Sepuluh

1.8K 191 5
                                    

Happyreading

*

Langkah Iqbaal terhenti saat ia tidak sengaja melihat segerombolan gadis yang sedang tertawa lepas dipojokan kafe.

Jantung pemuda itu berdegup kencang diiringi dengan keringat dingin yang mengalir dari pelipisnya. Iqbaal menajamkan pandangannya sekali lagi. Meyakini diri sendiri jika yang dilihatnya kali ini bukan sekadar halusinasi.

Pasalnya, bukan sekali dua kali ia asal memeluk perempuan yang ia kira adalah sosok (Namakamu) sendiri.

Tapi suara tawa khas milik gadis itu membuat Iqbaal yakin seyakin-yakinnya kalau kali ini bukan sekadar halusinasinya saja.

Perlahan tapi pasti, Iqbaal melangkah mendekat. Lebih mengurangi jarak berdirinya dengan posisi gadis itu berada. Semakin dekat jaraknya, semakin kuat degupan jantungnya.

Jika sekiranya Iqbaal masih dalam keadaan tidak sadar seperti kemarin, mungkin saja ia sudah berteriak kesetanan sambil memegang dada sebelah kirinya yang berdenyut keras.

Sekarang Iqbaal tepat disamping (Namakamu) yang duduk manis mengahadap teman-temannya. Merasa diperhatikan, (Namakamu) menoleh--mendongak--dan mendapati Iqbaal yang berdiri tegang disampingnya.

Gadis itu, (Namakamu).

Iya. Benar. Itu (Namakamu).

Demi siapa pun, Iqbaal tidak salah orang lagi.

(Namakamu) semakin cantik, semakin menarik. Bahkan model dan warna rambutnya juga masih seperti dulu, tidak berubah sama sekali.

"Siapa ya, Mas?" tanya (Namakamu) halus sambil tersenyum manis pada Iqbaal. Iqbaal ternganga, bahkan mulutnya hampir terbuka sempurna.

Sebentar.

Maksud (Namakamu) apa?

Apakah gadis ini tengah mempermainkannya?

"Nyari siapa, Mas?" ulang (Namakamu) lagi.

"(Namakamu), kan?" tanya Iqbaal memastikan, (Namakamu) mengangguk.

"Kenal saya?" tanya (Namakamu) heran, Iqbaal diam.

Bagaimana ia tidak mengenalnya? Bukankah dia gadis yang ia cari selama ini?

Iqbaal menarik lengan gadis itu hingga (Namakamu) memekik dan berdiri dengan paksa, kemudian langsung memeluknya erat.

"Eh--" Teman-teman kantor (Namakamu) seketika terkejut. Tapi tidak berani ikut campur karena mereka berpikir mungkin Iqbaal dan (Namakamu) punya hubungan serius.

Iqbaal dapat merasakan ketegangan dari badan gadis yang berada dalam dekapannya.

"Eh-eh masnya kenapa?" gugup (Namakamu) bingung sendiri.

"I miss you so bad, Baby Girl," bisik Iqbaal dengan suara parau.

"L-lepas!"

"Kamu kemana aja, (Nam--"

"Lepas!"

Plak!

Suara nyaring dari telapak tangan (Namakamu) yang mengenai pipi mulus Iqbaal menjadi satu-satunya alasan Iqbaal melepas pelukannya dari tubuh (Namakamu) setelah gadis itu mendorong bahunya hingga mereka sedikit berjarak dan memberikan ruang untuk (Namakamu) menampar Iqbaal.

Yang mana hal itu membuat anak buah serta asisten pribadi Iqbaal yang berdiri tak jauh dari sana berlari ke arah mereka.

"Lo gila, ya?!" pekik (Namakamu) keras.

I'am (Not) LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang