Happyreading❤
*
Dengan berurai air mata, (Namakamu) mengemasi barang-barangnya. Memasukkan baju-bajunya ke dalam tas besar secepat yang ia bisa. Memasa bodohkan pakaian yang asal ia tumpuk itu akan kusut karena kelakuannya yang tidak sabaran.
Kanaya.
Nama wanita itu masih saja tergiang ditelinganya. Siapa dia? Pacar Iqbaal? Mantannya?
Tapi, bukankah sebelum menikah Iqbaal selalu membuatnya yakin jika hanya dia satu-satunya? Lalu mengapa sekarang dia menjadi salah satunya? Iqbaal pikir apa itu pernikahan?
(Namakamu) sangat tidak mengerti dengan jalan pikir suaminya itu. Lelaki yang seharusnya banyak belajar dari masa lalu tapi kenyataannya masih menganggap perasaan (Namakamu) sekonyol itu.
Tapi mau bagaimana? Apa yang bisa ia lakukan di saat Iqbaal sudah memegang kekuasaan atas dia sepenuhnya?
Bukan hanya hati, tapi juga jiwa. Karena lelaki itu adalah suaminya.
Di lain tempat, Iqbaal menatap kosong ke arah jalanan di sana. Ia mengamati satu persatu kendaraan yang berlalu lalang dari balkon kamarnya. Pikirannya merayap ke mana-mana, berkecamuk membuat emosinya melayang tidak dapat ia kontrol kemudian.
Masih terdengar jelas suara isak tangis istrinya, terngiang jelas di telinga Iqbaal. Hatinya pilu, nyeri.
Iqbaal juga sakit.
Iqbaal juga terluka.
Iqbaal lebih terluka karena membuat (Namakamu) terluka.
Tapi ia juga tidak bisa melakukan apa pun kecuali melukai perasaan perempuan itu seberusaha apa pun ia menjaga agar tidak melukai sekali pun.
Ini bukan akhir segalanya.
Kanaya.
Wanita yang biasanya menjadi teman tidurnya beberapa bulan lalu. Tepatnya sebelum ia bertemu (Namakamu).
Masih belum lupa kan bagaimana bangsatnya seorang Iqbaal sebelum bertemu (Namakamu)?
Tapi, lagi lagi takdir membuat alurnya sendiri. Terlalu suka dan bahagia melihat air mata mengalir dari wajah kedua insan yang baru kembali setalah berpisah lama. Menyediakan trauma kepada keduanya. Khususnya, (Namakamu).
Kanaya hamil. Dan itu bukan keinginan Iqbaal. Tapi ia tidak bisa berbohong, lelaki itu juga menginginkan seorang bayi. Walau ia tahu, bayi itu bukan dari pernikahan yang sah.
Karena tidak mungkin juga kan ia menyuruh Kanaya menggugurkan darah dagingnya sendiri?
Tidak.
Seingin apa pun Iqbaal mempertahankan (Namakamu), ia tidak pernah bisa melepaskan bayinya, walau itu masih calon sekali pun.
*
(Namakamu) bangun, merapikan rambut panjangnya dengan jari-jari. Kepala wanita itu sepening ini karena menangis hingga tertidur.
Suara derap langkah membuat (Namakamu) melirik malas ke arah pintu kamarnya yang tertutup rapat itu. Agaknya di sana Iqbaal tengah berjalan mendekat, entah dengan alasan apa. Mau minta izin atau hanya sekadar mencari tahu keadaan wanita malangnya saja.
"(Nam," panggilnya setelah mengetuk pintu beberapa kali. "Udah bangun?"
(Namakamu) turun dari ranjang, lalu berjalan dengan sempoyongan ke arah pintu. Membukanya lebar hingga sosok Iqbaal terlihat jelas di sana.
"Aku berangkat," pamitnya.
Rasanya ingin sekali (Namakamu) menjawab terserah, mengingat bagaimana sakitnya ia diperlakukan semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am (Not) Late
Fanfiction(COMPLETE) #1 di unlove (10-02-20) #1 di soniq (13-4-2020) Iqbaal-(Namakamu) Selebihnya, silakan dibaca:) * Happy reading!