#Bayang_Masa_Lalu_5
"Bil.." mas Firman berdiri tiba tiba berdiri dan duduk tepat disampingku dia mengeser kursi beroda itu lebih mendekat kearahku.
Aku memundurkan kursiku menjauh tapi sialnnya di belakangku sudah membentur tembok.
"Kenapa dulu kamu khianati aku " diengg pertanyanya membuatku shock. Tatapanya tajam seakan menusuk relung hatiku.
Aku terdiam aku harus jawab apa. Dia yang pergi tanpa kabar, dia yang meningalkanku sendiri dalam kondisi hamil, dia yang menceraikan aku.
Aku segera teringat dengan cerita Ayu. Ah tiba tiba air mataku meleleh, hati yang pernah terkoyak ini kembali terasa sakitnya.
Aku membalas tatapanya.
"Maaf pak Firman, saya kesini karena membicarakan kepentingan bisnis, bukan masalah pribadi" tegasku.
Mas Firman tak bergeming dia masih menatapku. Menunggu jawaban dari pertanyaanya.
"Mas kalau aku hidup bersama dengan Mas Gugun yang penganguran itu seperti yang keluargamu katakan, tidak mungkin aku ada disini seperti sekarang" tegasku kemudian.
Mas Firman mulai menurunkan tatapanya.
Aku mulai mengerti kondisinya setelah pertemuanku dengan Ayu saat itu. Aku mencoba menghapus kebencian dihatiku.
"Bil, mas minta maaf" mas Firman meraih tanganku, dan mendekapnya. Aku berusaha menariknya tapi dia terlalu erat mengengamnya.
"Mas.. lepaskan" tapi mas Firman seolah engan melepaskan tanganku.
"Anak kita?" Dia menatapku kembali dengan mata memerah.
Pertanyaan nya terdengar seperti petir, mengagetkan dan menakutkan.
"Ak ... aku keguguran." Aku terpaksa membohonginya.
Aku ingin semua ini segera selesai. Tatapanya semakin tajam seolah tidak menerima jawabanku.
"Mas aku masih 16 tahun saat itu, aku sendiri, aku tak mengerti bagaimana harus menjaga kandunganku, belum lagi tekanan mental psikis yang harus aku terima, mas tau bagaimana rasanya, dan mas tak ada untukku, aku tak sekuat itu mas". Ucapku untuk meyakinkan mas Firman.
Mas firman kembali mencium tanganku, mulutnya berucap kata maaf berkali kali.
"Mas kita sudah punya kehidupan sendiri sendiri, mas sudah bahagya dengan rumahtangga mas, akupun sudah punya kehidupan sendiri".
Aku berusaha sebijak mungkin. "Mas aku sudah mengubur masa laluku dalam dalam, aku sudah memaafkan semua yang telah menyakitiku diwaktu lalu. Aku sudah bahagia sekarang.
Mas juga teruslah berjalan kedepan. Biarkan yang lalu berlalu, jangan biarkan itu merebut kebagian mas dihari ini ataupun esok. Memang tak bisa dilupakan tapi lebih baik tak perlu untuk mengingatnya" aku mengutip beberapa kata kata bijak yang sering bulik lulik nasehatkan kepadaku.Aku menarik tanganku yang masih didekapnya, sejenak aku ingin mengusap air matanya.
Tapi segera ku urungkan, aku tak ingin menghidupkan kembali rasa yang pernah ada diantara kami.
Aku meninggalkanya kemudian, aku merapikan diriku. Untung tak banyak orang kutemui sampai aku masuk kemobilku.
Aku melihat ponselku ada beberapa pangilan dan pesan dari Rangga.
"Assalamualaikum" salamku ketika Rangga menerima pangilanku.
"Waalaikum salam, dah selesaikah meetingnya?" Terdengar suara lembutnya di ponselku
"Sudah barusan selesai" jawabku.
"Terus hasilnya ginama" tanyanya lagi. Hasilnya.. aku terdiam sejenak.
"Masih dipertimbankan penawaran nilai kontraknya, soalnya ada orang lain juga yang minat sama tempatnya" alasanku.
Aku menutup telponku. Menyalakan mobil dan memacunya pelan.
Tak habis pikir ternyata kami tinggal dalam satu kota dan harus bertemu kembali.
Pikiranku menjadi semrawut aku memilih kembali kerumah dan merebahkan tubuhku.
Ponselku bergetar ada pesan dari nomor asing. Ternyata mas Firman. Dia meminta bertemu kembali untuk melanjutkan pembahasan sewa tempat tadi.
Aku menjadi ragu untuk meneruskan kerjasama ini. Dengan deal ini akan membuka kembali komunikasiku denganya dan aku tak ingin itu.
Tapi disisi lain hanya tempat mas Firman yang sesuai dengan bisnis baru yang akan kujalankan, aku tak perlu banyak merombaknya yang pasti akan memakan banyak biaya.
Tempatnya luas dengan parkiran didepan dan samping. Akses mudah dijangkau. Aku belum menemukan tempat lain yang sesuai atau lebih baik dari ini.
"Aku dibawah" bunyi WA dari Rangga. Aku bergegas beranjak dan turun ke ruang tengah tempat Rangga biasa duduk. Aku bulatkan tekadku untuk berjalan kedepan, sudah waktunya rangga tahu statusku sebenarnya.
Aku memeluk Rangga dari belakang, aku dapat dengan jelas mencium aroma wangi rambutnya. Rangga meraih tanganku dan mengecupnya.
Aku kemudian duduk disampingnya. Rangga mengamati muka kusutku. Dia merapikan rambutku.
"Ada apa?" tanyanya kemudian.
"Ak aku mau bicara serius" tegasku kemudian.
"Aku mendengarkan" kata Rangga sambil meraih tangganku.
Aku memantapkan hatiku, aku tak ingin berlama lama menyimpan rapat masalaluku.
Lebih baik Rangga tau dari mulutku sendiri dari pada orang lain. Dan. Juga untuk menjawab rasa penasaranku bagaimana reaksinya atas masalaluku.
"Kamu mencintaiku, benar benar mencintaiku?" tanyaku.
Aku mengangkat satu kakiku ke sofa sehinga aku dapat melihat jelas wajahnya. Rangapun mengangkat satu kakinya dan kami saling berhadapan.
Pria itu terpejam dan kembali mencium tanganku.
"Dengan segenap jiwaku" ucap Rangga meyakinkanku.
"Apa kamu masih mencintaiku dan menerimaku kalau aku sebenarnya seorang janda?" tanyaku ragu.
Rangga membuka matanya dan menatapku."Kenapa tidak?" ucapnya dengan tersenyum.
Aku merasa Rangga tak serius dengan itu. Dia pasti mengiraku sedang bercanda.
"Rangga aku serius" ucapku dengan nada lebih tinggi.
"Maksudnya?" Rangga melepas gengamannya. Matanya menatapku lekat.
"Aku janda" ucapku lagi.
Aku dapat melihat raut muka Rangga berubah. Dia pasti terkejut.
"Aku sudah punya seorang anak laki laki" lanjutku lagi.
Rangga mengalihkan tatapannya dariku. Beranjak berdiri.
Aku harus menyiapkan hatiku untuk menerima kenyataan yang akan terjadi. Rangga terlihat emosional. Tanggannya mengepal.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang Masa Lalu
RomansKetika Cinta dimasa lalu hadir, dan masih memiliki tempat tersendiri dihatiku, seiring perjalan Rumah tanggaku yang mulai kacau karena kehadiran pihak ke tiga. Mampukah aku bertahan dengan pilihanku sekarang atau kembali dengan pria di masa laluku...