak saya pasti tidak akan berniat meninggalkan rumah ini." Ketus Mama beranjak pergi meninggalkan Jessy, Papa dan Nasywa yang hanya bisa menghela nafas.

"Nasywa tidak perlu didengar perkataan Mama, sekarang bersegeralah kalian berangkat. Richard sudah menunggu didepan."

"Ya udah kalau gitu Jessy sama Nasywa berangkat ya Pa, assalamualaikum." Jessy menarik tangan Nasywa, mengajaknya keluar dari rumah.

Langsung saja kedua gadis itu memasuki mobil hitam milik Richard, ketika Nasywa ingin masuk dan duduk disamping Richard, Jessy menarik Nasywa gara duduk dibelakang bersamanya membuat Richard hanya bisa mendengus kesal.

"Salah satu pindah ke depan, Abang bukan sopir kalian ya..."

"Bodo, biarin hari ini Abang jadi supir kami. Besok-besok kan enggak lagi, gue kan mau ngobrol urusan cewek sama Nasywa kalau Abang mana paham." Ucap Jessy tak menghiraukan ucapan Abangnya yang menginginkan diantara dua gadis itu agar duduk disampingnya.

Richard tak menanggapi, ia malah menghidupkan mobil. Sepanjang perjalanan diisi dengan tawa dan keceriwisan Jessy yang tiada henti bercerita ini itu kepada Nasywa, sedangkan Nasywa sendiri hanya jadi pendengar yang baik dan sesekali menanggapi.

"Sudah sampai..." Obrolan Jessy terhenti ketika Richard menghentikan mobilnya.

"Jessy Abang tadi udah bilang ya kalau mulai hari ini Abang gak akan antar jemput, ada Pak Cipto nanti yang akan menjemput.." Ucap Richard ketika ketiganya keluar dari mobil.

"Siap Bang, tapi Nasywa siapa yang jemput?" Tanya Jessy.

"Nanti Abang yang akan menjemput, Abang tidak akan menyuruh kalian pulang bersama diantar Pak Cipto karena jarak apartemen dan rumah tidak searah."

"Ya udah kami masuk nih, udah hampir masuk." Jessy menyalami Richard diikuti Nasywa yang terlihat canggung.

"Byee... Byee... Abang gue yang ganteng, hati-hati dijalan ya..." Jessy melambaikan tangannya ketika mobil Richard yang perlahan menjauh.

Jessy dan Nasywa menyusuri koridor kelas untuk menuju kelas mereka yang letaknya diujung koridor yang terletak di samping perpustakaan, ketika memasuki kelas Ria langsung menghampiri kedua gadis itu dengan langkah yang dibuat-buat sok anggunnya.

"Eh Nasywa lo pacaran ya sama Kakaknya Jessy? Gak nyangka ya ternyata orang sok alim kayak lo itu hobinya pacaran sama orang kayak pula." Ucap Ria dengan gaya songongnya membuat Jessy menggeram.

"Jadi beneran gosip itu kalau Nasywa pacaran sama orang kaya? Eh Jess lo gak takut apa kalau Nasywa cuman mau pelorotin uang Kakak lo aja." Celetuk salah satu siswi yang sebangku dengan Ria bernama Luna.

"Kalian kalau syirik ya bilang aja syirik, gak usah fitnah-fitnah Nasywa kayak gini. Eh Ria lo ngomong begitu karena kemarin lo nyoba goda Abang gue tapi gak berhasil kan?" Ria menjadi geram ketika Jessy mengungkit hal kemarin yang ia lakukan.

"Hah jadi beneran Ria lo sempet goda Abangnya Jessy? Waaah parah lo." Celetuk salah satu siswa.

"Iya gue juga gak sengaja lihat Ria lagi ngegodain cowok dewasa di depan gerbang sekolah."

"Gila si Ria mau ngerebut pacar Nasywa tuh.."

"Kalian semua diam!! Itu semua gak bener!! Emang dasar Jessy aja tuh yang mau ngejatuhin gue!!" Teriak Ria membuat segala omongan dari para siswa dikelas pun menjadi hening.

"Makanya lo jangan coba-coba ngejatuhin orang tapi nyatanya lo lebih busuk dan menjijikan seperti sampah." Jessy menatap sinis Ria sebelum menarik Nasywa untuk melangkah menuju bangku mereka.



Cinta Dalam SujudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang