Chapter 1

6 1 0
                                    

Kepulan asap rokok memenuhi udara, gudang belakang sekolah itu memang sudah menjadi markas utama bagi para berandal sekolah. Ruangan kumuh dengan berbagai macam benda rongsokan, posisi gudang yang berada di belakang sekolah yang sepi membuat siapapun berpikir seratus kali untuk kesana, apalagi para preman sekolah sering didapati keluar masuk dari sana.

Sebenarnya sudah menjadi rahasia umum bagi SMA ANGKASA bahwa gudang belakang sekolah merupakan tempat perkumpulan para siswa bengis dan tak berperasan, berbagai pelanggaran bukan hanya siswa yang didapati merokok, bahkan ada yang terang terangan memakai barang terlarang seperti narkoba dan sejenisnya, namun sampai saat ini sekolah masih saja membiarkan hal itu terjadi dengan hanya memberikan sangsi ringan untuk si pelaku tanpa berniat untuk memusnahkan tempat terkutuk itu.

Tak ada satupun siswa normal yang berani memunculkan wajahnya di sekitaran gudang itu, atau mereka akan bernasib sial. Seperti seorang siswa baru tahun lalu yang tanpa sengaja lewat belakang sekolah untuk menghindari guru bk dan anggota osis yang sedang razia, namun nahasnya siswa itu jatuh di tempat yang salah dan berakhir dengan koma di rumah sakit. Namun pihak sekolah seakan dengan cepat menutupi kejadian itu dengan membuat siswanya sibuk dengan perubahan kurikulum baru dan sejenak melupakan siswa malang tersebut.

"lang, kayaknya si ketua osis baru itu berencana mau musnahin nih tempat deh" sahut seorang cowok berambut cepak menatap serius pada lawan bicaranya yang sedang sibuk meniupkan asap dari mulutnya.

Senyum miring terbit di wajah erlangga dirgantara yang sering dipanggil elang oleh teman temannya. "kalau dia mau nantang maut, silahkan ajah".

Bukan tanpa alasan elang menyucapkan hal itu, namun karena dia cukup yakin bahwa ketua osis seperti itu hanya seperti sebuah hama kecil yang gampang dimusnahkan, sejauh ini belum ada yang berani untuk mengusiknya selain berakhir di rumah sakit atau di kedalaman dua meter. Semua itu tidak terlepas dari pengaruh orang tua elang, yang senantiasa menutupi segala perilaku buruk pria itu.

"lang, lo kenal vania kan?" ucap cowok berambut cepak tadi bernama jefri.

Elang mengerutkan keningnya mencoba mengingat siapa sosok bernama vania itu. "cewek jalang itu?" ucap elang menaikkan sebelah alisnya, jefri lantas mengangguk membuat elang mengerti arah pembahasan mereka. "gue udah putus sama dia bulan lalu, kalo lo mau ambil ajah" ucapnya tenang sambil sesekali mengisap rokoknya.

"bukan itu maksud gue lang"

"terus?" elang kembali menaikkan alisnya benar benar tidak paham maksud dari pembicaraan jefri.

"vania hamil lang". ucap jefri kemudian, elang menghembuskan nafas pelan dan menatap jefri datar ekspresinya tidak bisa di baca.

"itu bukan punya gue"

"t..tapi dia kemarin datang kesini dan nyariin lo, dia bersikeras kalo dia hamil anak lo"

Elang menjatuhkan rokoknya ke lantai dan menginjaknya hingga hancur. "lo tau kan dia itu gimana? Bisa aja dia tidur sama sembarang cowok, dan gimana gue bisa yakin kalo dia hamil anak gue?" ucapnya datar.

"dia ngotot mau ngambil jalur hukum kalo lo nggak mau tanggung jawab"

Elang berdiri dan menepuk pundak jefri. "lo pikir gue bakal takut? beresin dia" perintah elang.

"tapi lang.."

"hahahha" tawa elang membahana memenuhi ruangan, sebuah tendangan tepat mengenai tulang kering jefri, membuat jefri meringkuk kesakitan di lantai.

Elang meraih rahangnya, "lo pikir gue bego? Lo suka kan sama dia?" jefri menggeleng.

"lo inget nggak, kenapa lo bisa selamat dan gabung disini" desis elang membuat bulu kuduk jefri meremang "itu karena gue sedang berbaik hati sama lo"

"lang, gue minta maaf tapi sumpah gue nggak ada hubungan apa apa sama vania"

"oh yah? Kok gue nggak percaya yah?" ucap elang meremehkan, dihempaskannya rahang jefri membuatnya terjungkal kembali, sebelum sempat berdiri dadanya sudah di tekan menggunakan kaki elang. "gue bisa sabar dengan kebohongan, tapi nggak dengan penghianatan. Lo pikir gue nggak tau, kalo malam itu lo yang perkosa vania? Bego!"

"aaaarrrrhh" erang jefri, berusaha menahan tekanan dari kaki elang namun elang semakin memperdalam injakannya.

"bobby !" panggilnya pada lelaki yang sedang sibuk bermain game dengan dua orang temannya lagi yang sedang mengerjakan hal yang sama. "beresin nih bocah, gue nggak mau tangan gue kotor nyentuh dia"

Tanpa perlu protes lagi jefri di seret oleh tiga laki laki, elang hanya menatapnya jijik lalu keluar dari ruangan itu.

~~~

TBC

HEYHEYHEYHEY.

jangan lupa voment yah. biar kau semangat buat nulis.

VilaNovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang