Chapter 12

0 1 0
                                    

Bel panjang berbunyi ke penjuru Sma Angkasa menandakan waktu pulang telah tiba. Jam pelajaran terakhir yang diisi oleh bu jasmin guru ekonomi di kelas XI IPS 2 baru saja berakhir. Vila yang sedari tadi fokusnya entah kemana bahkan tidak menyadari bunyi keras bel pulang, sampai raina pun harus mengguncang tubuhnya baru dia tersadar.

"Mikirin apa sih? Lututnya masih sakit?" Tanya raina memasang raut wajah khawatirnya.
Vila tersenyum lembut menimpali raina "udah pulang yah?" Tanyanya kembali, raina mengangguk dan memalingkan wajahnya melihat sekelilignya hanya tersisa ketua kelas yang sibuk merapikan buku tugas yang hendak di bawa ke ruang guru.

"Mau gue anter pulang?" Tawar raina. Namun vila kembali menggeleng.
"Lo kan ada latihan setelah ini"
"Nggak apa apa"
Vila tetap menggeleng meyakinkan raina bahwa dia harus ikut latihan, karena sebentar lagi dia akan mengikuti turnamen.

"Aku udah janjian sama ditto mau jalan jalan, bentar lagi tuh anak juga bakal nongok kok" jelas vila memberikan sedikit ketenangan pada raina.

Raina mengangguk paham dan meraih tasnya, dia bermaksud ingin menunggui ditto datang dan menjemput vila namun tiba tiba ponselnya berdering menampakkan nama coachnya. Dengan berat hati dia meninggalkan vila karena latihannya akan segera dimulai.

"Aduh vil, gue minta maaf banget nih. Sorry nggak bisa nemenin lo. Ini juga si ditto lama banget sih ngurusin apa sih dia? Ih kesel deh" omel raina.
Vila tersenyum "udah gapapa lo pergi ajah. Gue bukan anak kecil lagi kali"

"Umur boleh tua, tapi tingkahnya masih ceroboh dari bocah. Tadi ajah pas gue sama ditto di samping lo, lo jatuh kayak gini. Apakabar kalo gue dan ditto nggak ada di sampig lo?" Raina sudah hendak menceramahi vila, namun mukutnya segera di bekap oleh vila dan di dorong paksa untuk beranjak dari bangkunya.

"Udah sana, gue yakin bisa jaga diri. Sana ah ntar si coach lo marah lagi"
Raina menekuk wajahnya tidak tega meninggalkan vila "lo yakin?" Vila mengangguk pasti. "Oke deh. Gue pergi yah vil. Ingat jangan kemana mana sebelum ditto datang, kalo dia nggak datang datang telpon gue. Gue pasti dateng"

"Udah ah, kayak gue bocah lima tahun ajah"
"Gue khawatir vil. Lutut lo ajah kalo diliat sama daddy lo bisa ilang nyawa gue say" ucap raina sedikit mendramatisir ekspresinya.
"Lebay"
"Hahah.. yaudah duluan yah".
Raina pun melambaikan tangan ke arah vila dan berlalu sampai menghilang dari pandangan vila.

Tepat setelah raina menghilang di balik daun pintu ponsel vila berdering menampilkan nama ditto yang segera di angkat oleh vila.

"Halo to, lo dimana?"
"Hmm vil, gue masih di ruang osis nih. Sorry yah kayaknya kita nggak bisa jalan jalan bareng deh hari ini. Gue ada rapat" vila mendengarkan dengan saksama penuturan ditto sambil mengangguk angguk , raut wajah yang tadinya ceria kini berubah agak kecewa.

"Vil, sorry banget. Vil? Lo dimana?"
Vila terdiam sesaat lalu kemudian tersenyum "oh gapapa sih to. Gue juga ini udah mau balik"

"Sama siapa?"
"Supir"
"Oh, maaf banget yah vil. Gue mau banget sih nganterin lo cuma pak Agus nih maksa gue buat ikutan rapat panitia mos nanti"
"Gapapa to. Yaudah gue pulang dulu yah"
Vila pun mematikan sambungan telpon dan menghembuskan nafas berat. Dengan sekuat tenaga dia berusaha untuk berdiri dan meraih tas lalu menyampirkan di pundaknya.

Saat berusaha berdiri lutut vila terasa nyut nyutan kembali membuat dia tidak kuat dan kembali duduk.
"Ini luka perasaan nggak dalam tapi kok sakitnya sampe kepala gue sih?" Omelnya. Dia kembali berusaha berdiri. Sakit dilutunya kembali terasa menjalar hingga ke kepalanya. Namun dengan sekuat tenaga vila menahan sakit itu dan berjalan tertatih keluar kelas. Diambang pintu vila mengeratkan pegangannya pada daun pintu, sakitnya terasa berkali kali lipat sambil memejamkan mata dia merapalkan berbagai kata kata absurd.

VilaNovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang