Part 05

2K 116 5
                                    

Part 05

Setelah sarapan, Tania dan tuannya langsung ke kamar Nath, di mana ruang kerjanya dijadikan satu dengan tempat istirahatnya itu. Di sana memang cukup luas, jadi tak akan mengherankan untuk Tania bila tuannya itu ingin bekerja di ruangan yang sama. Namun yang mengherankan untuk Tania adalah kenapa dirinya harus ikut, sedangkan masih banyak pekerjaannya. Padahal sejak tadi yang Tania lakukan hanya berdiam diri di kursi seperti pada perintah tuannya, tidak ada yang bisa Tania kerjakan di sana.

"Tuan. Mau sampai kapan saya harus di sini? Saya masih banyak pekerjaan, saya harus pergi sekarang." Tania mendirikan tubuhnya sembari menghadap ke arah Nath yang masih asyik dengan kertas-kertasnya.

"Kamu tidak boleh pergi." Nath menutup map yang baru dibacanya lalu mendongak dan menatap ke arah Tania.

"Tapi kenapa, Tuan?"

"Kamu itu pelayan saya, jadi kamu harus menuruti keinginan saya tanpa boleh membantahnya." Nath menjawab tenang, tapi tidak dengan Tania yang tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya tuannya inginkan. Menyuruhnya duduk berdiam diri tanpa melakukan apapun, rasanya itu cukup membosankan tanpa ponsel. Setidaknya Tania pikir ia harus melakukan hal apapun itu untuk mengusir rasa bosannya, ia juga tak akan menolak meskipun harus bersih-bersih di ruangan tuannya itu, namun sayangnya tuannya itu justru tak memperbolehkannya melakukan apapun.

"Saya tahu, Tuan. Tapi saya di sini bosan, hanya duduk tanpa melakukan apapun." Tania mengeluh lelah, tuannya itu selalu bersikap seenaknya tanpa memedulikan perasaannya.

"Memangnya kamu ingin melakukan apa supaya kamu merasa tidak bosan?" Nath menaikkan salah satu alisnya, bibirnya tertarik penuh arti, membuat Tania waspada melihat gerak-geriknya yang terlihat sedang memikirkan hal mesum.

"Setidaknya saya harus bekerja." Tania menjawab cepat dan lugas, bibirnya sempat kaku saat tuannya itu menatapnya dengan tatapan yang sulit Tania artikan.

"Kenapa harus repot-repot bekerja, kamu hanya saya suruh duduk, apa itu tidak nyaman untuk kamu?"

"Tentu saja iya, Tuan. Saya bosan di sini, lebih baik saya pergi dari ruangan ini." Tania menjawab sopan sembari tertunduk, namun Nath justru berdiri dan berjalan ke arah Tania yang bingung dengan sikapnya.

"Ada peraturan baru yang harus kamu tahu." Nath kian mendekat ke arah Tania yang menjauh meski matanya menyorot penuh tanya.

"Mulai hari ini, kamu cuma bekerja atas perintah saya. Tidak ada yang boleh kamu bersihkan atau kerjakan, kecuali saya memintanya." Nath berujar serius ke arah Tania yang membulatkan matanya tanda tak mengerti.

"Maksud Tuan apa?"

"Maksud saya, tidak ada yang boleh kamu kerjakan kecuali itu perintah saya, termasuk membersihkan rumah ini. Jadi, berhentilah mengeluh, karena saya tidak mau kamu melakukan apapun kalau bukan keinginan saya." Nath menjawab tenang, tapi tidak dengan Tania yang merasa geram dengan sikap tuannya yang kian menyebalkan. Walau pada akhirnya tidak ada yang bisa Tania lakukan kecuali pasrah dan menuruti semua keinginan tuannya.

"Tapi kenapa harus saya, Tuan? Apa Tuan merencanakan sesuatu pada saya? Kalaupun iya, tolong jangan lakukan. Saya tidak mau mendapatkan banyak masalah." Tania berujar serius, sorot matanya nampak memohon di balik wajah tegasnya.

"Tidak ada. Saya hanya ingin menjadikanmu asisten pribadi saya. Apa itu salah?"

"Bukannya Tuan sudah ada Surya. Kalau tidak salah, dia juga asisten pribadi Tuan kan? Lalu apa gunanya saya? Saya juga tidak akan bisa melakukan pekerjaan kantor, saya tidak akan membantu apapun, Tuan." Tania bertanya sedikit lirih, suaranya nampak gelisah dengan apa yang ingin tuannya lakukan padanya. Menurutnya, ia bukanlah wanita yang terlihat pintar dalam urusan kantor, lalu apa yang tuannya harapkan pada dirinya. Tania pikir, tuannya itu akan berniat buruk.

My Servant is mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang