Chapter 3

14 1 0
                                    

Ditto menatap kepergian vila dan raina yang menyusul setelah sedikit memancing emosinya, dia tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"lucu" gumamnya senyum senyum sendiri, dia heran saja melihat perempuan yang entah sejak kapan membuat hatinya jatuh sejatuh jatuhnya hanya dengan melihat senyumnya saja dapat membuat ditto melupakan segalanya.

Namun sial bagianya karena gadis pujaannya hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat, namun dia bukan orang yang lekas menyerah begitu saja dia selalu mengusahakan agar vila bisa jatuh ke pesonanya, ditto sangat yakin bahwa vila itu memang tercipta hanya untuk dirinya. Ditto sudah pernah berjanji di depan daddy vila bahwa dia akan selalu menjaga vila.

Memang saat itu mereka masih kecil saat kejadian yang tak bisa dilupakan oleh ditto itu terjadi, kejadian sepuluh tahun yang lalu saat gadis itu datang bersama daddynya menjadi tetangga baru ditto, awalnya vila menawari ditto untuk bermain dengannya namun ditto yang saat itu masih gengsi untuk bermain dengan anak perempuan tidak mau menerima pertemanan vila dengan dalih bahwa anak perempuan itu cengeng, hal itu membuat vila sangat kesal. Memang dari kecil vila tidak ingin kalau kemauannya tidak terpenuhi, dia terbiasa hidup seperti seorang putri seorang diri.

Memiliki daddy yang masih terbilang muda dan dia anak tunggal tidak memiliki saudara membuatnya semakin terlihat seperti seorang putri kerajaan, hanya satu yang tidak dimiliki vila yaitu sosok ibu, hal itu yang membuat raina dan ditto merasa bahwa vila sangat rapuh dan butuh perlindungan mereka. Vila sudah terbiasa dengan semua kasih sayang dari orang orang di sekelilingnya, membuatnya tumbuh menjadi putri yang manja dan kadang keras kepala.

Ditto geleng geleng kepala mengingat kejadian masa kecil mereka, kakinya melangkah lebar ingin mengejar kedua sahabatnya namun ujung matanya tepat menangkap penampakan seorang siswa sedang merokok di depan kealsnya, jelas hal itu merupakan sebuah pelanggaran, apalagi sudah terpasang jelas larangan merokok di lingkungan sekolah, entah mengapa siswa itu masih saja melanggar peraturan yang sudah disepakati bahkan oleh orang tua mereka.

Ditto sebagai ketua osis mengambil langkah pasti, dia merampas rokok yang sedang diisap oleh siswa tadi membuatnya tersentak dan marah.

"apa apaan lo?" sahutnya sambil mendorong bahu ditto "udah berasa jagoan yah lo?" kembali dia mendorong ditto.

Ditto sedikit mengangkat alisnya dan melirik name tag pria di depannya itu. "bobby?" ucap ditto dengan nada mengejek "kayak nama anjing gue di rumah"

"shit" umpatnya

Bugh! Satu pukulan keras tepat mengenai rahang ditto, bobby dengan cepat mencengkram kerah seragam ditto.

"iyah nama gue bobby, emang mirip najing lo di rumah tapi bedanya gue nggak jinak. Kalo gue udah ngegigit pantang buat gue lepasin". Desis bobby.

"hahaha" ditto tertawa keras menanggapi bobby. "lo ngancam gue?" ditto menghempaskan tangan bobby pada lehernya dengan gayanya yang cool dia memasukkan kedua tangannya di saku celana dan menatap rendah bobby.

"biar gue perjelas bobby prasetya, gue ini ketos disini. Dan udah kewajiban gue buat menertibkan siswa di sekolah ini." Ditto memperbaiki letak seragamnya. "lo bisa baca kan? Kawasan ini bebas asap rokok. Ah yah! Gue lupa ternyata anjing nggak bisa baca yah. Apa perlu gue bacain"

Bobby meludah tepat di samping sepatu ditto, dan dengan cepat melesatkan satu lagi pukulan ke arah rahang ditto membuatnya limbung dan terjatuh.

"bawa dia ke belakang, bocah sombong kayak dia emang butuh di kasi pelajaran" tegas bobby pada kedua temannya yang sedari tadi hanya melihat keduanya.

Ditto pun diseret dengan paksa oleh kedua teman bobby ke gudang belakang, ditto sebenarnya sudah tau fungsi lain dari gudang di belakang bahkan dia sudah berkonsultasi dengan guru bk untuk menertibkan dan memusnahkan gudang itu, namun pergerakan guru itu sangat lambat membuat rencana ditto seakan tidak pernah terealisasi.

Seorang siswa duduk di sofa kumuh dan berdebu, sambil mengisap dalam rokoknya, dia menyambut ditto dengan tatapan datar yang tidak bisa dimengerti oleh ditto, seketika bulu kuduk ditto meremang melihat penampakan gudang belakang sekolah, yang sudah mirip markas preman dari pada gudang, bau nikotin yang sangat khas memenuhi ruangan, beberapa kaleng minuman keras tergeletak, alat isap barang terlarang dan berbagai macam hal yang ditto bahkan tidak bisa bayangkan bahwa siswa pelaku dari semua kekacauan ini dan pihak sekolah tidak pernah memberikan sangsi yang keras untuk mereka.

"siapa?" Tanya elang sambil berdiri tangannya memegang kayu yang sengaja di hentak hentakkan ke lantai supaya ditto merasa takut, naun sedikit pun ditto tidak menampilkan ekspresi takut malah dia memandang remeh pria di depannya.

"ketua osis yang diceritain jefri tempo hari lang" ucap bobby kepalanya sedikit tunduk tidak berani menatap elang. Sampai disini ditto paham ternyata elang adalah bos dari semua preman di sekolah ini.

Elang sedikit membungkuk meraih dagu ditto yang segera ditepis dengan gelengan keras oleh ditto, elang tersenyum miring "sejauh apa ketua osis yang teladan kita ini bertindak?" suara serak elang membuat ditto seakan semakin membuatnya merasa jijik.

"dia ngerecokin gue ngerokok" kata bobby.

Elang sedikit menaikkan alisnya "Cuma itu? Gue pikir lo bisa nyelesaiin masalah sekecil itu tanpa membawa dia kesini. Gue yakin bentar lagi dia bakal kencing di celana" ucap elang memandang remeh kea rah ditto.

Semua yang ada di gudang itu pun tertawa dengan tawa seperti orang gila, jujur saja ditto sedikit takut sekaligus jijik melihat penampakan di sekelilingnya itu.

"gue sama sekali nggak takut sama kalian" ucap ditto tegas.

Namun dengan cepat cowok yang sedang memegang tangannya langsung menendang tulang kering ditto membuatnya mengerang kesakitan.

"wah... ketos kita kali ini patut diacungi jempol" ucap elang sambil bertepuk tangan. Langkahnya berbalik menghadap bobby.

"beresin urusan lo sendiri, gue malu ngeliat tingkah lo yang kayak bocah" kayu yang di pegangnya langsung jatuh tepat mengenai kaki bobby membuatnya jatuh berlutut.

"dia ngatai gue anjing lang. gue bisa ajah beresin dia sendiri tapi gue ngehargain lo, setidaknya gue Cuma mau lapor buat abisin dia" ucapnya menahan sakit pada kakinya.

Seketika elang berbalik "serah lo mau apain dia, gue nggak peduli" ucap elang lalu kelaur dari ruangan itu.

Setelah elang benar benar telah keluar dari ruangan itu dengan sekali tendangan bobby mengenai dada ditto membuatnya ambruk. "lo harus bayar sakit kaki gue!" ucap bobby sambil terus menghajar ditto membabi buta hingga ditto sudah tidak bisa lagi berdaya.

Silih berganti bobby dan temannya menghajar ditto membuatnya tidak bisa melawan, darah segar sudah mengalir di hidung dan mulutnya namun bobby tetap saja terus menendang perut ditto.

"bob, udah kalo dia mati bakal berabe ceritanya"

"aaarrrrrhhhggg" bobby teriak sambil menendang kursi kursi disana. "bawa dia keluar gue nggak mau liat mukanya"

Dengan sigap rangga pun berlari keluar dan menarik dua orang siswa laki laki yang sedang berjalan di koridor, dan ternyata keduanya merupakan anggota osis dan pastinya dia sangat kaget melihat ketua osis sudah tergeletak tak berdaya di depannya.

"ditto k..kenapa?" tanyanya gugup

Satu pukulan tepat mengenai rahangnya "nggak usah bacot, bawa dia keluar atau kalian bertiga nggak akan pernah keluar dari sini" tegas rangga.

Dengan sigap mereka memapah ditto dan berusaha secepat mungkin keluar dari ruangan itu.

To Be Continue.

heyheyheyheyhey. don't forget to vote.

VilaNovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang