Bayang Masa Lalu Part 9

423 16 0
                                    

Bayang Masa Lalu part 9

Aku menelan ludahku, aku ikut dengannya karena ingin bicara serius agar dia menjauh pergi dariku, bukan untuk beromantis seperti di adegan FTV, atau berkencan seperti sepasang sejoli yang sedang kasmaran.

"Ceweknya lagi ngambek" samar aku dengar ada yang membicarakan kami. Aku melirik ke meja di sudut kananku yang berisi beberapa gadis kecil dan 2 anak laki laki. Sedari tadi mereka memperhatikanku dan mas Firman. Mereka tertawa cekikikan.

Akupun membuka mulutku menerima suapan mas Firman, aku tak tega juga kalau harus membuatnya malu. Kembali kudengar suara riuh anak anak itu.

Akhirnya aku mulai mengaduk pelan mangkok bakso didepanku. Aku tak sampai hati untuk tidak menyatapnya. Karena pak Bon pun juga beberapa kali mengarahkan pandanganya kekami.

Mas Firman menambahkan beberapa sendok sambal sedikit saos dan kecap. Dia terlihat menikmati makanan didepanya.
Aku masih mengaduk tanpa menambahkan apapun.

"Kenapa bil?", tanyanya padaku karena aku hanya mengaduk aduk mangkokku. Dia menghentikan suapan ke mulutnya.

"Minta disuapi?" Godanya kemudian. Mukaku terlihat kesal, tapi sepertinya dia tak memperdulikan hal itu.

"Coba deh icip punyaku, aku suka ikutin cara kamu" dia menyendok kuah dimangkoknya dan menyuapkan ke mulutku, meski ragu akhirnya aku membuka mulut juga.

Matanya berbinar, ya Tuhan kenapa jadi seperti ini. Tekad yang sudah kubulatkan tadi sepertinya mulai kembali meleleh.

Aku memasukkan beberapa butir bakso kemulutku tanpa menambah apapun. Beberapa lagi aku pindahkan ke mangkok mas Firman.

Segelas teh hangat dipesan mas Firman. Aku menyeruput hampir setenganya selagi hangat dan menaruknya kembali di meja. Mas Firman menghabiskan sisanya. Rasanya  pernah merasakan saat saat seperti ini dulu.

Aku mulai tersadar mas Firman ingin membangkitkan kembali kenangan kami, seperti reka ulang adegan kebiasaan apa saja yang sering kami lakukan sewaktu kami bersama dulu

"Terimakasih mas" ucap pak Bon ketika kami beranjak dari warungnya.

"Sering sering diajak kemari pacarnya" ucapnya kemudian.

Mas Firman tertawa "assiap" ucapnya dengan gaya hormat.

Kami berjalan kembali masuk kedalam taman, melewati satu sisi lainnya. Aku menghentikan langkahku disebuah kursi taman, yang letaknya jauh dari kursi lainnya.

"Mas , Nabila ingin bicara" ucapku kemudian.

Aku harus menghentikan semua kegilaan ini. Jantung ku sudah lebih dahulu berdegub kencang, aku pejamkan mataku untuk mengembalikan kekuatanku.

Akhirnya semua berhasil kuungkapkan. Aku berusaha bicara setegas dan sehati hati mungkin.

Mas Firman duduk tertunduk didepanku. Dia tak bicara satu patah katapun.

"Mas sudah punya mba Ajeng, bagaimanapun dia tetap istri mas yang sah. Dan Bila sebentar lagi juga akan menikah dan memulai kehidupan Bila yang baru" ucapku lirih.

"Kalau mas masih berfikir hubungan kita belum berakhir, dan mas merasa bila masih istri mas, tolong mas talak Bila sekarang juga, tapi bila punya keyakinan sendiri hubungan kita sudah lama berakhir dan tolong jangan menghidupkannya kembali" pintaku serius.

Mas Firman mengangkat wajahnya, matanya berkaca kaca. Dia meraih tanganku dan menciumnya.

"Mas minta maaf Bil, mas tidak bisa mengendalikan perasaan mas. Mas egois hanya memikirkan perasaan mas sendiri. Kalau itu yang Bila minta mas bisa apa, walaupun mas yakin masih ada tempat untuk mas dihatimu"

Mas Firman benar, aku tak dapat menyembunyikan hal itu. Masih ada rasa ini untuknya.

"Ijinkan malam ini saja, untuk terakhir kalinya mas merasakan sebagai suami kamu, seperti yang tetap mas yakini sampai sekarang, mas tidak akan minta kamu melakukan yang aneh aneh" jelas mas Firman sambil mengangkat 2 jarinya. "mas hanya ingin menikmati rasa itu untuk yang terakhir" lanjutnya.

"Mas akan berusaha menjauh darimu, dan tak mengusik kebahagiaan yang kamu impikan" Mas firman mengusap pipiku yang masih basah.

Aku merasa lega, semoga mas firman benar benar melakukan seperti yang tadi dia katakan.
Malam mulai larut, kami beranjak berjalan menuju tempat motornya diparkir. Tanganya memegang erat tanganku, aku tak berusaha untuk melepasnya.

Dia melepas jaketnya dan memasangkannya dibadanku. Sudah sangat lama aku tidak keluar sampai selarut ini apalagi naik motor. Mas firman memasangkan juga helm dikepalaku. Suara klakson dia nyalakan untuk menyapa tukang parkir yang senyum senyum melihat kami.

"Pegangan" perintah mas Firman.

Dia menarik tanganku dan melingkarkan diperutnya. Sesekali dia mencium tanganku sambil memacu motornya.

Aku sendiri bingung dengan apa yang kurasakan. Aku benar benar tak sangup menolak sensasi rasa yang mas Firman hadirkan. Sesaat aku ingin menikmati rasa ini. Aku eratkan pelukanku di tubuh mantan suamiku itu.

"Bil, terimakasih untuk malam ini" ucapnya aku menganguk pelan. Kami berdiri didepan pagar, mas Firman kembali meraih tanganku. Memelukku kemudian. Sebuah ciuman hangat kembali dia berikan dan aku menikmatinya. Aku hanya berharap semoga tak ada yang melihat apa yang kami lakukan barusan.

Mas Firman menungguku sampai masuk kedalam pagar, aku menatapnya dari celah pegar, mataku mengekor sosoknya yang sekejap menghilang bersama deru suara motornya.

Aku masih merasakan aroma tubuhnya disini, mendekapku hangat. Rasa ini benar benar nyata dan membuatku gila. Aku sadar sepenunya ini salah tak ada sedikitpun pembelaan yang benar atas apa yang telah aku lakukan dengan mas Firman.

Aku hempaskan tubuhku kekasur, kulihat ponselku. Tumben tak ada pesan dan telpon dari Rangga. Aku cek Terakhir dia online jam 6 sore tadi. Sekarang sudah hampir tengah malam. Aku membolak balikkan badanku , mencoba memejamkan mata.
Kenapa perasaanku menjadi tak enak. Sesekali kuraih ponselku, coba menelpon Rangga, tapi sedang tidak aktif.

Bersambung

Bayang Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang