“Hidup di Semarang ga mudah ri, apalagi ditambah dengan keinginan lo yang pengen jadi nerd girl dan tanpa kemewahan. Lo bisa dengan mudah ditindas.”
“Gue takut lo kenapa-napa ri, gue khawatir sama lo.”
***
Kata-kata kakaknya itu selalu terngiang dipikiran Sheryl.
Kalo ditanya apakah aku siap? Pastinya kalian tau, gimana rasanya keluar dari zona nyaman.
Namun, namanya hidup pasti butuh perjuangan bukan?
Perjuanganku ini, baru akan dimulai.
Agar bisa mendapatkan teman yang bisa menerimaku apa adanya.
Menerima kekurangan dan kelebihanku dengan tulus.
Tanpa memandang dari mana aku berasal dan bagaimana kehidupanku berjalan.***
Setelah kemarin aku mengurusi surat kepindahanku dari Jerman. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah di SMAN 1 GARUDA.
“Huh, kamu pasti bisa ri” batinku.Perhatian semua orang kini tertuju padaku, seolah olah aku ini kuman yang siap untuk dibasmi.
“Eh itu anak baru ya? kok gue baru lihat.”
“Anjir, culun banget.”
“Mangsa baru nih.”
Masih banyak lagi celotehan yang aku denger di sepanjang lorong tadi.
Setelah menemui kepala sekolah SMAN 1 Garuda, sekarang disini aku berada.XI-IPA 2
Bersama seorang guru yang kuyakini adalah wali kelasku.
“Pagi anak-anak, seperti yang kalian tau. Sekolah kita kedatangan murid baru. Silakan perkenalkan dirimu nak.” ucap bu guru.
Kini, mulailah tatapan meremehkan yang aku dapat.
Hembus nafasku berat, sebelum aku memperkenalkan diri.“Halo teman-teman, perkenalkan namaku Sheryl S., aku pindahan dari desa. Salam kenal semuanya.”
“Siapa yang sudi kenalan sama lo.”
“Ga level tau.”
“Sudah cukup anak-anak. Terima kasih sheryl, semoga kamu betah di ruang kelas ini ya. Silakan kamu duduk di barisan nomer 2 itu nak.”
“Baik bu, terima kasih.” balasku.Sedikit lega rasanya, setelah aku memperkenalkan diri. Ya walaupun nantinya keberadaanku ga diterima oleh mereka.
Lamunanku buyar ketika seorang perempuan disebelahku menyapa.
“Hai sheryl, salam kenal gue saras.” ulur tangan nya untuk berjabat tangan.
“Halo saras. Salam kenal juga ya” raih tangannya, lantas tersenyum.Setelah sapaan singkat tadi, saras kembali memperhatikan guru yang sedang menjelaskan didepan.
**KRIINNNGGGGGGG**
Jam istirahat pun tiba.
“Ryl, kantin yuk.” ajak saras.
“Emmm...”
“Udah ayok, sekalian keliling sekolah.”
“Eitsss, ngapain si ras lo sama cewek culun ini.” ucap cewek bername tag Dinda ini.
“Sheryl punya nama kali din.” bela Saras.
“Cihh, ga sudi gue manggil nama dia.”
“Serah lo deh, minggir gue mau lewat.”BRUKKKK
“Apa apaan sih lo din.” bentak Saras.
“Si culun aja jalan ga pake mata.” balas Dinda.
“Lo bego apa gimana, jalan dimana mana tu pake kaki. Bukan pake mata.” Sarkasnya.
“Lo gapapa kan ryl? Ada yang luka?” tanya Saras padaku.
“Gapapa ras, gaada kok. Makasih ya ras.”
“Kaki lo pasti sakit. Kita ke kantin aja ya, keliling nya lain kali aja.”***
Setelah semua pelajaran hari ini selesai. Aku segera bergegas membereskan barang-barangku agar tidak ketinggalan bus.
“Lo pulang sama siapa ryl?” tanya Saras.
“Sendiri ras.”
“Bareng gue aja yuk.”
“Gausah ras, aku naik BRT aja.”
“Tapi lo tau jalan pulang kan ya? Bisa berabe kalo lo nyasar. Gue ikut lo aja ya?”
Aku hanya menggeleng pelan.
“InsyaAllah tau ras, semua aman terkendali.” balasku.
“Yaudah kalo gitu, jalan ke gerbang bareng yuk.”“Gue tungguin lo sampe dapet BRT ya ryl.”
“Gausah ras, kamu duluan aja.”
“Udah gapapa, gue juga gamau kemana-mana kok habis ini.”Aku hanya diam menatap saras.
Saras Dian Pramudita.
Gadis baik, perhatian dan rendah hati.
“Saras.” panggilku.
“Kenapa ryl? Kok lo liatin gue kayak gitu.”
“Kenapa kamu baik ras sama aku?”
“Karna kita temen.” balasnya.
“Kenapa kamu mau temenan sama gadis culun, jelek dan miskin kayak aku ras?”
“Denger ya ryl, gue temenan sama lo itu tulus ryl. Mau lo culun, jelek, miskin atau cantik, kaya. Lo tetep akan jadi temen gue ryl. Entah kenapa gue bisa seyakin ini ryl sama lo. Gue yakin kalo lo juga tulus temenan sama gue.” jelasnya.
“Makasih ras udah kasih kepercayaan sama aku. Aku ga akan kecewain kamu.”
“Sama-sama ryl, kalo lo butuh bantuan apa-apa. Jangan sungkan buat bilang sama gue ya. Gue disini ryl, selalu disamping lo apapun yang terjadi.”
“Makasih ras, makasih banyak.” ucapku sambil memeluk erat Saras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Girl
FantastikSheryl memilih keluar dari zona nyamannya Meninggalkan semua apa yang dia punya Apakah dia bisa bertahan dengan kehidupan barunya? Sebenarnya apa yang menjadi alasan sheryl berubah?