Bayang Masa Lalu part 10 & 11

453 18 0
                                    

#Bayang_Masa_Lalu_10

==

Aku terbangun mendengar suara siul burung bersautan milik mas Wawan, sudah menjadi kebiasaanku menandai waktu shubuh dengan hal ini. Karena setelah mendengar adzan pasti akan terdengar suara saling bersaut-sautan.

Aku masih mencium aroma wangi tubuh mas Firman, rupanya aku tak melepas jaket ini dari semalam. Aku meraih ponselku, belum ada kabar dari Rangga dan masih sama seperti semalam.

"Sayang aku ketingalan pesawat, baru dapat tiket lagi nanti jam 1 siang" sebuah pesan kuterima jam setengah 9 pagi.
Tak biasanya dia seperti itu, hatiku berdesir.
Aku menelponnya tapi dia tidak mengangkatnya.

Perkiraanku kalau Rangga terbang jam 1 an. Sampai sekitar jam 3 an. Sedang mama jam 10 an sudah mendarat.

Aku segera berlari mencari mas Wawan di taman belakang.

"Mas tolong kebandara ya jemput keluarga Rangga" pintaku.

"Oh iya mba, saya ganti baju dulu" mas Wawan beranjak masuk kekamarnya. Dan keluar lagi dengan kemeja kotak-kotaknya.

"Mas ini kunci apartemen Rangga, ntar langsung ajha bawa kesana dulu". Ucapku sembari memberikan kunci apartemen Rangga. Mas wawan bergegas berlalu dari hadapanku.

"Nini .. Nini" pangilku seraya berjalan menuju dapur. Kulihat sudah banyak makanan selesei dimasak. Mas Wawan mengajak beberapa tetanganya datang membantu.

"Iya mba" sahut Nini dari arah dapur
"Ntar sebagian dibawa ketempatnya Rangga ya" jelasku sambil menunjuk makanan dimeja. Nini menganguk mengerti.

Aku menelpon ibuku, menanyakan sudah sampai dimana. Kuperkirakan 3 jam an lagi sampai.
"Mba yang dibawa ke mas Rangga sudah Asri pisahkan" Asri menunjuk kotak-kotak berhias diruang tengah yang menjadi hantaran besok.

"Makasih ya " ucapku. Asri berlalu naik ke lantai atas, sepertinya akan mengecek kamar untuk keluargaku.

Aku melihat ponselku, belum ada kabar lagi dari Rangga.
Jam 10.30 aku berhasil menghubungi mama Rangga, aku sampaikan kalau Rangga ketinggalan pesawat.
Mama juga bercerita dari semalam tidak bisa menghubungi Rangga.

"Mah nanti ada mas Wawan, yang jemput dibandara" jelasku kemudian.
Aku mengirim kontak mama ke mas Wawan.

Rangga Rangga Rangga, tangganku mengepal gemas. Satu jam berlalu belum ada kabar juga darinya.

"Assalamualaikum" salam Rangga saat kuangkat telpon darinya. Segera kujawab salamnya.
Kumencercanya dengan banyak pertanyaan. Dia hanya menjawab akan cerita kalau sudah sampai.
Ada apa pikirku, tapi aku kembali disibukkan dengan persiapan untuk acara besok.

Semua sampai sesuai waktu yang aku perkirakan. Aku mengurus semuanya sendiri tanpa Rangga.
Semua diluar perencanaan.
Kulihat jam sudah jam 4 sore, ada pesan dari Rangga 1 jam yang lalu. Aku baru sempat membukanya.
"Sayang sebentar lagi aku sampai" ujar Rangga ketika aku menelponnya.

Tak berapa lama mobil Rangga sudah didepan rumah. Aku segera menyambutnya.
"Sayang untuk hantarannya nanti biarin dimobil saja ga usah diturunkan, ntar kalau ga cukup bawa punyaku, biar mas Ibram yang bawa", ucapku saat Rangga keluar dari mobilnya.

"Iya sayang" balasnya kemudian.

"Kamu sakit?" Tanyaku melihat wajah pucatnya. Aku pegang wajahnya tidak panas.

"Ga sayang cuma capek saja" jawabnya sambil meraih tanganku dan menciumnya.

Tapi Rangga terlihat berbeda dari biasanya.

"Sudah datang?" Tanyanya kemudian aku menganguk.

"Kak Rangga... " terdengar pangilan keras dari dalam rumah. Armand berlari menghampiri Rangga.

Bayang Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang