Part 04

2K 130 3
                                    

Part 04

Cukup lama melamun, Nath justru baru sadar bila ia harus menemui bu Sera, wanita yang bekerja menjadi ketua pelayan di rumahnya. Nath ingin memberitahukan pada wanita itu bila Tania bukanlah pelayan sembarangan, wanita itu adalah calon istrinya, itu berarti tidak ada yang boleh memberinya pekerjaan berat apapun termasuk wanita yang Nath hormati seperti Bu Sera.

Dengan ekspresi tenang, Nath berdiri dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celananya, memberinya perhatian pada Tania yang penasaran dengan apa yang akan dilakukannya. Tania hanya takut, kalau tuannya itu akan mendekatinya dan bersikap kurang ajar, setidaknya Tania harus berjaga-jaga selama di sana. Namun sepertinya tidak, tuannya itu pergi begitu saja tanpa mau menutup pintu terlebih lagi berpamitan, sedangkan Tania hanya terdiam dengan pikiran akan sikap tuannya yang sedikit aneh sekarang.

Ada kalanya, tuannya itu bersikap begitu konyol, dingin, kaku, dan ketus kepadanya. Namun dengan orang lain, sosoknya justru berubah menjadi lelaki hangat dan ramah. Sikap yang selalu Tania sukai dari sisi lelaki, terlebih lagi tuannya itu memiliki senyuman yang menakjubkan untuk Tania nikmati, senyuman yang entah kenapa bisa Tania sukai. Namun sayangnya, senyuman itu selalu terlontar untuk orang lain. Andai senyuman itu terbentuk untuk Tania, kemungkinan besarnya Tania pasti akan jatuh hati dengan mudah.

Cukup lama tercenung, Tania seketika menggeleng kuat, merasa tak bisa terima dengan apa yang baru dipikirkan otaknya. Tania menyukai majikannya, rasanya itu hal mustahil mengingat tuannya itu selalu bersikap menyebalkan. Ya, Tania pikir ia tidak mungkin menyukai tuannya itu, ia hanya sebatas kagum dengan senyumannya yang menawan pada orang lain. Tidak lebih dari itu.

Tanpa mau memikirkan hal konyol lainnya, Tania kembali merapikan baju-baju tuannya sebelum empunya itu kembali dan mengatainya lagi. Sedangkan di sisi lainnya, Nath berjalan tenang ke arah lantai bawah. Sesampainya di sana, kakinya terus melangkah sampai ke ruang keluarga, di mana Bu Sera dan orang tuanya tengah mengobrol di sana.

Bu Sera dan orang tuanya itu memang cukup akrab meskipun mereka adalah majikan dan bawahan. Ajaran keluarga besarnya akan menghormati orang-orang yang bekerja untuk mereka, membuat Nath dan orang tuanya selalu bisa bersikap ramah dan baik pada orang-orang seperti Bu Sera.

"Nath." Suara Bundanya kini terdengar hangat setelah matanya melihat ke arah putranya yang baru datang dari kamar. Wanita cantik di usianya yang tidak muda lagi itu yakin, bila putra keduanya itu sudah mandi terlihat dari pakaiannya yang sudah ganti. Perjalanannya dari luar negeri yang cukup menyita waktu, membuat putranya itu sempat mengeluhkan bau tubuhnya yang berkeringat tak nyaman.

"Iya, Bunda." Nath tersenyum hangat lalu duduk di samping bundanya yang sempat memerintahkannya untuk berjalan ke arahnya.

"Sudah mandi ya?"

"Sudah kok, Bunda." Nath menjawab sopan seperti biasa, sedangkan bundanya itu hanya tersenyum manis melihat putranya yang sudah tumbuh dewasa dan sebentar lagi akan menikah.

"Bagaimana kamu dengan calon istrimu? Apa kamu ingin menemuinya? Bunda dan Ayah juga ingin melihat calon menantu dari keluarga Ardiansyah yang berikutnya." Ariana, bunda Nath itu bertanya penuh kelembutan yang ditanggapi senyuman oleh suaminya dan Sera. Namun Nath justru tertawa kecil hingga lesung pipinya terlihat, membuat orang tuanya keheranan dengan sikap putranya.

"Ayah dan Bunda kan sudah melihat calon istri Nath." Lelaki itu menjawab penuh arti namun tak bisa membuat orang tuanya mengerti.

"Maksud kamu apa sih, Sayang? Bunda dan Ayah tahu kalau wanita yang ingin kamu nikahi itu dari keluarga Prasetya, yang perusahaannya kita bantu dua puluh tahun yang lalu. Tapi sampai saat ini, Ayah dan Bunda belum pernah melihat putri mereka. Karena dia tidak pernah mau terjun ke bidang yang sama dengan keluarganya, kecuali putra-putra keluarga Prasetya yang bernama Titan dan Tristan. Jadi Ayah dan Bunda belum melihat seperti apa calon istrimu itu." Ariana menjawab panjang lebar, merasa belum mengerti dengan apa yang sebenarnya ingin putranya katakan.

My Servant is mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang