Allah Sebaik-baik Penolong

104 22 3
                                    

Serial BIMA – Allah Sebaik-baik Penolong

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2020, 5 Januari

Note: Info for typo(s) are LOVE 💕

-::-

"Wa makaruu wa makarallaah. Wallaahu khayrul maakiriin; Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya."

[ QS. Ali Imran (3) : 54 ]

-::-

Fajar membaca berita tentang bahaya virus baru yang kini tengah viral; Novel Corona Virus atau biasa disebut juga dengan 2019-nCoV. Virus ini baru terdengar beberapa hari kemarin, disebut-sebut sebagai virus yang menyebar awalnya dari satu kota di negeri Cina yang bernama Wuhan. Ada banyak kasus yang sudah terungkap, bahkan bukan hanya di negara Cina saja, melainkan di beberapa negara tetangganya, seperti Korea Selatan, bahkan Thailand. Singapura dan Malaysia kini masuk status waspada juga, seperti halnya Indonesia.

Penyebaran virus yang terhitung cukup mudah, sebab bisa menular hanya dengan kontak mata, membuat begitu banyak orang yang dengan mudahnya terjangkiti, terlebih orang-orang dengan imun rendah atau memang dalam kondisi tidak fit. Dan virus ini jelas cukup merepotkan bagi banyak negara, karena mereka harus lebih selektif lagi dalam menerima kedatangan turis asing ke dalam negara mereka. Jika negara lain saja kerepotan, apalagi negara Cina itu sendiri.

"Rasain!" kata Fajar dengan berapi-api. "Biar makan tuh, repot sih jadi negara. Kerjaan nginvasi, ngasih utangan riba, ngegencet umat muslim yang ibadah. Rasain! Tah! Enak kan!"

Fajar bicara dengan ponsel dalam genggamannya. Rasanya geram sekali mengingat perlakuan pemerintah Cina terhadap umat muslim di sana. Pengembangan kamp konsentrasi dan segala macamnya...

"Kenapa, Jar?" tanya Bima yang kini duduk sembari menyelonjorkan kaki di sisi kanan Fajar. Siang ini kuliah selesai di jam sepuluh pagi, dan keduanya memutuskan untuk mendaratkan tubuh di masjid saja sebab keduanya tengah berpuasa.

"Ini, Bim, udah baca belom sih?" Fajar menyahut dengan geregetan yang terlihat jelas. "Pirus korona! Di Cina neh udah banyak kasus ketahuan. Ratusan! Tah! Nyaho ini manusia-manusia laknatullaah alayh! Kerjaan ngurusin orang-orang Uyghur ibadah dan makan ini itu, malah dipaksa makan babi! Sekarang nyaho nih orang!" ucapnya seraya menunjuk-nunjuk layar hape.

Bima menoleh, lantas menyandarkan punggungnya ke tembok masjid. Kakinya bertumpu seperti kaki Fajar yang sejak tadi juga bertumpu.

"Katanya penyebarannya dari hewan ya?"

"Iya nih, katanya," sahut Fajar cepat. "Lagian sih, semuanya dimakan. Kelelawar, tikus, kucing, sinting!"

"Istighfar dulu, Jar, biar ngga ngegas mulu," Bima tertawa melihat temannya yang tadi mengantuk di kelas, kini begitu bersemangat.

"Astaghfirullaah," Fajar nurut aja lagi, "aing mah gemes, Bim," tambahnya, "keingetan mereka ini ngisolasi sejuta muslim Uyghur di kamp konsentrasi. Masjid-masjid di sana entah berapa banyak yang diancurin tuh? Hilang, lenyap, ngga ada bekas-bekas masjid sama sekali. Ada juga, ditutup, atau disegel. Atau boleh dilihat-lihat doang, ngga boleh dijadiin tempat ibadah. Sinting ah! Kesel aing mah!"

"Kita yang di tempat aman gini harusnya malu ya, Jar? Bisa bebas ibadah tapi hujan dikit aja nolak ke masjid..." kata Bima sembari menggulir layar ponselnya, membaca satu berita tentang virus corona di sana.

[✓] BIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang