Chapter 6

2 1 0
                                    


Jalanan ibu kota yang ramai seperti sudah menjadi ciri khas tersendiri, antrian panjang mobil berjejeran, beberapa anak dengan pakain lusuh menengadahkan tangan meminta beberapa lembar uang, ada yang terus bernyanyi mengeluarkan suara cemprengnya. Entah sudah lagu keberapa yang dinyanyikannya di depan mobil vila, namun bukannya mendengarkan gadis itu hanya memandang lurus ke depan pikirannya melayang jauh ke kejadian sepuluh tahun silam, saat dia pertama kali bertemu dengan ditto dan raina, tanpa sadar segaris senyum terbit di wajahnya.

"aku paling nggak suka main sama cewek, lemah dikit dikit nangis" ejek ditto meremehkan.

"idih, sombong banget kamu, kalo berani ayo kita taruhan. Aku bakal buktiin kalo cewek itu kuat nggak kayak yang kau pikirin"

"fine"

Vila kecil sudah keluar dari pekarangan rumahnya dengan mendorong sepeda berwarna pink dengan dua roda bantuan di sisi ban belakang sepedanya, melihat hal itu ditto tertawa meremehkan.

"tuh kan belum apa apa juga cewek udah lemah banget, kalau mau adil lepas dong roda bantuannya"

Vila memberenggut kesal, raina hanya bisa tersenyum kecut melihat percekcokan dua orang di depannya, dia menghampiri vila dan berbisik padanya.

"udah deh vil, kita ngalah ajah. Kan nggak ada untungnya juga kita temenan sama anak cowok"

"ah, tenang ajah ra, aku bakalan buktiin kalau kita nggak lemah."

"kalau kamu jatuh gimana?"

"kan aku udah pake ini" ucap vila sambil menyentuh helm berwarna senada dengan sepedanya beserta pengaman di lututnya yang pastinya juga berwarna senada.

"jadi gimana nih berani nggak?" lagi lagi ditto mulai mengompori.

"berani lah, ayok" kata vila mengangkat dagunya sebagai tanda bahwa dia tidak takut sama sekali. "pak asep !!" teriak vila. Seorang pria paruh baya tergopoh menghampiri vila.

"iya non, kumaha?"

"bantuin vila ngelepas ini" tunjuknya pada dua roda bantu di sepedanya.

"eleh eleh si non, kenapa mau dilepas? Ini kan supaya si non nggak jatoh nanti."

"pak asep, turutin ajah sih apa kata vila. Nanti vila lapor ke daddy loh" ancamnya.

"tapi kalo kenapa napa bukan salahnya bapak yah"

"sip" ucap vila mengacungkan jempol jarinya dengan senyuman penuh kemenangan. Akhirnya dua roda bantuan itu pun berhasil terlepas dari sepedanya.

Ditto dan vila sudah mulai bersiap di sepeda masing masing, dalam hitungan ketiga mereka pun mengayuh sepeda sekencang yang mereka bisa, awalnya baik baik saja sepeda vila melaju tanpa ada pengaruh apa apa, namun ketika secara tiba tiba di tikungan depan kompleks sepeda ditto melambung mendahului vila, membuat sepeda vila bergoyang tidak seimbang dan akhirnya jatuh tersungkur di aspal.

Ditto sampai mengerem mendadak saat mendengar suara rintihan vila, saat berbalik dilihatnya darah bercucuran dari dagu bocah perempuan itu, air mata terus saja mengalir di pipinya. Pak asep serta raina berlari dengan cepat menghampirinya, dan nahasnya sebuah mobil sedan mengkilap tiba tiba mengerem mendadak di depan tikungan itu. Adeera keluar dari mobil dengan wajah yang sudah pucat melihat anak semata wayangnya sudah berlumuran darah.

"vila kenapa?"

"tadi non vilaa mau naik sepeda tapi rodanya minta dielapas"

"kamu lepas?"

Pak asep mengangguk. Belum sempat menjelaskan lagi adeera tiba tiba saja mengambil alih vila ke gendongannya.

"kamu saya pecat" ucap adeera dingin.

VilaNovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang