Menolak yang Haram

71 19 2
                                    

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,

daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama

selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh,

yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang

sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan

bagimu) yang disembelih untuk berhala."

[ QS. Al-Maidah: 3 ]


AHAD bakda Zuhur, tim Shalih Squad ini mencoba melipir ke restoran seafood yang kondang banget di kota mereka. Awalnya, Shiddiq ngga mau ikut karena berpikir bahwa makan di sana pasti biayanya mahal. Tapi akhirnya ikut juga, sebab Benjamin Bin Adam bilang bahwa dia mau traktir teman-temannya makan siang di sana.

Maka, mereka berenam sudah duduk di restoran sekitar pukul satu siang.

"Ini enak banget di sini," kata Fajar. "Gue sama Bima udah pernah nyobain, hehe..."

"Wah, kaga info-info lu ada resto enak," ucap Hamas.

"Sibuk latihan basket mulu sih lu..." balas Fajar, ngeles.

"Elu, boi, udah kaga pernah ngebasket lagi. Payah!" Hamas mengacungkan jempol terbaliknya.

"Ngga ah, ngga ada waktu—ciyaaah, gaya banget aing yak!" Fajar ketawa sendiri. "Tapi beneran enak."

"Fajar mah apa juga dibilang enak," kata Bima, ikutan tertawa.

"Jelas atuh, yang penting halalan thayyiban!" tukas Fajar.

"Oh iya, kalian udah pada denger belom, fenomena baru," suara Ben tiba-tiba menguasai obrolan. "Tentang Muslim Pork Eaters, muslim tapi makan babi."

"Lah? Tulul," komentar Hamas. "Muslim kok makan babi dah? Itu bukannya haram?" Hamas menoleh pada Saad yang asik menikmati minumannya. "Eh, haram kan yak, nyet? Woi!"

"Naon sih, Mas," respons Saad. "Menurut lo, haram apa ngga?"

"Ya haram, Ad! Aing ogeb juga paham, babi mah haram!" kata Fajar cepat. "Ini Akang Ben, info dari mana lagi dah? Muslim kok makan babi?"

"Beneran, kan videonya lagi viral juga tuh? Temen-temen gue ada beberapa yang bilang, makan yang penting enak, mereka ngga masalah sama ingredients-nya."

Jawaban Ben menimbulkan kata innalillaah dari sisi Bima, dilanjutkan dengan hasbunallaah wa ni'mal wakiil di sisi Saad.

"Jelas haram kan ya? Kok ada yang kayak gitu?" tanya Ben, benar-benar ingin tahu.

"Orang ya, kayak sapi sama kambing udah ngga ada yang enak lagi, segala babi dimakan," komentar Shiddiq dengan raut wajah tak habis pikir. "Sayang banget, naudzubillaah..."

"Gue pernah diajak sama—ya ngga usah gue sebut nama lah ya, pokoknya temen gue. Mereka mau nyobain resto baru, yang nyediain babi sebagai menu utamanya. Katanya, recommended banget buat makan di sana," jelas Ben.

[✓] BIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang