Bab 12 | Selalu Sabar

2.5K 122 2
                                    

'Meskipun banyak orang yang menghina dan mencaci, percayalah mereka hanya ingin merasa derajatnya lebih tinggi daripada dirimu.'

*  *  *

Didalam sebuah perpustakaan terdapat seorang gadis yang tengah duduk sendiri sambil membaca sebuah buku tebal, perpustakaan terlihat sangat sepi hanya ada gadis itu dan penjaga perpustakaan saja. Wajar saja keadaannya seperti itu, mengingat waktu istirahat yang siswa-siswi pilih untuk menghabiskan uang mereka dikantin sekedar mengisi perut yang keroncongan. Berbeda dengan gadis yang kini memilih menyendiri di perpustakaan sambil membaca buku pada jam istirahat dan waktu luang alias jam kosong, lebih baik membaca buku yang dapat menambah wawasan daripada harus membuang uang dan waktu yang terbuang sia-sia.

Nasywa tersenyum di sela-sela ia membaca buku yang halamannya terlihat begitu tebal, ia tersenyum karena berhasil menghafal beberapa materi dari buku yang ia baca. Di sela-sela keasyikannya membaca buku, tiba-tiba ada seseorang yang duduk dihadapannya membuatnya pun mendongak. Sejenak ia terdiam, namun kemudian rasa canggung dan gugup menyelimuti Nasywa ketika ia tau siapa orang yang kini tengah memandangnya sambil tersenyum.

"Hallo Nasywa..." Sapanya dengan senyuman yang membuat Nasywa terpana akan senyum menawan itu.

"Nasywa?" Orang itu melambaikan tangannya ke hadapan Nasywa kertika Nasywa tak membalas sapaannya, gadis itu hanya diam mematung memandang lurus kepadanya.

"Eh? Iya hai juga Elvo..." Sapa Nasywa balik ketika telah tersadar.

Orang yang berada di hadapannya adalah Ravelvo Wijaya Putra, salah satu orang yang tak memandang rendah dirinya selain Jessy. Meskipun Elvo orang yang terpandang mengingat orangtuanya merupakan salah satu pemberi donasi di sekolahnya namun tak membuat laki-laki itu bersombong ria, banyak sekali yang kagum akan sikap Elvo yang tak memandang seseorang dari derajatnya.

Wajah tampan yang dianugerahi oleh Allah semakin membuat laki-laki itu dikagumi banyak gadis disekolah Nasywa, Elvo mengambil jurusan IPA sedangkan dirinya IPS. Sebenarnya agak mengherankan juga mengapa mereka bisa saling mengenal, mereka kerap bertemu saat berada di perpustakaan. Laki-laki itu juga hobi membaca, sama seperti dirinya hingga membuat keduanya saling nyambung kalau sudah membahas tentang pelajaran.

"Sendirian aja nih?" Tanya Elvo sambil menaik-turunkan alisnya.

"Iyalah sendirian, emangnya lo ngelihat siapa lagi selain gue?" Tanya Nasywa.

"Jarang ketemu jadi makin cantik aja lo." Ucap Elvo yang membuat Nasywa tersipu.

"Bisa aja lo." Elvo memang sangat jarang ke perpustakaan dikarenakan laki-laki itu sibuk dengan ekskul basketnya.

"Jessy mana?"

"Dia ke kantin, biasa anak itu kalau gak makan mulutnya suka berisik."

"Lo gak ikut?" Pertanyaan Elvo membuag Nasywa diam sejenak.

"Kayak lo gak tau gue aja, gue kan kalau istirahat emang lebih suka di perpus daripada harus ke kantin."

"Oh iya ya..."

"Jarang ketemu, lo jadi pikun begini ya?" Sindir Nasywa membuat Elvo terkekeh.

Tanpa mereka sadari ada dua orang gadis yang sedang mengintip obrolan mereka dari luar perpus, meskipun tak mendengar apa yang Elvo dan Nasywa bicarakan namun dua gadis itu langsung mengambil persepsi yang buruk tentang Nasywa.

"Gila aja tuh Nasywa, sok-sokan pakai hijab kalau kelakuannya begitu..." Ria mendesis kesal.

"Udah pacaran sama Kakaknya Jessy, eh masih aja Elvo mau diembat... Emang dasar cewek sampah tuh dia." Ucap Nana yang merupakan teman Ria.

"Gak tau diri banget sih dia, rakus banget jadi cewek. Kelihatannya aja mukanya polos gitu, ternyata mau jadi jalang juga dia.."

"Si Elvo juga tuh, kok mau-mau aja sih deket-deket sama cewek miskin kayak gitu. Mendingan juga gue kemana-mana." Ria mengibaskan tangannya sambil mengipasi mukanya mencoba menyombongkan dirinya.

"Eh kalian ngapain berdiri disini?" Ria dan Nana membalikkan tubuh mereka hingga terlihatlah wajah galak nan tegas dari Bu Rosidah, guru matematika mereka yang kebetulan ingin ke perpustakaan namun melihat kedua muridnya yang terlihat seperti penguntit.

"Eh Ibu Ros.." Mereka berdua langsung menyalami tangan Ibu rosidah.

"Mau masuk apa gimana?"

"E-enggak deh Bu, kami mau ke kantin aja. Kebetulan lewat sini habis dari toilet eh gak sengaja nge-..." Nana menutup rapat mulutnya membuat Bu Rosidah menaikkan alisnya ketika muridnya itu tak menyelesaikan ucapannya.

"Kita langsung ke kantin ya Bu, ayo Na..." Ria langsung menarik tangan Nana untuk pergi dari hadapan Bu Rosidah.

"Anak jaman sekarang, disuruh ke perpus malah milih ke kantin." Bu Rosidah menggelengkan kepalanya kemudian melangkahkan kakinya memasuki perpustakaan.

"Emm Elvo, gue pamit duluan ya? Udah mau masuk nih." Ucap Nasywa ketika melihat jam yang tertempel di dinding perpus.

"Iya gak apa-apa, duluan aja." Elvo menyunggingkan senyumnya yang membuat siapa saja yang melihat senyuman itu serasa terkena penyakit diabetes, manisnya keterlaluan sih gula aja kalah.

Setelah berpamitan dengan Elvo dan laki-laki itu mempersilahkan, Nasywa pun melangkah keluar dari perpustakaan. Tadi ia sempat berpapasan dengan Bu Rosidah yang akan memasuki perpustakaan, sedikit ia menyapa dan berbincang kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas.

"Eh si cewek rakus udah balik nih." Langkah Nasywa yang akan menuju bangkunya terhenti ketika mendengar celetukan dari Ria.

"Udah ada pacar masih aja ngegodain cowok lain.." Nana menimpali ucapan Ria.

"Gak cukup apa satu cowok? Situ rakus apa murahan?" Semua yang berada didalam kelas hening ketika mendengar ucapan Ria.

"Jadi si Nasywa itu murahan ya?"

"Gak nyangka wajah sok alim dan sok polos kayak dia bisa begitu."

"Gila banget, gak nyangka gue.."

"Penampilan aja sok alim tapi ternyata lebih rendah dari cewek gampangan."

"Diam-diam makan dalam tuh cewek."

Nasywa memejamkan matanya ketika mendengar beberapa siswa yang mencaci mengatainya perempuan yang buruk akibat terpengaruh oleh omongan Ria, tenang Nasywa... Tenang...

"Belum puas Abangnya Jessy, eh sekarang si Elvo juga di deketin... Sok kecantikan banget..." Sinis Ria memandang rendah Nasywa yang menundukan kepalanya.

Nasywa rasa-rasanya ingin menangis saat ini juga, setetes air mata jatuh dari sudut matanya membuatnya langsung mengusap air mata itu menggunakan punggung tangannya.

"Drama deh dia sok nangis.." Sinis Nana.

"Drama apa?" Tiba-tiba Jessy datang dan langsung menghampiri Nasywa yang masih setia menunduk.

Jessy baru saja tiba karena ada keperluan dengan kepala sekolah, mendapati keadaan Nasywa yang saat ink berubah status menjadi Kakak Iparnya membuat ia geram.

"Lo nangis? Siapa yang ngelakuin ini semua?" Tanya Jessy kepada Nasywa, gadis itu hanya bungkam tak berniat menjawab pertanyaan Jessy.

"Gue tanya sama kalian semua!! Siapa yang buat Nasywa nangis diantara kalian?!! Ayo jawab, kalau gak ada yang jawab bakal gue aduin kalian semua ke guru BK!..." Ancam Jessy membuat semua siswa dengan kompak menunjuk Ria dan Nana yang terlihat hanya cuek-cuek saja.

"Ria sama Nana tuh yang bikin Nasywa nangis.."

"Kalian gak ada kapok-kapoknya ya?"

"Kenapa lo nyalahin kita? Emang dasar dia aja yang cengeng, Eh jadi cewek tuh jangan cengeng. Bisanya ngadu aja, malu-maluin banget." Ucap Ria bersedekap.

"Cukup ya Riaaa!!! Gue muak sama kelakuan lo yang gak berubah, gue bak aduin ini ke guru BK biar lo bisa kena hukuman yang setimpal karena udah ngehina dan buat Nasywa nangis." Tukas Jessy sambil menarik Nasywa keluar dari kelas.

Mata Ria dan Nana seakan mau copot mendengar ucapan Jessy, mampuslah mereka berdua karena sebentar lagi orangtua mereka pasti akan datang dan memarahi mereka.





Cinta Dalam SujudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang