chapter 5

5 1 0
                                    

Vila menyusuri lorong rumah sakit yang sudah Nampak sepi, hanya para perawat dan beberapa dokter yang berlalu lalang. Ada juga beberapa perawat yang dilihat vila tertidur dalam posisi duduk namun vila tak menghiraukan hal itu dia berjalan lurus menuju tujuannya yaitu kamar VIP di ujung lorong tempat sahabatnya berada.

Ditangannya sebuah bingkisan berisi buah dan satu kantong berisi martabak telur pesanan Raina, kakinya berhenti sejenak di depan pintu menarik nafas pelan dan memegang gagang pintu, berusaha untuk sepelan mungkin membuka pintu kamar itu takut menganggu tidur pasien di dalam.

Kepala vila menjulur duluan, celingukan namun tidak menemukan siapapun di ranjang itu, hanya selimut yang sudah tidak beraturan posisinya. Dia pun masuk secara keseluruhan dan menutup kembali pintunya.

"mereka pada kemana? Buset nih bocah nggak lagi ngusilin gue kan?" ungkapnya.

Prang !! vila terlonjak kaget mendengar suara benda yang jatuh dari dalam toilet, dengan langkah pelan pun dia mendekati toilet tersebut.

"Ra, lo di dalem?" vila mengetuk pintu toilet takutnya dia salah masuk kamar.

Beberapa menit kemudian muncul Raina yang sedang memapah Ditto dengan susah payah.

"vil, bantuin. Nih bocah berat banget"

Vila pun segera meraih sebelah tangan ditto dan membantunya.

"kalian ngapain di dalem?"

"tuh bocah kampret hmpphrtt" mulut Raina segera di bekap oleh Ditto dengan tangannya.

"diem nggak lo"

"lepasin ih. Siapa suruh"

Vila pun menatap heran keduanya. "kalian mencurigakan"

"nggak ada apa apa kok vil, tadi gue Cuma mau buang air kecil doang" bela Ditto.

"ditemenin Raina?"

"yah kan lo tau gue masih nggak bisa jalan"

Vila pun hanya menganggukan kepalanya paham dengan situasi mereka, namun tetap saja ada yang aneh. Vila segera menggelengkan kepalanya hal itu bisa ditanyakan nanti saat dia sudah bersama Raina, gadis tomboy itu tidak pernah menyembunyikan apapun dari vila.

"tuh, pesenan lo"

"huaaa. Makasih banget sayangkuh" Raina meraih sekantong martabak telur di atas nakas dan segera membuka bungkusnya. Aroma martabak itu langsung saja memenuhi ruangan.

"bagi dong ra." Ucap Ditto memelas

"enak ajah, ini mah nggak cukup buat gue, apalagi mau dibagi sama lu aduh mending nggak usah yah" Raina melahap martabak itu dengan sangat pelan seperti gaya seorang food vlogger sambil memperlihatkan ekspresi kenikmatannya.

Ditto hanya menelan ludahnya seandainya kondisinya sedang sehat dia pasti akan merebut makanan itu dari Raina.

"nih, lo makan ini jah. Kondisi lo pasti belum pulih sepenuhnya" vila menyodorkan potongan buah apel yang sudah dipotongnya menjadi beberapa bagian. Ditto langsung saja menyambut potongan apel itu dengan senyum yang sangat manis.

"berasa disuapin pacar" ucapnya. Vila hanya tertawa ringan menanggapi candaan dari Ditto.

"halu" celetuk Raina yang langsung dihujami tatapan tajam dari Ditto.

"iri ajah lu nyet"

"hemm kek vila suka aja sama lo" ucapnya lagi sambil terus memakan martabaknya.

Kini Ditto pun berbalik memandang vila yang masih fokus dengan jeruk yang ada di tangannya, ucapan Raina memang ada benarnya, selama ini memang hanya dia yang mencintai tapi vila sama sekali tidak.

"vil, gue suka sama lo" lirihnya, vila menghentikan tangannya yang sedang mengupas jeruk. Raina pun berbalik menatap kasian pada Ditto, dia sangat tahu sedalam apa perasaan Ditto pada vila dan dia pun tahu seperti apa perasaan vila pada Ditto. Vila sama sekali tidak merasakan hal special pada Ditto hal itu yang membuatnya seakan ingin menampar keras pipi Ditto yang seakan buta bahwa hati vila bukan milik siapa siapa.

Vila tersenyum sangat hangat bahkan matanya pun ikut tersenyum. "iyah gue udah tau kok" tangannya kembali meraih piring yang berisi potongan apel di pangkuan Ditto lalu menyuapinya lagi.

"lo juga suka kan sama gue?"

Tatapan vila tiba tiba kosong tubuhnya mematung, pertanyaan itu yang selama ini terus dihindarinya dari Ditto. Bukannya dia punya perasaan yang sama tapi vila sama sekali tidak ingin menyakiti sahabatnya itu, sedari dulu vila sudah sering mengatakan bahwa dia sama sekali tidak menyukai ditto atau siapapun, mungkin saat kematian kedua orang tuanya yah, mungkin berawal dari malam yang dingin itu saat dia ditinggalkan dengan keji oleh keluarganya saat dia ditelantarkan saat itu bagi vila rasa cinta itu sudah hilang dalam hatinya. Dia bertahan hanya karena satu orang saja yaitu daddynya orang yang tanpa sengaja ditemuinya saat semua orang meninggalkannya, saat itu vila hanya percaya pada satu orang yaitu adeera.

Untuk urusan cinta, vila sama sekali sudah mengubur itu lama. Bukannya lelah, dia bahkan belum pernah mencoba untuk membuka hatinya pada siapapun. Sudah sering ditto berusaha membuka hati itu namun bukan karena tidak bisa terbuka tapi karena memang hati itu tidak ingin dibuka oleh pemiliknya.

"ditto, apa persahabatan kita selama ini belum cukup membuktikan kalo gue sayang sama lo?"

Ditto memalingkan wajahnya, bisa dilihat oleh raina satu tetes air mata mengalir di pipi ditto. "cowok seperti apa yang lo cari?"

"gue nggak perlu siapapun selama lo, raina, dan daddy ada di samping gue. Gue nggak butuh siapapun lagi"

"terus apa alasan lo nolak gue?"

"ditto nggak semua hubungan harus berakhir pacaran kan? Kita sama sama bahagia seperti ini"

"gue mau kita lebih dari sahabat vil, gue mau Cuma gue yang paling berharga di hidup lo, Cuma gue yang bisa buat lo nyaman"

"karena memang Cuma lo, makanya gue nggak mau persahabatan kita hancur"

Ditto menghapus jejak air mata di pipinya, di menarik selimut dan berbaring membelakangi vila. "gue capek vil. Mau istirahat"

"maaf, gue nggak bisa lebih dari ini" ucap vila lalu berjalan keluar dari ruangan itu.

Raina yang melihat kejadian itu juga ikut juga ikut sedih dia tidak tahu harus membela siapa, keduanya adalah sahabatnya.

Kalimat yang terlontar dari mulut vila, seakan menusuk tepat di hati ditto. Baginya kalimat itu lebih menyakitkan dari pada luka yang ada di tubuhnya saat ini. Ditto memang sudah hafal dengan semua bahasa penolakan yang dilontarkan oleh vila, tapi dia tidak memiliki satupun alasan bagi ditto untuk berhenti memperjuangkan cinta vila.

"Ra, kejar vila jangan sampai dia kenapa napa"

"bego lo. Kenapa sih lo harus bahas kebucinan lo disaat kayak gini?" raina pun sudah tersulut emosi, dia geram melihat kebodohan ditto yang entah sudah sampai tingkat mana.

Ditto tidak menjawab perkataan raina dia memilih memejamkan mata, mulai berdamai dengan dirinya sendiri. Namun sejauh apapun dia memikirkan pikirannya akan tetap kembali jatuh pada vila.

TBC..

SELAMAT MEMBACA PARA READERS BUDIMAN :) :) :)

VilaNovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang