Langkah Meraih Zuhud

79 17 0
                                    

"Setelah Dunia, ada negeri yang lebih besar dan agung

dibanding Dunia. Lebih berbahaya dengan bahaya yang ada

di Dunia. Dan itulah Negeri Kekekalan. Maka Zuhud

kepada Dunia itu karena keinginan yang sempurna

untuk mendapatkan yang lebih baik daripada Dunia."

[ Ibnu Rajab ]


LAYAR ponsel di tangan Bima terlihat menggelap, setelah sebelumnya Bima menjawab beberapa pesan yang masuk.

"Afwan, Ben, Fajar nanya kajian hari ini bakda Zuhur atau bakda Asar," kata Bima begitu mendongak dan mendapati Ben tengah serius memerhatikan barisan ayat-ayat di mushaf-nya.

"Fine, Bim," balas Ben dengan tulus. Ya beneran ngga apa-apa, lagian kegiatan mereka juga sudah selesai. Sudah tilawah, murojaah, kemudian setoran hafalan. "Sayang ya gue ngga bisa ikutan kajian hari ini."

Bima merespons dengan senyuman. Pagi tadi Ben menginformasikan bahwa bakda Zuhur nanti dia sudah didaulat untuk mengantar sang ibu ke satu tempat.

"Birrul walidayn itu lebih penting," kata Bima tak kalah tulus.

"Oiya, mumpung masih jam setengah sebelas," kata Ben selepas melirik jam tangan. "Mau nanya tentang zuhud dong."

"Zuhud?"

"Iya," kata Ben, "katanya orang kaya mah ngga bisa zuhud ya? Gue baca-baca kayaknya orang zuhud itu orang yang ngga tertarik sama dunia? Padahal kaya itu kan identik sama harta dunia?"

Bima terkekeh samar.

"Lo baca di mana?"

"Di internet."

"Kenapa ngga nanya pas ada sesi pertanyaan di kajian? Dapet jawaban dari asatidz lebih valid daripada jawaban di internet."

"Ini makanya gue nanya lo."

Bima makin tertawa. "Gue kan bukan ustadz."

"Tapi kali aja lo udah paham..."

Melihat wajah Ben yang sepertinya begitu ingin tahu, Bima menyerah juga.

"Di kajian pernah dibahas ini," kata Bima, "dan gue suka banget sama bahasannya. Jadi sedikit banyak lumayan inget."

"Alhamdulillaah..."

"Zuhud itu bukannya ngga munyain dunia," kata Bima. "Zuhud itu artinya adalah ngga dipunyain oleh dunia. Maksudnya ngga terpaut sama dunia. Meskipun dunia ada di genggamannya, tapi dunia ngga ada setitik pun di hatinya. Karena, kata Ibnul Qayyim rahimahullaah, Inti dari Zuhud itu amalan hati yang hatinya menjauh dari dunia, dan hatinya mengarah kepada akhirat. Zuhud itu bukan hidup miskin, Ben. Karena di sejarah kenabian aja kita bisa sebut Nabi Sulaiman sama Nabi Daud itu kaya raya, dan mereka zuhud. Abu Bakar Ash Shiddiq, Abdurrahman Bin Auf, Utsman Bin Affan... mereka itu para sahabat yang paling zuhud. Karena hati mereka ngga terbeli sama dunia. Dan dunia mereka cuma digunain buat ke akhirat."

Ben ber-o pelan. "Jadi, kondisi punya banyak harta dunia, itu juga bisa zuhud?" tanyanya.

"Ini menarik nih. Imam Ahmad suatu kali pernah ditanya; Mungkin ngga sih orang kaya itu zuhud? Dan beliau jawab; Mungkin banget, yaitu ketika hartanya bertambah dia ngga gembira berlebihan. Biasa aja. Dan saat hartanya berkurang, dia ngga sedih-sedih banget. Biasa aja. Semua ditanggepin biasa aja. Itu tuh namanya zuhud," jelas Bima. "Kayak antum sekarang, punya harta digunakan di jalan yang Allah suka. Senengnya sedekah. Nanti punya perusahaan ada masjidnya. Setiap waktu shalat masuk, meeting sepenting apa juga ditunda dulu, shalat baru lanjutin. Ngga main riba, ngga main gharar. Itu namanya zuhud. Ngga tergiur sama sampah dunia. Hatinya condong kepada akhirat. Ngejar akhirat aja. Itu namanya zuhud."

[✓] BIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang