Chapter 15

0 0 0
                                    


Taksi yang ditumpangi gadis berseragam SMA itu berhenti tepat di depan pekuburan umum bandung, perjalanan yang memakan waktu kurang lebih dua jam dari pusat kota jakarta, sepanjang perjalanan itu pula gadis dengan poni tipis itu menangis, supir taksi yang membawanya tidak banyak bertanya karena paham yang dibutuhkan oleh penumpangnya sekarang bukanlah pertanyaan prihatin namun ruang untuk berdamai dengan dirinya sendiri.

Matanya merah dan sembab, hidung mancungnya juga ikut memerah, sekarang penampilannya kacau. Setelah turun dari taksi dan menenteng tasnya, matanya langsung di sapa oleh hamparan pemakaman, angin berhembus menerbangkan anak rambutnya yang tergerai bebas dari ikatan seakan menyambut kedatangan gadis itu. Dia berusaha menarik kakinya yang masih terasa ngilu. Namun sekarang dia sudah tidak bisa menghentikan langkahnya di tempat itu tak ada siapapun yang bisa menolongnya.

Diamatinya satu persatu batu nisan disana. Terakhir dia berkunjung tiga tahun lalu, saat dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dia bersama daddynya menyempatkan diri menengok makam dua orang paling berjasa dalam hidupnya. Vila menarik kakinya berusaha mengingat kembali letak makam orang tuanya, hampir sepuluh menit di habiskan untuk mencari akhirnya dia pun menemui pusara bertuliskan 'Laras septiani' dan tepat di sampingnya sebuah nisan bertuliskan 'Agung permana'.

Lutut vila kembali terasa ngilu, kali ini dia tak lagi bisa menahan rasa sakit itu tubuhnya luruh diatas rerumputan di depan pusara kedua orang tuanya, bahunya bergetar hebat dia tergugu mengencangkan tangisnya.

"Maafin vila yang jarang jenguk bunda" lirihnya di sela tangis. Tangannya mengusap pelan nisan itu, kembali tangisnya pecah tak terbendung.

Itulah yang membuat adeera jarang membawa vila ke makam orang tuanya, karena dia tidak sanggup melihat vila menangis.
"Vila selalu nunggu ayah sama bunda selesai istirahatnya. Tapi kapan? Kenapa ninggalin vila secepat ini?" Vila tertunduk dalam. "Bunda, rambut vila nggak pernah dikepang lagi. Daddy nggak tau cara kepang rambut, tapi daddy orangnya baik dia berusaha buat belajar ngikat rambut vila. Dia malaikat penolong vila. Ayah, daddy vila orangnya sibuk jarang banget bisa jalan jalan sama vila, tapi daddy selalu ngasih apapun yang vila minta. Dia jagain vila dengan baik. Vila nggak boleh lecet, udah banyak pembantu yang dipecat daddy tapi semua itu bukan salah mereka, vila yang bandel. Ayah nggak rindu sama vila? Vila rindu banget sama kalian" walaupun sadar segala ucapannya pasti tak berbalas vila yakin bahwa ibu dan ayahnya kini telah duduk dan mendengarkan segala ucapannya.

***

Sejak pulang dari rumah vila elang selalu teringat dengan ibunya. Dia tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dia juga sedang sangat merindukan ibunya. Sudah hampir dua tahun lebih dia hilang kontak dengan ibunya, padahal biasanya mereka bisa saling bertukar kabar melalui telpon.

Sudah selama itu juga ayahnya selalu melarangnya untuk berkomunikasi dengan ibunya, bukan tanpa alasan elang bahkan sangat tahu bahwa ayahnyalah sebab dibalik itu semua. Demi perempuan licik yang dibawanya masuk ke dalam keluarga kecilnya yang bagi elang sudah lengkap bahkan tanpa perempuan itu. Namun ayahnya berpikir lain, elang dipaksa menerima kehadiran perempuan yang selama ini tidak ingin diakuinya bahkan sebagai 'ibu tiri'.

Setiap hari elang selalu memberontak kepada ayahnya untuk mengizinkannya bertemu dengan ibunya namun lagi lagi ayahnya berkilah dan malah mengasarinya. Elang muak dengan semua itu, elang muak dengan segala keharusan keharusan dari ayahnya yang baginya tidak berarti apa apa. Maka hari ini menjadi puncaknya, laki laki yang hendak beranjak dewasa itu meraih helmnya dan menancap gas. Bukan, dia tidak mengarah ke jalan pulang seperti biasa. Tapi dia menuju kota tempat orang yang dirindunya tinggal, beberapa bulan lalu saat elang mengikuti turnamen basket di bandung dia tanpa sengaja melihat sosok perempuan yang dulu pernah menjadi rumah tempatnya berpulang.

VilaNovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang