Chapter 9

2 1 0
                                    

Pagi pagi sekali elang sudah bersiap siap dengan pakaian yang sedikit rapi dan wangi dari biasanya. Tapi walau tidak mandi sekalipun dia tetaplah terlihat cool dan ganteng, karena memang dari lahir sudah seperti itu.

"sarapan dulu" panggil seorang wanita paruh bayah yang sedang menuangkan kopi ke cangkir suaminya.

Elang hanya melirik tanpa berminat untuk menjawab perkataan wanita itu.

"duduk" teguran ayahnya membuat elang berhenti berjalan dan berbalik menatap laki laki dengan kacamata melorot di hidungnya sedang fokus ke korannya sementara wanita itu dengan telaten mengoleskan selai pada selembar roti.

"aku nggak selera". Ucapnya dan hendak beranjak pergi, namun teguran kedua ayahnya kembali menghentikannya.

"kapan kamu mau berhenti keras kepala seperti ibumu?"

Mendengar nama ibunya disebut sebut membuat emosi elang meningkat. "duduk" tegas ayahnya lagi. Tak ada pilihan lain dengan rahang yang mengatup dia berjalan menuju meja makan menarik kasar kursi dan duduk.

"aku bisa sendiri" cegahnya saat wanita itu hendak menuangkan susu di gelasnya.

"kamu bisa sopan gak sama orang tua"

"bisa, tapi sayangnya dia bukan orang tua aku".

"elang!"

"sudah, nggak usah marah. Remaja emang gitu nggak usah diladenin lagi puber dia"

"tante jago banget yah sisirnnya sampe dua tanduknya nggak kelihatan." Sindir elang lalu pergi meninggalkan ayahnya yang sedang marah di belakang, dia tetap berjalan keluar tanpa memedulikan kedua orang yang sedang emosi di belakangnya.

Motor besar yang sengaja dibawanya agar tidak terkena macet, bukan supaya dia tidak telat sampai ke sekolah namun hanya untuk ngebutan di jalan karena walupun dia lambat dia akan tetap bisa masuk ke sekolah.

Sementara itu di tempat lain vila dengan wajah yang ditekuk menyandarkan kepalanya di jendela, sudah sedari tadi adeera berusaha untuk membujuknya namun tetap saja vila tidak beranjak dari mood nya sekarang.

Bagaimana tidak tadi pagi dengan sepenuh hati dia menyambut kedatangan raina dan ditto yang menjemputnya bak seorang putri namun daddynya langsung saja menghentikan acara jemput menjemput itu dengan dalih dia yang akan mengantarkannya. Hal itu seperti menghempaskan mood vila yang tadinya berada di langit langsung hancur berantakan terhempas di dasar bumi.

"jangan cemberut dong kan nanti bisa ketemu raina dan ditto di sekolah" sahut jenny. Kemarin dia tiba di jakarta larut malam namun pagi ini juga dia harus bertolak kembali ke bandung untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda kemarin.

Jenny dan adeera sudah lama menjalin hubungan special, bahkan adeera sudah berapa kali melamar jenny namun jenny terus saja menolak dengan alasan bahwa dia masih belum siap juga dia masih harus sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan vila juga sudah sangat sering membujuknya jujur saja vila rindu kasih sayang seorang ibu, dan jenny mampu memberikan hal itu pada vila.

"aku turun disini ajah"

"loh itu masih jauh, nanti turun depan pagar ajah" sahut adeera.

"males, disini ajah. Aku mau jalan kaki kesana itung itung olahraga."

Jenny membujuk adeera untuk menuruti perkataan vila, mungkin ada baiknya jika sekali kali membiarkan vila menikmati hidupnya pikir jenny. Mobil bmw hitam itupun menepi di depan halte, jarak halte ke pintu gerbang sekolah memang tidak seberapa jauh hal itu pun membuat adeera sedikit lega.

Vila turun dan berjalan dengan santainya, adeera hendak memantau hingga putri semata wayangnya itu masuk namun jenny mengingatkannya lagi bahwa dia tidak harus terlalu over protectif pada vila, apa yang diucapkan jenny seperti masuk akal juga bagi adeera dia pun mulai menjalankan mobilnya dan bertolak menuju bandung untuk mengantarkan jenny.

VilaNovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang