(Namakamu) mengerjapkan matanya beberapa kali, kepalanya masih pening, dan ia rasa ada sesuatu yang menancap pada lengan kirinya.
Deg
Tidak butuh waktu lama untuk menyadari kalau ia tengah terbaring di ranjang rumah sakit. Bau obat-obatan menyengat tajam. Dengan berat hati, ia mencoba tersenyum. Berharap keadaannya tidak benar-benar memburuk.
"Lo nggak apa-apa?" Keira yang baru saja masuk sambil menenteng plastik putih berukuran lumayan besar langsung bertanya dengan raut wajah khawatirnya. "Ais, lo nakutin banget," lanjutnya sambil meletakkan plastik di atas meja dan berjalan mendekati (Namakamu).
"Mas Iqbaal, tahu?"
Keira berdecak. "Lambat laun dia bakalan tau. Jadi sebaiknya lo kasih tau dia, deh. Jangan egois gini."
"Tap--"
"Tapi apa?" Keira memotongnya cepat. "Nunggu lo mati, gitu? Penyakit lo udah parah, (Nam, dan gue mohon, sekali aja lo denger gue."
"Belum waktunya." (Namakamu) menjawab lirih.
Keira mengembuskan napas berat. Susah sekali membujuk wanita keras kepala satu ini. "Bayi lo sehat, tapi elo enggak," gumam Keira sambil mengusap pelan perut (Namakamu) yang masih rata.
"Nggak apa-apa, gue seneng kok. Yang penting anak gue sehat. Lo bantuin gue jaga kandungan, ya?" pintanya menatap manik mata hitam Keira. Keira tersenyum penuh arti.
"Pasti."
Dokter yang menangani (Namakamu) sekarang adalah Dokter Vika. Dokter tempat pertama ia menjalani konsultasi. Dokter Vika tetap membujuk (Namakamu) supaya mau ikut kemoterapi. Walau tidak sampai sembuh, mengingat kankernya sudah mencapai stadium 3, kesempatan hidup hanya sedikit. Tapi paling tidak dapat mengulur waktunya lebih lama lagi.
Tapi bukan (Namakamu) namanya jika tidak keras kepala, ia tidak mau jika harus menanggung sakitnya kemoterapi. Jika penyakitnya kali ini saja hampir membuatnya putus asa, ia jelas tidak mau menambah beban luka.
Yang mana (Namakamu) tahu kalau kemoterapi adalah proses memasukkan obat melalui pembuluh darah ke dalam tubuh, melalui darah kemudian mengalir ke ke seluruh tubuh, yang mana metode ini membuat tingkat konsentrasi obat pada pusat tumor dan jaringan lainnya sama.
Dengan demikian, dengan arti yang sama, kemoterapi dapat merusak berbagai organ tubuh, dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti leukosit dan trombosit menurun, BAK berdarah, penurunan sel imun tubuh, mundah infeksi, bahkan bisa sampai keguguran (untuk ibu hamil), selain itu sebagian besar pasien mengalami rambut rontok, muak dan lain sebagainya. Lalu yang benar saja kalau (Namakamu) memilih untuk mengikuti kemoterapi, nasib kandungannya bagaimana?
"Bagaimana tentang stadium tiga sekarang ini, Dok?" tanya (Namakamu) hati-hati, Keira menggenggam tangannya erat.
"Begini, Bu. Kanker serviks stadium 3 terbagi dalam 2 jenis ya, yakni kanker serviks stadium 3A, dan stadium 3B."
"Itu ... penjelasannya gimana?" Keira terlihat sepenasaran itu.
Dokter Vika tersenyum, lalu menjelaskan, "Kanker serviks stadium 3A itu, persebaran kanker yang mencapai area pelvis dan vagina. Ukuran yang cukup kentara terlihat pada area serviks dan mengakar hingga menembus otot penyangga serviks."
"Untuk yang 3B?"
"Sedangkan kanker serviks stadium 3B, Invasi kankernya relatif serius, sampai menembus ligamen pelvis cukup dalam. Juga mungkin mulai menyentuh area saluran kencing dan rahim tengah. Kadang sel kanker membentuk massa yang menyumbat aliran air kencing."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am (Not) Late
Fanfiction(COMPLETE) #1 di unlove (10-02-20) #1 di soniq (13-4-2020) Iqbaal-(Namakamu) Selebihnya, silakan dibaca:) * Happy reading!