'Persahabatan bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu.. dan seperti itulah maknanya hidup bersahabat.'
* * *
"Elvo emang paling the best deh kalau main basket." Ucap Jessy ketika Elvo menghampirinya dan Nasywa.
Nasywa dan Jessy tengah duduk bersama penonton lainnya yang sedang menonton pertandingan basket antara tim Elvo dan tim Abimana, Elvo menghampiri mereka ketika pertandingan telah selesai dan dimenangkan oleh Elvo yang selalu diagung-agungkan menjadi kapten basket SMA Dharma Jaya. Elvo tersenyum mendengar penuturan Jessy, ia memilih duduk disamping Nasywa yang tengah sibuk membaca buku.
"Bisa aja lo, eh makasih ya kalian berdua udah dateng dan nyemangatin gue." Ucap Elvo membuat Jessy mendengus.
"Pede banget lo, nyesel gue bilang kalau lo itu the best kan jadi kegeeran gini." Tukas Jessy membuat Elvo tertawa.
"Jadi gak ikhlas nih?"
"Ikhlas... Ikhlas... Saking ikhlasnya gue pengen matahin leher lo."
Nasywa sepertinya tak terusik dengan Elvo yang berada disebelah kanannya dan Jessy yang berada disebelah kirinya tengah berbicara dengan suara keras dengan dirinya yang berada ditengah-tengah keduanya, gadis itu lebih fokus membaca buku mata pelajaran karena sebentar bel akan berbunyi dan kelasnya dan Jessy akan melaksanakan ulangan harian ekonomi.
"Rajin banget sih Nasywa, ini nih cewek idaman semua cowok. Udah pinter, cantik, manis, baik, sopan, pinter masak... Aduuuh sempurna banget deh, gak kayak itu tuh..." Diujung kalimatnya Elvo menatap Jessy.
"Mau ngomong apa lo? Mau ngatain guekan?" Ketus Jessy.
"Baru juga diomongin udah nyadar diri aja lo, kasihan nanti yang dapet cewek modelan kayak lo. Udah malesan, galak, gak bisa masak lagi." Ejek Elvo membuat Jessy menggeram kesal.
"Udah-udah, kalian ini. Gue keganggu nih belajarnya karena denger suara kalian yang berisik." Ucap Nasywa menghentikan Jessy yang ingin menjambak rambut Elvo.
"Ya maaf Wa, habisnya Jessy nih mulutnya cerewet kek habis makan seratus kilo cabe.. pueeedess banget."
"Tuh mulut kayaknya minta gue cabein ya, lemes banget ngatain orang. Gak introfeksi diri, tuh mulut juga nyerocos aja cari masalah. Kompor gas meledak aja kalah sama cerocosan lo yang gak guna banget."
"Eh... Eh... Sekata-kata ya lo ngomongin gue, harusnya lo tuh contoh Nasywa. Dia itu udah cantik, baik hati, gak galak kayak lo, kalau ngomong pun lembut gak pernah kasar kayak petasan banting persis lo.."
"Lo tuh contoh si Edo, udah pinter, kalem, baik. Gak cerewet kayak lo, lo pinter sih pinter tapi sayang mulutnya minta diremes." Sungut Jessy.
Laki-laki bernama Edo menghentikan langkahnya ketika merasa namanya disebut-sebut oleh Jessy, Jessy yang melihat cowok kutu buku itu pun mendelik kesal.
"Apa lo lihat-lihat? Gue bukan ngomongin lo ya!!" Galak Jessy membuat Edo pun langsung ngibrit enyah dari muka bumi ini... Eh maksudnya dari hadapan Jessy.
"Aduuuh kalian itu bisa diem gak? Gue lerai kok malah makin menjadi-jadi sih? Tau ah, mending gue pergi aja." Nasywa beranjak meninggalkan Elvo dan Jessy yang saling menyalahkan kepergian Nasywa.
"Gara-gara lo tuh Nasywa jadi pergi kan." Ucap Elvo.
"Kok lo nyalahin gue sih? Lo tuh yang salah, ngajakin gue ribut mulu. Jadinya kan Nasywa pergi, dasar cowok lambe lemes lo."
"Heh mulut cabe, sadar diri dong. Mulut lo juga lemes minta diremes pake cabe-cabean, jangan nyalahin gue aja lo juga salah ya."
"Ih males banget pake cabe-cabean, emangnya gue situ yang doyan main sama cabe-cabean dipengkolan jalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Sujud
SpiritualNasywa Arlana Al-Latief seorang gadis shalihah yang kehidupan sehari-harinya selalu diselingi isak tangis karena perbuatan Ibu dan Kakak tirinya, ia selalu diperlakukan tak manusiawi. Selalu disiksa dan dipaksa bekerja keras untuk menghidupi keluarg...