Maksiat Ada Manfaatnya?

97 20 2
                                    

"Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".

[ QS. Al Baqarah (2) : 219 ]


FAJAR berdecak sebal selagi membaca satu artikel berita di layar ponselnya. Penggerebekan anggota dewan yang sedang berzina di hotel berbintang, diikuti dengan berita judi online yang kian marak, berikut dengan pinjol alias pinjaman uang online yang kabarnya bikin beberapa peminjam memutuskan bunuh diri karena tidak bisa membayar cicilan utang.

"Asoooy!" komentar Fajar sambil geleng-geleng kepala.

Shiddiq yang sedang membalas chat wasap di ponselnya, sampai menoleh karena kaget.

"Apaan sih lu, Jar? Membuat saya terkejut saja!"

"Nih, Diq, baca coba," Fajar menyurungkan ponsel ke hadapan Shiddiq. "Wong edun, dewan yang harusnya kerja buat kesejahteran rakyat, malah digrebek lagi aye-aye!"

"Dari jaman kapan ya kan emang begitu tho?" cibir Shiddiq yang jelas-jelas tidak berminat untuk membaca berita di ponsel Fajar.

"Yeuh, iya sih!" Fajar menarik lagi ponselnya, lantas menggerakkan kakinya yang awalnya bersila, menjadi berselonjor dan saling bertumpu. "Judi onlen, riba onlen... Ckckck, jaman now beneran kacau!"

Bima yang baru dari ruang kepengurusan masjid, mendekat dengan setoples astor di tangan. Kedatangannya tentu saja disambut dengan ceria oleh Fajar dan Shiddiq.

"Eh, ini pinjol kok bisa bikin orang bunuh diri sih?" tanya Fajar tiba-tiba. Satu astor mampir ke mulutnya.

"Itu, kan kalau mau ngajuin pinjol harus setuju sama syarat en ketentuan kan?" ucap Shiddiq, berusaha menjelaskan. "Nah, ada syarat bahwa aplikasi pinjol bisa ngakses kontak telepon yang ada di ponsel antum."

"Ya terus?" Fajar masih tak paham.

"Terus, kalau si yang ngutang ngga bayar cicilan tepat waktu, alias nunggak, atau mau ngabur, tim pinjol ini ngehubungin orang-orang yang ada di kontak si yang ngutang. Biasanya dicari yang namanya akrab, kayak misal istriku, pacarku, mama, papa, atau siapa lah. Ditelepon;, kenal si anu ngga? Dia minjem duit segini, tapi ngga bayar-bayar. Kasih tahu dia buat bayar."

"Allaahuakbar," Fajar takjub mendengarnya. Bima sampai saat ini masih asik menyimak sambil ngemil astor.

"Banyak yang ribut sama mertuanya, sama istrinya, sampe cerai, yang paling para ya yang bunuh diri itu. Saking malunya, ditegor temen karena temennya dapet chat begitu," jelas Shiddiq lagi.

"Gue pernah tuh ditelepon," kata Bima, akhirnya buka suara. "sepupu gue, minjem di pinjol buat beli sepatu. Akhirnya kena omel keluarga, pinjolnya dilunasin."

"Wah, wah, wah," Fajar geleng-geleng kepala lagi. "Pas ditelepon, dia orang ngomong apaan, Bim?"

Bima angkat bahu, "Ya kurang lebih sama kayak yang dibilang Shiddiq tadi itu."

"Terus, lo jawab apa? Seru neh pasti, aing like!" Fajar bertanya dengan mata menyala.

"Gue bilang aja, namanya juga orang susah yang minjem duit, sabar-sabar aja, pak, kalau dia lagi belum bisa bayar. Main riba ya gini, pasti rugi, Pak."

Fajar dan Shiddiq sontak tertawa mendengar penjelasan Bima. Untungnya masjid sepi di jam dua kali ini.

"Salah nelepon itu manusia, hahaha!" Fajar tergelak. "Terus, terus, dia bilang apa?"

Bima menggeleng, "Ngga ada. Langsung ditutup teleponnya."

"Bener juga ya," respons Shiddiq. "Bagus juga jawaban lo, Bim."

Bima ikutan tertawa sekilas. "Aneh-aneh aja kerjaan orang jaman sekarang."

"Entah neh ah! Bikin snewen ya, Bim, banyak banget yang haram-haram sekarang tuh," kata Fajar. "Pinjaman onlen, haram. Judi onlen, ya haram. Prostitusi, tah segala onlen! Onlen atau ngga onlen ya kan haram ya! Pinjol kan riba!"

"Yang haram-haram itu enak, bos!" tukas Shiddiq kemudian.

"Dan bermanfaat," sambung Bima.

Berhasil bikin dua anak manusia di dekatnya melongo.

"Lah? Yang haram dari mana manfaatnya euy?" Fajar garuk-garuk kepala. "Jangan bikin aing confused lah!"

"Bukan gue yang ngomong," balas Bima. "Ada kok di Quran."

Fajar dan Shiddiq saling pandang. Tapi cuma Shiddiq yang mengernyitkan kening hingga dia menoleh pada Bima.

"Ayat berapa, Bim?" tanya Shiddiq yang berusaha menggali hafalannya. Tapi gagal, karena hafalannya baru lima belas juz, hehe...

"Al Baqarah ayat 219," jawab Bima.

"MaasyaaAllah, Bima udah hafal sampe Al Baqarah?" Shiddiq bertanya dengan tatapan kagum.

"Hafal apaan," Bima nyengir. "Belom lah, Diq. Mau ngejar antum aja harus banyak effort. Ngga, ini bahasan udah pernah dibahas sama ustadz, semalem gue baru dengerin lagi kajiannya."

Fajar sebagai tim gercep, layar ponselnya sudah menampilkan ayat yang dimaksud.

"Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya," lisan Fajar membaca terjemahan dari ayat tersebut. "Hooo, iya juga."

"Allah bilang bukan cuma satu atau dua manfaat, tapi beberapa," timpal Bima.

"Maksudnya, banyak kitu?" cecar Fajar. Dilihatnya Bima mengangguk.

"Manfaat judi kan ada, bisa kaya raya mendadak, bisa jadi milyader, bisa kasih nafkah ke keluarga... Kalau menang. Khamr juga bermanfaat, katanya bikin rileks. Zina ada manfaatnya ngga? Ada. Bikin rileks juga, ngilangin stres, sarana pelampiasan syahwat. Kalau dijadiin bisnis, bisa bikin kaya..."

Penjelasan Bima mampu membuat dua sahabatnya berjengit hebat.

"Na'udzubillaah... Ngga sudi saya," kata Shiddiq dengan wajah jijik.

"Manfaat tapi haram, halah buat apah..." kata Fajar.

"Ya bener kan apa yang Allah bilang?" kata Bima. "Yang haram-haram itu banyak manfaatnya, tapi dosa dari ngerjain yang haram-haram itu lebih besar daripada manfaat mereka. Banyak juga mudharatnya. Judi bikin orang males. Zina bikin kacau nasab. Naudzubillaah tsumma naudzubillaah..." ucapnya. "Nah, ini peran dari ilmu. Kenapa begitu? Karena kalau maksiat isinya mudharat aja, mungkin kita cukup ngandelin fitrah. Tapi yang jadi masalah, mayoritas maksiat itu isinya maslahat dan mudharat. Akhirnya fitrah kita terkecoh. Setan ambil peran biar kita bermaksiat. Diiming-imingin sisi maslahatnya. Pinjaman onlen cuma modal KTP, padahal kan Allah musnahin riba? Tapi karena setan main peran, jadi terkecoh dan orang mikir; Kalau ngga ngeriba, kapan punyanya?"

"Wadidaw! Serem, boss!" kata Shiddiq sebelum mencomot astor lagi.

"Ya tapi mudharatnya serem-serem ya, Bim. Pinjol sampe bikin orang bunuh diri. Zina bikin penyakit. Ngeri!"

"Itulah," kata Bima, menanggapi komentar dua sohibnya. "Orang kalau udah kena virus wahn; cinta dunia dan takut mati, isi pikirannya cuma gimana caranya keren di hadapan manusia. Bukan mikir gimana biar keren di hadapan Rabb-nya manusia."

"Padahal ya, semilyar orang muji kita juga buat apa kalau Allah ngga suka sama kita," kata Shiddiq lagi. "Sama, semilyar orang benci sama kita juga buat apa kalau Allah sayang sama kita. MaasyaaAllah... Eh, tapi gue juga jangan sampe dibenci semilyar manusia juga... Serem!"

Bima manggut-manggut. "Itulah, jelas jalan Islam tuh enak kalau udah Allah kasih paham. Ngga bikin suntuk, ngga bikin sumuk."

Fajar tertawa dengan patahan astor di mulutnya. "Setuju aing mah!"

Iyalah, hidup cuma sebentar, buat apa nyari ridha manusia? Cukup ridha Allah aja yang dikejar-kejar dengan mengerahkan sekian usaha. Toh nanti mati kembalinya ke Allah, bukan ke manusia kan?

[✓] BIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang