Part 08

1.6K 111 5
                                    

Part 08

Nath hanya terdiam dengan tangan bersilang di depan dadanya. Tatapannya terus tertuju ke arah tubuh Tania yang masih lemah di atas ranjangnya. Sedangkan tubuh wanita itu saat ini tengah diperiksa oleh Hendra, dokter keluarganya.

"Dia cuma kelelahan, Nath." Hendra menarik alat medisnya dari telinganya lalu mengambil obat dan vitamin di tasnya.

"Kalau dia sudah bangun, kamu berikan saja obat ini." Nath menerima obat itu lalu duduk di tepi ranjang dekat tubuh Tania.

"Tapi dia akan baik-baik saja kan, Om?"

"Tentu saja, Nath. Kamu tidak perlu khawatir. Untuk sementara ini kamu kompres saja keningnya untuk mengurangi demamnya." Hendra menutup tasnya sembari menatap ke arah Nath yang terdiam dan tertunduk penuh bersalah.

"Aku mengerti, Om."

"Kata Bu Sera, dia calon istrimu ya?"

"Iya, Om."

"Jangan suruh dia bekerja terlalu keras. Dia bukan wanita yang terbiasa dengan pekerjaan berat, jadi wajar bila dia mudah drop seperti saat ini."

"Iya, Om. Terima kasih ya," jawab Nath tulus yang diangguki oleh Hendra.

"Kalau begitu, Om pergi dulu. Jaga baik-baik calon istrimu!" Hendra menepuk pelan pundak Nath yang hanya diangguki samar oleh empunya.

Setelah mengantar Hendra sampai pintu kamar, Nath kembali masuk ke dalam kamarnya. Hatinya masih merasa bersalah dengan apa yang tengah terjadi pada Tania. Wanita cantik itu masih tergolek lemah karena ulahnya, ide konyolnya lah yang membuat cintanya itu sengsara.

Tak lama, suara ketukan terdengar dari balik pintu kamarnya. Lalu datang Sera dengan membawa alat kompres beserta airnya, Nath hanya menoleh sekilas saat wanita itu meletakkannya pada meja.

"Ini air kompresannya, Tuan. Tuan Hendra yang menitip pesan untuk menyiapkan ini untuk Nona Tania."

"Iya, Bu. Terima kasih. Bu Sera bisa istirahat sekarang."

"Saya tidak bisa istirahat lebih dulu, Tuan kan belum makan. Saya masakan ikan gurame ya, Tuan?" Sera menunduk sopan saat Nath mengambil handuk lalu menyelupkannya ke air.

"Tidak usah, Bu. Malam ini saya tidak makan. Bu Sera masak bubur besok pagi untuk Tania sarapan ya." Nath menatap tulus ke arah wanita yang langsung mengangguk itu.

"Iya, Tuan. Kalau begitu, saya permisi dulu." Nath hanya mengangguk samar saat Sera berpamitan. Kini Nath kembali fokus dengan Tania yang masih terlihat lemah dengan wajah pucatnya. Dengan perlahan, Nath memeras handuk setelah menyelupkannya ke air dan meletakkannya pada kening Tania. Setelah selesai mengompres, Nath menyentuh tangan Tania lalu mengecupnya secara perlahan agar wanita itu tidak terbangun.

"Kenapa kamu terus bekerja bila kamu sendiri tidak mampu? Padahal aku sudah melarangmu, tapi kamu selalu keras kepala. Sekarang kamu malah sakit dan itu semua karena aku." Nath berujar kesal dengan memejamkan matanya lalu mengembuskan nafas panjangnya dan membuka mata.

"Maafkan aku, Tania. Aku memang lelaki yang kurang baik untuk kamu. Aku janji, setelah ini aku akan memperlakukanmu lebih baik lagi. Aku tidak mau kamu membenciku." Nath melanjutkan ucapannya dengan nada penuh bersalahnya, hatinya masih terus saja menyesal dan merasa bersalah.

Waktu demi waktu Nath lewati dengan menunggu kompressan Tania menghangat lalu mengganti air dan mengompres kening Tania lagi. Semua itu Nath lakukan berulang kali hingga ia merasa demam Tania cukup mereda dan turun dari sebelumnya.

Mengetahui itu, Nath merasa bersyukur, setidaknya besok kondisi Tania akan lebih baik lagi dari ini. Tanpa sadar, Nath menguap beberapa kali, matanya mengantuk dan tidak bisa berjaga lebih lama lagi. Nath memutuskan untuk tidur di samping tubuh Tania, menjaga wanita itu lebih dekat dengannya.

My Servant is mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang