Satu

4.6K 257 0
                                    

Happy reading❤

*

"Kita selesai!" Selesai mengatakan kata itu, Iqbaal langsung membalikkan badannya meninggalkan (Namakamu) yang menganga tak percaya atas apa yang pemuda itu katakan. Pasalnya, selama setahun belakangan ini mereka baik-baik saja. Lalu tanpa mendung tanpa angin, badai datang menghancurkan hatinya, memporak-porandakan isinya. Ia mengerkapkan matanya beberapa kali untuk menyadarkan dirinya jika ini memang bukan mimpi.

Ini nyata.

"Iqbaal! Kamu gila? Maksud kamu apa? Iqbaal?!" Ia berlari menyusul langkah besar Iqbaal yang hampir membuka pintu mobilnya. "Aku salah apa?" tanyanya sambil menarik tangan pemuda itu agar berbalik menghadapnya.

"Kita.Selesai. Jangan ganggu gue lagi!" tegasnya sekali lagi, menepis kasar tangan mungil gadis itu dan memasuki mobilnya. Namun, ia kalah cepat. Gadis itu menahan pintu mobil Iqbaal agar sebelum sempat ditutup. Ia menundukkan kepalanya lalu tersenyum miris setelah melihat siapa didalam sana.

Wajar saja setelah kepulangannya dari Amerika sifatnya berubah drastis. Mungkin selama Iqbaal di Amerika pria itu banyak berubah, tapi dia hanya tetap meyakini hatinya kalau prianya masih sama, masih mencintainya.

Bahkan, ia memasa bodokan tentang kabar yang beredar tentang kedekatan pria itu dengan gadis didalam, gadis yang mampu membuat posisinya tergantikan dengan mudahnya.

(Namakamu) memundurkan dirinya perlahan, menjauh sambil terus tersenyum kepada pemuda itu. Bahkan, sebegitu terlukanya ia masih mampu menunjukkan wajah manisnya, untuk Iqbaal lagi.  Iqbaal menatapnya dengan raut wajah yang sulit ditebak, ia terlihat bersalah sekaligus lega.

Entah apa yang ada dipikirannya sekarang. Yang pasti, sebelum menutup pintu, ia mengucapkan sebuah kata yang membuat (Namakamu) langsung membalikkan badan, berlari meninggalkan pemuda itu disana.

"Terimakasih."

(Namakamu) benar-benar merasa dikhianati, benar-benar merasa penantiannya tak dihargai. Ia merasa menjadi wanita paling bodoh didunia, ia benar-benar kecewa dengan semuanya.

Mengapa endingnya harus serumit ini?

Disaat (Namakamu) benar-benar menaruh sepenuhnya rasa pada Iqbaal, dengan mudahnya pemuda tersebut mencampakkannya.

Benar, cinta memang tidak selalu tentang bahagia. Semakin besar pengharapan, maka semakin besar juga daya tampung hati untuk kecewa.

Dan (Namakamu) menyesalinya, menyesal mencintai Iqbaal sedalam ini sehingga ia harus terluka sesakit ini.

*

Ini sad romance ya btw hehe:')

I'am (Not) LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang