Part 06

1.9K 112 5
                                    

Part 06

Tania memejamkan matanya, setelah menatap berbagai bahan masakan di kulkas yang begitu banyak macam jenisnya. Ia tak yakin bisa mengetahui namanya satu persatu, tapi setidaknya Tania bisa mengenali beberapa sayuran dan daging yang biasa Tania masak.

Sekarang Tania justru merasa bingung harus masak apa hari ini. Jujur saja, Tania kurang suka dengan masakan yang terlalu banyak bumbu rempah. Kebanyakan makanan yang bisa ia masak hanya tumis atau gorengan, karena ia juga sangat menyukainya. Lalu bagaimana dengan tuannya, Tania sendiri tak yakin bila lelaki yang menurutnya menyebalkan itu akan menyukai masakannya.

"Masak apa ya?" Tania menghela nafas panjangnya dengan kedua tangan di pinggangnya, menatap kulkas dengan sorot mata kebingungan.

"Ada ayam. Tapi dibumbu apa?" Tania kembali berpikir, masakan macam apa yang cocok untuk dimakan tuannya.

"Jangan ayam deh. Bagaimana kalau nasi goreng aja? Kan masih pagi. Aduh, belum setengah hari aja sudah bingung mau masak apa, bagaimana kalau tiga hari? Rasanya aku sudah enggak sanggup." Tania mengeluh lelah, merasa tak bisa berpikir untuk memasak apa yang tepat untuk dijadikan menu hari ini dan tiga hari berikutnya.

"Dipikirin nanti aja deh. Sekarang masak nasi goreng aja." Tania menyiapkan bumbu-bumbunya dan memulai masakannya. Sedangkan di sisi lainnya, Nath tersenyum melihat punggung Tania yang sepertinya sedang sibuk dengan peralatan dapurnya. Di dalam hati, Nath benar-benar bahagia bisa melihat Tania menyiapkan makanan untuknya. Nath sampai tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan rumah tangganya nanti dengan wanita cantik itu.

Tidak ingin berdiam diri sendiri, Nath berjalan tenang ke arah dapur. Nath hanya ingin tahu bagaimana Tania memasak. Sebagai calon suami, Nath juga ingin tahu bagaimana Tania itu menyikapi masalah di rumah tangga mereka nanti termasuk memasak.

"Tuan? Tuan kenapa bisa ada di sini?" Tania bertanya tak percaya setelah matanya melihat tuannya tengah berdiri dan bersender di tembok dapur.

"Memangnya kenapa?"

"Kan tuan majikan, masa di dapur sih? Kan aneh. Lebih baik tuan tunggu di meja makan saja. Nanti saya siapkan sarapan untuk Tuan." Tania menjawab kaku, merasa tidak percaya diri saja bila acara memasaknya harus dilihat tuannya.

"Saya tidak mau. Saya mau lihat kamu masak. Dan ngomong-ngomong, kamu mau masak apa?" Nath menyunggingkan senyum tipisnya menatap ke arah bumbu-bumbu yang Tania siapkan.

"Nasi goreng, Tuan." Tania menjawab lirih, merasa tak yakin bila tuannya itu akan menyukai menu yang akan disiapkan untuknya.

"Nasi goreng?" Nath bertanya penuh semangat, seolah masakan itu yang sangat ia rindukan setelah kepulangannya dari luar negeri.

"Iya, Tuan. Kenapa? Tuan tidak suka ya? Mau saya buatkan sarapan lain? Roti panggang? Itu pasti lebih Tuan sukai ya?" Tania bertanya kaku, namun Nath justru tersenyum lalu menggeleng.

"Kamu masak nasi goreng aja. Jangan lupa dikasih peteh ya? Terus goreng ikan asin juga."

"Ha ... a-apa, Tuan? Peteh? Ikan asin?" Tania bertanya tak yakin, merasa tidak mungkin bila telinganya baru saja mendengar dua makanan ala pedesaan semacam itu.

"Iya. Kamu tahu bahan masakan itu kan?" Nath bertanya dengan senyuman hangatnya yang hanya bisa Tania angguki kaku.

"I-iya, Tuan."

"Tapi kenapa kamu masih bingung?" Nath bertanya heran melihat ekspresi Tania yang seperti tidak meyakinkan.

"Oh saya tahu, kamu pasti tidak tahu tempatnya kan? Biasanya Bu Sera dan para juru masak yang tahu di mana ikan asinnya. Kalau petehnya pasti ada di kulkas. Kamu cari petehnya ya? Biar saya cari ikan asinnya." Nath berjalan ke arah laci lemari kecil yang berada di atasnya lalu membukanya dan mencari bahan yang diinginkannya. Sedangkan Tania yang sempat terdiam menatap kelakuan tuannya itu tersadar, lalu berjalan ke arah kulkas dan mencari peteh yang tuannya inginkan.

My Servant is mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang