Bayang Masa Lalu part 12

462 17 0
                                    

Bayang Masa Lalu part 12

#Bayang_Masa_Lalu_12

Tapi semua sudah terjadi, aku tak mungkin membatalkan pernikahan ini, dan akupun tak berniat  sama sekali. Tapi bagaimana aku mengatasi Karina selanjutanya. Aku hanya mengertaknya, untuk menahan kenekatannya sampai acara kami.

"Sayang kamu percaya kan sama aku, aku tak mungkin melakukan itu" Rangga meraih tanganku. Berkali kali aku mengela nafasku. Ini bukan masalah kecil, ini masalah kehidupan seorang anak, ini masalah banyak hati.

Aku mengibas pelan tangan Rangga, dan meninggalkanya. Aku percaya padanya, bahkan tanpa dia menjelaskan apapun. Aku hanya menyesali kepolosannya atau lebih tepatnyan sebuah kebodohan.

Aku tak mungkin akan terus mendiamkanya, pernikahan kami tinggal 3 hari lagi. Walaupun hanya mengelar acara secara sederhana tetapi tetap harus disiapkan sebaik dan sesempurna mungkin. Ini moment sakral bagi kami.

Terdengar ketukan dipintu kamarku, aku beranjak dari ranjang untuk membuka pintu. Rangga muncul dari balik pintu, tangannya dikatupkan didadanya. Aku membuka pintu lebih lebar mempersilahkannya masuk tanpa berkata apapun

Aku berpaling dari hadapannya dan berjalan memuju jendela kamarku, Rangga mengikuti langkahku.

Kubuang pandanganku jauh keluar jendela.

"Sayang, jangan hukum aku seperti ini" ucapnya lirih. "Aku tak sangup" Rangga memelukku dari belakang, hembusan nafasnya terasa hangat ditelinggaku. Aku hanya sangup memejamkan mataku.

Rangga membalikkan tubuhku, membuatku dapat menatap wajah tampannya yang sekarang tampak kuyu, aku tau hal ini pasti tak mudah baginya, begitupun bagiku.
Senyum kami menghilang beberapa hari ini, dan entah sampai kapan.

Aku melingkarkan tanganku dipingangnya, menyadarkan kepalaku didada bidangnya. Aku hanya ingin bahagia bersamanya, walau aku tau hari esok tak akan mudah bagi kami.

Aku bukan orang suci, bahkan pernah berbagi hati. Tapi untuk hal ini, aku tak tau bagainamana akhirnya nanti. Aku hanya mengulur waktu sampai hari pernikahan itu tiba. Dan mencari jalan keluar setelahnya.

Nenekku memelukku haru, dia orang yang paling bahagia atas pernikahanku. Aku bersyukur aku masih bisa memberikan kebahagiaan untuknya. Ibuku bulikku dan semua yang mengerti perjuanganku sampai sekarang.

"Kamu cantik sekali nduk" bulek mengelus pipiku. Aku memeluknya erat. Tanpa ibu peri ini aku tak tau akan seperti apa kehidupanku. Andilnya sangat besar dalam hidupku.

"Sah..?"

"Sahhh"

Aku menangis haru, bukan hanya aku semua orang terdekatku.
Untaian doa terucap untukku dan Rangga.

Kamarku berhias sedemikian rupa, wangi bunga menusuk indera penciumanku. Aku duduk didepan meja riasku. Rangga berdiri dibelakangku, dia membantuku membuka hiasan rambutku.

"Sayang aku mau buka ini" ucapku sambil menunjuk baju kebaya yang kukenakan.
Aku mendorongnya kepintu "kamu keluar dulu" pintaku.

Rangga membalikkan badanya " kan sudah nikah" protesnya.

"Aku belum biasa" alasanku.

"Aku juga mau ganti baju dulu sayang" ucapnya kemudian menjauh dari pintu.

"Yah udah kamu duluan"sungutku

Aku kembali duduk diujung ranjangku, menungunya berganti pakaian. Aku mencuri pandang kearahnya, saat dia membuka baju yang melekat dibadannya. Paras itu, dada itu, lengan itu, ah ..tak dapat kupungkiri pesona raga itu membuat hatiku bergetar.

Bayang Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang